Puisi: Jembatan Tua (Karya Toto Sudarto Bachtiar)

Puisi "Jembatan Tua" karya Toto Sudarto Bachtiar menggambarkan perasaan nostalgia, introspeksi, dan penghormatan terhadap pengalaman hidup.
Jembatan Tua

Sudah begitu lama, masih juga aku lalu
Berapa banyak kaki telanjang dan bersepatu
Menggetarkan tangan-tangannya
Yang siang begitu menyala dan malam begitu biru

Bergandengan tangan kadang sepasang merpati
Melambatkan langkahnya dan kemudian berhenti
Waktu memandang ke bawah air bisu mengerdipkan matanya
Berlaksa mimpi menemukan matinya yang indah di sana

Awan yang lena terkaca di atasnya
Sarat mengandung muatan mendungku ini
Tergila-gila memang hatiku yang banyak meminta
Tanpa sebab, dalam terowongan perjalanan yang akan sebentar saja

Tetapi selalu, kalau aku di sana, aku mendengarnya
Suara yang tak habis-habisnya sampai
Kalau engkau sekali menjadi setuaku
Nasibmu mungkin lebih baik dari padaku.

Sumber: Horison (September, 1983)

Analisis Puisi:
Puisi "Jembatan Tua" karya Toto Sudarto Bachtiar adalah karya sastra yang menggambarkan pengalaman dan perasaan seorang individu saat melewati jembatan tua. Puisi ini menggambarkan perasaan nostalgia dan introspeksi yang dihadapi saat menghadapi sesuatu yang memiliki makna historis.

Gambaran Jembatan Tua: Puisi ini menggambarkan jembatan tua sebagai tempat yang telah dilalui selama bertahun-tahun. Jembatan tua ini bisa menjadi simbol perjalanan hidup seseorang dan pengalaman yang telah terjadi di masa lalu.

Kehadiran Manusia: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kehadiran manusia di jembatan tersebut. Ada gambaran tentang banyak orang yang telah melintas di sana, dengan referensi kepada kaki telanjang dan bersepatu. Ini mencerminkan beragam latar belakang dan pengalaman hidup individu yang berjalan di atas jembatan yang sama.

Nostalgia: Puisi ini menciptakan perasaan nostalgia, dengan menyebutkan waktu yang telah berlalu dan pengalaman yang terlewati di jembatan tersebut. Ada rasa penghormatan terhadap sejarah dan perjalanan hidup yang telah dilalui.

Suara dan Bunyi: Penyair menciptakan gambaran suara dan bunyi yang terkait dengan jembatan, seperti suara air yang bisu dan suara langkah kaki. Suara-suara ini menciptakan suasana yang khas dan menggambarkan pengalaman langsung di atas jembatan.

Introspeksi dan Pemikiran: Puisi ini juga menciptakan nuansa pemikiran dan introspeksi, terutama ketika penyair mengamati air di bawahnya dan merenungkan nasib dan perjalanan hidupnya. Hal ini mencerminkan momen introspektif yang seringkali terjadi dalam kehidupan.

Makna Filosofis: Puisi ini dapat diartikan secara filosofis, dengan jembatan tua yang menjadi simbol perubahan, perjalanan, dan pengalaman dalam hidup. Suara yang terus menerus terdengar di bawah jembatan dapat mewakili ingatan akan perjalanan hidup yang tak terlupakan.

Secara keseluruhan, puisi "Jembatan Tua" adalah puisi yang menggambarkan perasaan nostalgia, introspeksi, dan penghormatan terhadap pengalaman hidup. Ia menciptakan gambaran tentang jembatan yang menjadi saksi perjalanan banyak orang dan menciptakan makna historis yang mendalam.

Puisi: Jembatan Tua
Puisi: Jembatan Tua
Karya: Toto Sudarto Bachtiar

Biodata Toto Sudarto Bachtiar:
  • Toto Sudarto Bachtiar lahir pada tanggal 12 Oktober 1929 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat.
  • Toto Sudarto Bachtiar meninggal dunia pada tanggal 9 Oktober 2007 (pada usia 77 tahun).
  • Toto Sudarto Bachtiar adalah salah satu Penyair Indonesia Angkatan 1950-1960-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.