Puisi: Sembah Hyang (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Sembah Hyang" karya Abdul Wachid B. S. mempersembahkan perjalanan spiritual dan cinta kepada Tuhan melalui ibadah shalat. Dengan bahasa yang ..
Sembah Hyang


duh gusti allah
menyembah panjenengan
bukan sebab keterbatasan
justru cinta tahu semesta tak terhinga

untuk apa membutuhkan tempat
sidratul muntaha kenjeng nabi
mendapatkan dhawuh shalat
bila bukan sebab lambang maha terhormat

shalat itu pasujudan
dari kemuliaan manusia
shalat itu pasujudan
dari pengetahuan manusia

hamba hanyalah setitik hitam
dari umatnya kanjeng nabi
hamba hanya merasa
cinta dan kasihsayang panjenengan

bila kanjeng nabi lewat mi’raj
berhadaphadapan dengan panjenengan
bila hamba lewat kanjeng nabi
lewat shalat merasakan ada panjenengan

duh gusti allah
menyembah panjenengan
bukan sebab keterbatasan
justru cinta tahu semesta tak terhingga

maka
hamba angkat tangan
ke arah kiblat panjenengan
allahu akbar...


Analisis Puisi:
Puisi "Sembah Hyang" karya Abdul Wachid B. S. adalah ungkapan kekaguman, cinta, dan pengabdian kepada Tuhan yang diwujudkan melalui ibadah shalat. Puisi ini mengeksplorasi dimensi spiritualitas dan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta.

Penghormatan kepada Tuhan: Puisi dimulai dengan ungkapan "duh gusti allah," menggambarkan kerendahan hati dan kekaguman penyair kepada Tuhan. Kata-kata ini menciptakan atmosfer kesucian dan penghormatan yang mendalam terhadap Yang Maha Esa.

Cinta yang Tahu Semesta Tak Terhingga: Penyair menegaskan bahwa menyembah Tuhan bukanlah karena keterbatasan, tetapi sebagai wujud cinta yang menyadari keagungan Tuhan yang tidak terhingga. Pemahaman akan keberadaan Tuhan menjadi landasan spiritualitas dalam puisi ini.

Tempat Ibadah dan Lambang Kehormatan: Puisi merenung tentang tempat-tempat ibadah seperti Sidratul Muntaha dan mi’raj kenjeng Nabi sebagai lambang-lambang yang terhormat dan penuh makna. Tempat-tempat ini menjadi simbol ketinggian spiritual dan kehormatan dalam pencarian akan cinta kepada Tuhan.

Shalat sebagai Bentuk Pasujudan dan Pengetahuan: Penyair menekankan bahwa shalat adalah bentuk pasujudan, sujud yang penuh kehormatan, dari kemuliaan dan pengetahuan manusia. Shalat bukan hanya ritual, tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam dan penuh makna.

Hubungan Hamba dengan Kanjeng Nabi dan Tuhan: Puisi menciptakan hubungan erat antara hamba, kenjeng Nabi, dan Tuhan. Mi’raj yang dilalui kenjeng Nabi menjadi pengalaman spiritual bagi hamba, dan shalat menjadi sarana untuk merasakan kehadiran Tuhan.

Kedalaman Hati dan Kesadaran Hamba: Penyair mengeksplorasi kedalaman hati hamba sebagai setitik hitam di tengah umat yang dikaitkan dengan kehadiran kenjeng Nabi. Kesadaran akan cinta dan kasih sayang Tuhan menjadi landasan spiritualitas dalam diri hamba.

Simbolisme Angkat Tangan dan Takbir: Puisi diakhiri dengan simbolisme angkat tangan ke arah kiblat dan takbir, menggambarkan penghambaan dan pengakuan atas kebesaran Tuhan. Kata "Allahu Akbar" menjadi seruan pengakuan bahwa Tuhan adalah Maha Besar.

Puisi "Sembah Hyang" karya Abdul Wachid B. S. adalah puisi yang mempersembahkan perjalanan spiritual dan cinta kepada Tuhan melalui ibadah shalat. Dengan bahasa yang sederhana namun sarat makna, puisi ini menciptakan atmosfer spiritual dan mengajak pembaca untuk merenung tentang kedalaman hubungan manusia dengan Sang Pencipta.

Puisi
Puisi: Sembah Hyang
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.