Puisi: Selamat Tinggal, Periangan (Karya Asmara Hadi)

Puisi "Selamat Tinggal, Periangan" menghadirkan perasaan perpisahan yang penuh emosi dan kecintaan terhadap tanah air. Dengan menggunakan gambaran ...
Selamat Tinggal, Periangan

Taman sari, tanah Periangan
Sekarang ini berpisah kita
Kereta api hampir berjalan
Selamat tinggal alam jelita
Negeri lain datang meminta
Engkau kan hanya tinggal kenangan
Tempat, dimana mendapat cinta
Akan selalu terangan-angan

Peluit berbunyi, tinggallah engkau
Bukit dan gunung hijau berkilau
Alam rupawan menawan hati
Tinggallah kota, tinggallah dusun
Tinggallah sawah turun bersusun
Kamu kucinta sampaikan mati.

Sumber: Pujangga Baru (Juni, 1934)

Analisis Puisi:
Puisi "Selamat Tinggal, Periangan" menciptakan gambaran perpisahan yang sarat dengan nuansa nostalgia, keindahan alam, dan cinta terhadap tanah air. Dalam puisi ini, Asmara Hadi menggambarkan perpisahan dengan tanah Periangan secara emosional dan menggugah perasaan pembaca.

Imaji Nostalgia dan Keindahan Alam: Puisi ini menghadirkan imaji nostalgia melalui gambaran tentang Periangan, yang disertai dengan kata-kata yang merayakan keindahan alam. Deskripsi tentang bukit, gunung hijau, dan alam rupawan menciptakan suasana yang mengundang rasa kecintaan dan kehangatan terhadap tempat tersebut.

Konsep Perpisahan dan Kepergian: Tema perpisahan hadir kuat dalam puisi ini. Penyair menyampaikan pesan perpisahan dengan menggunakan metafora kereta api yang hampir berjalan. Peluit berbunyi menciptakan suasana perpisahan yang penuh dengan emosi. Penggunaan bahasa yang indah menggambarkan kepergian dengan cara yang mengesankan.

Kenangan dan Tempat yang Dicintai: Tanah Periangan digambarkan sebagai tempat yang penuh kenangan dan cinta. Penggunaan kata "tempat, dimana mendapat cinta" menunjukkan bahwa Periangan bukan sekadar tempat, tetapi tempat di mana cinta tumbuh dan terjalin. Hal ini menambah dimensi emosional pada perpisahan yang digambarkan dalam puisi.

Penyampaian Emosi melalui Bunyi dan Ritme: Puisi ini mengandalkan bunyi dan ritme untuk menyampaikan emosi. Penggunaan aliterasi dalam "Taman sari, tanah Periangan" memberikan keindahan bunyi yang menyertainya. Bunyi peluit kereta api, bukit dan gunung hijau berkilau, serta kata-kata lainnya menciptakan ritme yang memperkuat nada perpisahan.

Kecintaan terhadap Tanah Air: Kecintaan terhadap tanah air menjadi tema sentral dalam puisi ini. Penyair menyuarakan cinta dan rasa kehilangan atas tanah air yang ditinggalkan. Penggunaan kata-kata seperti "Negeri lain datang meminta" menggambarkan bahwa meskipun ada kepergian, tanah air tetap menjadi identitas yang diakui dan dihargai.

Puisi "Selamat Tinggal, Periangan" menghadirkan perasaan perpisahan yang penuh emosi dan kecintaan terhadap tanah air. Dengan menggunakan gambaran keindahan alam, imaji nostalgia, dan ritme yang indah, Asmara Hadi berhasil menciptakan karya yang menggugah perasaan dan mengajak pembaca merenung tentang arti kepergian dan kecintaan terhadap tanah air.

Puisi: Selamat Tinggal, Periangan
Puisi: Selamat Tinggal, Periangan
Karya: Asmara Hadi

Biodata Asmara Hadi:
  • Asmara Hadi lahir di Talo, Bengkulu, pada tanggal 8 September 1914.
  • Asmara Hadi meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 3 September 1976 (pada usia 61 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.