Puisi: Menunggu Kereta (Karya Iswadi Pratama)

Puisi "Menunggu Kereta" karya Iswadi Pratama menggambarkan perasaan kebingungan, ketidakpastian, dan kekosongan dalam konteks menunggu.
Menunggu Kereta


Sang, aku sudah di stasiun
menunggu kereta malam
kemarau menyisakan debu dan guram
pada tiang-tiang besi tua, sebaris bangku hijau,
dan tubuh boyak pendongeng yang kehabisan cerita

aku berbicara pada seseorang yang tak ingin mendengarkan
(apa pun tak diminatinya selain jadwal keberangkatan)
tentang pendongeng yang menduga-duga
kisah apa yang luput dari ingatannya

sang, aku masih belum mengerti
apa yang patut kusimpan dalam perjalanan pulang ini;
wisata ke kuil, pagoda, sungai-sungai bertuah,
para santo yang kecewa?
bahkan cerita-ceritamu tak menarik lagi

yang kuhafal dari setiap peristiwa
hanyalah ruang antara tadi dan nanti

sang, aku di stasiun
kau sudah kutinggalkan
kereta, mungkin, tak datang.


Desember, 2005

Analisis Puisi:
Puisi "Menunggu Kereta" karya Iswadi Pratama adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan kebingungan, ketidakpastian, dan kekosongan dalam konteks menunggu di stasiun kereta. Puisi ini mencerminkan perasaan penantian yang panjang dan hampa, serta pemikiran yang mengambang tentang makna perjalanan dan pengalaman.

Atmosfer Stasiun Kereta: Puisi ini membuka dengan gambaran tentang suasana di stasiun kereta pada malam hari. Penyair merinci elemen-elemen yang mendefinisikan stasiun seperti "debu dan guram," "tiang-tiang besi tua," dan "bangku hijau." Gambaran ini menciptakan kesan tempat yang sepi dan suram, yang mencerminkan perasaan kesendirian dan kekosongan.

Perasaan Kesendirian: Penyair merenungkan perasaan kesendirian dengan menyebutkan bahwa dia berbicara pada seseorang yang tampaknya tidak ingin mendengarkan. Ini menciptakan gambaran tentang komunikasi yang terputus dan ketidakmampuan untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.

Kehilangan Minat pada Cerita: Puisi ini menciptakan gambaran tentang perubahan dalam minat dan gairah dalam cerita dan pengalaman. Penyair menggambarkan orang yang telah kehilangan minatnya pada cerita-cerita, bahkan cerita-cerita sang pendongeng yang dulu menarik. Ini mencerminkan perasaan kejenuhan dan perubahan dalam perspektif yang mungkin dialami oleh penyair.

Kehilangan Makna dalam Perjalanan: Penyair merenungkan makna dari perjalanan pulang ini. Ia meragukan apakah perjalanan tersebut memiliki nilai atau makna yang signifikan. Penyair mencatat bahwa bahkan cerita-cerita yang ia dengar tidak menarik lagi, yang menciptakan gambaran ketidakpuasan dalam pencarian makna dalam pengalaman.

Pemikiran tentang Waktu: Puisi ini berakhir dengan pemikiran tentang waktu, dengan mencatat bahwa yang dihafal dari setiap peristiwa hanyalah "ruang antara tadi dan nanti." Ini menciptakan kesan pemikiran yang mengambang dan ketidakpastian tentang arti waktu dan perjalanan.

Secara keseluruhan, puisi "Menunggu Kereta" menciptakan gambaran tentang perasaan kekosongan, ketidakpuasan, dan ketidakpastian dalam konteks penantian di stasiun kereta. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna perjalanan, perubahan dalam minat dan perspektif, serta perasaan kesendirian dalam pengalaman hidup.

Puisi
Puisi: Menunggu Kereta
Karya: Iswadi Pratama
© Sepenuhnya. All rights reserved.