Puisi: Rumah Cahaya (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Rumah Cahaya" karya Abdul Wachid B. S. mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna kehidupan, kesendirian, dan hubungan dengan alam dan ..
Rumah Cahaya

kesendirian rumah cahaya inilah yang bangkit
mendekap manusiaku yang selalu pergi
di dalamnya tergaung adzan kefakiran
apakah pasar dunia telah usai di sini?
yang batas tawa manusiamu; dan sunyi yang nyanyi
yang tegakkan sujud airmata
yang di dalamnya mengalir malaikat seperti
sungai waktu, menangisi pelayaran manusiamu
melewati pelabuhan-pelabuhan
ke sebelah barat benak dunia
o, panorama alam benda!

kesendirian rumah cahaya inilah yang bangkit
mendekap bumi manusiaku yang begitu sibuk
yang di kotanya
menyalalah konser perempuan, menari-nari
dibalut tipis pakaian musim panas
di trotoar
bunga yang terselip payudara
telah hilang wangi kasih-sayang
aih! surga sungguh menjelma di hadapan
dalam fantasia kota malam, begitu temaram
begitu megah dan mengerikan
apakah pasar dunia tanpa tiang akhir?
orang datang orang pergi tanpa
manusia

kesendirian rumah cahaya inilah yang 
bangkit, mendirikan tangga-tangga langit
di tengah pasar
mengadzankan manusiamu
ya manusiaku, sampai
ke sebelah barat benak dunia manusia kita.

1992

Analisis Puisi:

Puisi "Rumah Cahaya" karya Abdul Wachid B. S. menghadirkan gambaran tentang rumah yang menjadi tempat perlindungan dan kesendirian di tengah hiruk-pikuk kehidupan.

Rumah Sebagai Simbol Kesendirian: Rumah cahaya digambarkan sebagai tempat yang melambangkan kesendirian, di mana manusia mencari perlindungan dan ketenangan dari keramaian dunia luar. Rumah menjadi tempat untuk merenungi diri sendiri dan melarikan diri dari kebisingan dan kesibukan di luar.

Adzan Kefakiran: Dalam rumah cahaya, terdengar adzan kefakiran yang menggambarkan kerinduan akan spiritualitas dan kebutuhan akan pemahaman yang lebih dalam tentang makna kehidupan. Hal ini mencerminkan perenungan dan pencarian makna di tengah kekosongan dan kegelapan.

Kontras Antara Kota dan Alam: Puisi ini menyoroti kontras antara kehidupan di kota yang sibuk dan hiruk-pikuk dengan ketenangan dan kedamaian yang ditemukan di alam. Rumah cahaya menjadi tempat perlindungan dari keramaian kota, di mana manusia bisa menemukan kesendirian dan kontemplasi.

Fantasi Kota Malam: Penyair menggambarkan suasana kota malam sebagai tempat yang megah dan mengerikan, di mana surga dan neraka tampak bersanding. Ini mencerminkan kompleksitas dan dualitas kehidupan di kota besar, di mana ada keindahan dan ketidakpastian yang saling berdampingan.

Panggilan untuk Merefleksikan Kehidupan Manusia: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan manusia dan tujuan eksistensinya. Dengan menghadirkan gambaran tentang kesendirian dan pencarian makna, penyair menyoroti pentingnya refleksi diri dan hubungan manusia dengan alam dan spiritualitas.

Puisi "Rumah Cahaya" karya Abdul Wachid B. S. adalah karya yang menggambarkan keindahan dan kompleksitas kehidupan manusia. Melalui gambaran tentang rumah cahaya, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna kehidupan, kesendirian, dan hubungan dengan alam dan spiritualitas. Ini adalah karya yang menggugah untuk merenungkan eksistensi manusia dalam konteks kehidupan yang sibuk dan kompleks.


Puisi
Puisi: Rumah Cahaya
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.