Puisi: Di Tepi Tebing (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Puisi: Di Tepi Tebing Karya: Arif Bagus Prasetyo
Di Tepi Tebing


Dingin. Bibir terakhir yang menyentuhnya. Sebelum ia hilang
dari tepi, altar memar yang menjulang, dari mana ia
tumbang, mungkin terjun, ke laut lambang.

Telanjang ruh. Kata-kata mengangkat sauh.
Jejak air yang membuncah. Makin jauh dari tubuh
yang akan redam. Seperti papan galiung karam.

Yang terpuruk. Di sebuah kuburan teluk.

Memang sering ia impikan padang prairi.
Tertidur dalam rimbun rumbai rumput. Berlari
dengan kaki terbaut besi. Ladam-ladam. Anak panah

dan gendewa pada punggung. Dan bernaung
dalam gugus Centaurus. Tenda-tenda yang berkibar
di selatan langit malam.

Selatan: sebuah transit. Ke terminal
yang lebih tinggi. Barangkali lebih kekal.

Namun ia saksikan juga ruh-ruh runtuh.
Babi-babi. Dubur yang hancur tertempuh
galah pemanggangan. Tembus. Ke ruang rahang.

Seperti mereka. Ke tepi tebing ia terhantar. Berdiri gamang
memandang laut. Maut biru yang mengigal. Gila. Seakan girang
menabalkan tumbal-tumbalnya.

Ia tidak ingin ingat sebentar nanti taifun turun
mengayun harpun dalam gelombang. Dan malaikat itu
hampir bosan menunggunya.

Menanti saat kejatuhan. Saat singkat
berubahnya konstelasi bintang-bintang di selatan
yang tercipta dari garam dan cahaya kata-kata.

2001

Puisi: Di Tepi Tebing
Puisi: Di Tepi Tebing
Karya: Arif Bagus Prasetyo
© Sepenuhnya. All rights reserved.