Puisi: Puasa Puisi (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Puasa Puisi" karya Abdul Wachid B. S. mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara kontrol diri, pengalaman spiritual, dan kreativitas ..
Puasa Puisi

puasa puisi yang
menahan diri dari berpori-pori rasa ingin
hutan jati di musim kemarau mengugurkan daunnya
semak-semak terbakar terlihatlah ular-ular
lemak-lemak terbakar hingga kau aku akan saksikan
betapa ketika tubuh lemas
ruhlah yang akan berjaga bebas

puasa puisi yang
menjadikan indera kau aku bermata awas
tersebab badan patiraga bersemedi
jantung memancar alir darah
semua bagian tubuh menjadi bertenaga ruh
jiwa setia berjaga
segala yang tak teraba oleh mata

puasa puisi yang
setiap mata kau aku memandang
takjub heran betapa megahnya
manusia
kita.

Yogyakarta, 30 Juni 2014

Analisis Puisi:

Puisi "Puasa Puisi" karya Abdul Wachid B. S. mencerminkan pengalaman dan refleksi tentang puasa dalam konteks kehidupan dan penciptaan puisi.

Metafora Puasa dan Puisi: Puisi ini menggunakan konsep puasa sebagai metafora untuk proses menahan diri dari keinginan dan stimulasi, mirip dengan pengalaman menulis puisi. Seperti puasa yang menuntut kontrol diri dari makanan dan minuman, menulis puisi juga mengharuskan penulis untuk menahan diri dari distraksi dan godaan yang bisa mengganggu proses kreatif.

Keterhubungan dengan Alam: Penggambaran alam dalam puisi ini, seperti hutan jati yang mengugurkan daunnya dan semak-semak yang terbakar, mencerminkan siklus alam yang berdampak pada proses puasa dan penciptaan puisi. Alam digunakan sebagai cerminan dari perubahan dan proses yang terjadi dalam diri manusia selama puasa dan dalam proses kreatif menulis puisi.

Pengalaman Spiritual: Puisi ini juga menggambarkan pengalaman spiritual dan refleksi diri yang terjadi selama puasa. Menahan diri dari keinginan dunia luar memungkinkan ruh untuk lebih berjaga dan terhubung dengan dimensi spiritual. Ini menciptakan kesadaran yang lebih dalam tentang keindahan dan kompleksitas manusia serta alam semesta.

Penghargaan terhadap Manusia: Penutup puisi yang mengagungkan megahnya manusia menunjukkan penghargaan terhadap keajaiban dan kompleksitas manusia. Melalui proses puasa dan puisi, penulis mengakui kebesaran dan keunikan manusia sebagai makhluk yang mampu menahan diri, merenung, dan mencipta karya-karya indah.

Bahasa dan Struktur Puisi: Abdul Wachid B. S. menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna dalam puisi ini. Strukturnya yang singkat tetapi padat memungkinkan penyampaian pesan dengan kuat dan efektif.

Puisi "Puasa Puisi" adalah sebuah pengamatan dalam-dalam tentang proses puasa dan penciptaan puisi, serta bagaimana keduanya saling terkait dalam perjalanan spiritual dan kreatif seseorang. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara kontrol diri, pengalaman spiritual, dan kreativitas manusia.

Puisi
Puisi: Puasa Puisi
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.