Puisi: Malam-Malam yang Menunggu (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Malam-Malam yang Menunggu" karya Isbedy Stiawan ZS menggambarkan perjalanan spiritual seorang individu selama bulan Ramadan, dengan setiap ...
Malam-Malam yang Menunggu

I/ 21 Ramadhan

mungkin ini malam engkau datang
atau aku yang akan memburumu
di sajadah ini aku tertunduk
di selembar ayat-ayat Allah kutadaruskan
di sepanjang waktu kusujudkan wajahku

aku menunggu,
menunggu setiap janji
tiap tahun di malam-malam ganjil
hingga jiwaku gigil
: apakah aku sia-sia?

 
"tak ada yang sia-sia
jika kamu setia," kudengar bisikan
lalu semakin kubentang sajadah panjang
hingga ke laut paling malam

hingga ke fajar
yang bergetar


II/ 23 Ramadhan


bila malam kemarin tak jumpa
ini waktu aku menantimu di garba
menunggumu datang
memberiku 1000 bulan
penuh kebaikan

Amin...


III/ 25 Ramadhan


(1)

langit cahaya
pohon-pohon rebah
aku tempuh malam
membayang 1000 bulan
dan sayap-sayap yang mengepak
menerbangkan aku
ke garba rumah-Mu

(2)

aku terjaga
mataku bercahaya
laut dalam sajadah
melayarkan zikirku
"peluk aku dan bawa aku
ke 1000 dermaga-Mu.."
Amin

(3)

belajar dari malam kemarin
kini makin kubiarkan mataku
membaca tanda-tanda-Mu
kunarikan jemariku menghitung
nama-nama-Mu
kugerakkan bibirku berzikir
hanya kepada-Mu
kurukukkan tubuhku
kusujudkan mukaku
hanya untuk-Mu
agar langit bercahaya
pohon-pohon ikut bertasbih
dan jalan bagiku yang lempang
bagaikan sajadah panjang
menuju seribu bulan

 
IV/ 27 Ramadhan

sisa rembulan
rebah di pangkuan

dan aku masih menunggu-Mu
di sepertiga malam-malam
yang membuatku selalu terjaga
tak ingin dibiarkan sendiri
atau Kautinggal pergi

maka kularungkan setiap nama-Mu
maka kulabuhkan setiap ayat-Mu
maka kudaratkan keningku
pada setiap ketinggian-Mu

aku ingin tetap mencium kaki-Mu
aku ingin mengecup aroma-Mu
sepanjang seribu bulan
yang rebah di pangkuanku

mekarlah bunga-bunga
di taman buatan-Mu
mengalirlah susu dari segala sungai
yang dialirkan dari taman-Mu
menyanyilah usia-usia
dari tahun-tahun yang Kaupancang

: aku mekar dalam cahaya seribu bulan-Mu

aku akan terjaga sepanjang itu
menghitung luas sajadah-hidupku


V/ 29 Ramadhan

dari penutup hari ganjil
akhir Ramadan
tak kubiarkan kau pergi
maka kupeluk sepeluk hati
kutasbihkan setiap nama-Mu
kurampungkan bulan bergantung
kukawinkan hingga jadi seribu!

jadi butir-butir cahaya
jutaan kemilau pahala
memayungi hingga surga

allahu akbar
la ila ha ilallah
walilah hilhamd

maka kepakkan sayapku
lebarkan layarku
melarung dalam bulan-bulan-Mu.

2010

Analisis Puisi:

Puisi "Malam-Malam yang Menunggu" karya Isbedy Stiawan ZS menggambarkan perjalanan spiritual seorang individu selama bulan Ramadan, dengan setiap bagian mencerminkan tahap perenungan dan penantian yang mendalam.

Penantian dan Perenungan: Setiap bagian puisi mencerminkan malam-malam dalam bulan Ramadan yang penuh dengan penantian dan perenungan. Penyair mengekspresikan kegelisahan dan harapannya dalam menemukan kedekatan dengan Allah SWT melalui ibadah dan zikir.

Motif Penantian dan Keinginan untuk Dekat dengan Allah: Penyair menunggu dengan penuh harap, mengungkapkan kerinduannya untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Pada setiap malam, keinginannya untuk mencapai kemuliaan spiritual semakin kuat, tergambar dari intensitas doa dan zikirnya.

Simbolisme Seribu Bulan: Penyair menggunakan konsep seribu bulan sebagai simbol kemuliaan dan keberkahan. Seribu bulan melambangkan keagungan dan keberkahan dalam ibadah serta harapan untuk mencapai puncak spiritual.

Penyucian dan Perwujudan Spiritual: Selama Ramadan, penyair merenungkan nama-nama Allah, menyucikan dirinya dalam zikir dan doa, serta mencari wajah Allah dalam setiap aspek kehidupannya. Hal ini menggambarkan proses penyucian spiritual yang mendalam selama bulan suci.

Kesimpulan yang Penuh Harap: Pada akhir Ramadan, penyair mengekspresikan rasa syukur dan kegembiraannya atas kemuliaan spiritual yang ia alami. Dengan penuh harap, ia melanjutkan perjalanan spiritualnya, dengan keinginan untuk terus mendekat pada Allah SWT bahkan setelah berakhirnya bulan Ramadan.

Puisi "Malam-Malam yang Menunggu" menciptakan gambaran yang mendalam tentang perjalanan spiritual dan keinginan mendalam untuk mendekat pada Allah SWT selama bulan Ramadan. Dengan penantian, perenungan, dan zikir yang intens, penyair mengekspresikan harapannya untuk mencapai kesempurnaan spiritual yang dicari dalam ibadah dan hubungan dengan Sang Pencipta.

Puisi
Puisi: Malam-Malam yang Menunggu
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.