Puisi: Di Stasiun Sebuah Pertemuan (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Di Stasiun Sebuah Pertemuan" karya Isbedy Stiawan ZS merupakan perjalanan batin yang sarat dengan elemen romantis dan keindahan perjumpaan.
Di Stasiun:
Sebuah Pertemuan


"ini perjalanan tak terencana, begitu mendadak dan aku pun
tergesa-gesa. bahkan handuk dan celana dalam tak kubawa."

di stasiun kereta sebelum pluit menjeritkan kesedihan aku
sudah duduk di sebelahmu. sebuah kursi masih kosong
atau barangkali penumpangnya terlambat datang. namun
kau berdoa tak ada yang duduk di sebelahmu

lalu kau beri aku seiris apel dari bibirmu, setelah kuhirup
air dari tanganmu. kau pun mengangankan bahwa aku
adalah penumpang yang terlambat dan duduk di sebelahmu
hingga di stasiun terakhir. "aku akan melumatmu," bisikku

"aku akan mencakarmu dengan kuku rinduku," lirihmu. lalu
seiris apel kembali kau sorongkan ke bibirku. kau ingin
sekali aku duduk di kursi itu. sepanjang perjalanan. bernyanyi
sebagai penyair dalam kereta ini. bersyair dalam nyanyi
diiringi musik laju roda di rel. "aku akan kehilangan sepi," katamu

seperti tak ingin berhenti kau serahkan seiris seiris apel
dan aku melumatnya sepenuh gairah. seperti esok atau lusa
tak ada lagi pertemuan. kau mungkin hilang dan aku akan
lupa - bahkan pada kenangan yang pernah kita gores
di dinding pintu dengan angka 317 dan 209 serta anak
tangga berjumlah 5 hingga 7 yang sesungguhnya
kau suka dan ingin mengulangnya - dan saat kembali
bertemu kita saling tak kenal

"sekiranya kau duduk di sini, entah bila?" kau tak ingin
meneruskan kalimat itu. sebab kalimat tak lagi perlu
dalam waktu yang terus menderu: ingin menanam
setiap rindu. sebagaimana buah dadu dilempar ke meja
lalu kita menerka. mungkin kita tak pernah bisa
menjawab ihwal pertemuan lagi atau sama sekali
kita berpisah. lalu menjadi orang yang tak pernah
mengenal

di stasiun kereta api ini...

sebelum lokomotif menyeretmu karena pluit
sudah menjerit. melepas kesepian

28-29/01/2011; 0.48

Analisis Puisi:
Puisi "Di Stasiun Sebuah Pertemuan" karya Isbedy Stiawan ZS merupakan perjalanan batin yang sarat dengan elemen romantis dan keindahan perjumpaan.

Tema Sentimental dan Romantis: Puisi ini memperkenalkan tema yang jelas tentang pertemuan romantis di sebuah stasiun kereta. Sentimen dan keindahan cinta tercermin dalam setiap barisnya, memberikan nuansa yang penuh dengan perasaan dan emosi.

Imajinasi dan Kesederhanaan: Penyair menggunakan imajinasi yang kreatif untuk merinci perjalanan di stasiun kereta. Kesederhanaan ditemukan dalam tindakan sederhana seperti berbagi apel dan air, tetapi memberikan kedalaman pada pertemuan tersebut.

Penggambaran Stasiun Kereta sebagai Simbol: Stasiun kereta digambarkan sebagai tempat pertemuan yang tak terencana, tempat di mana takdir mempertemukan dua orang. Suasana stasiun, lokomotif, dan pluit menciptakan latar belakang yang dramatis untuk kisah cinta.

Simbolisme Apel: Apel menjadi simbol cinta dan hubungan yang penuh gairah. Pemberian seiris apel dari bibir penyair kepada kekasih menciptakan citra keintiman dan kenikmatan bersama.

Pertanyaan dan Ketidakpastian: Puisi ini mengandung elemen pertanyaan dan ketidakpastian mengenai masa depan hubungan. Kalimat "sekiranya kau duduk di sini, entah bila?" menciptakan rasa penasaran dan ketidakpastian, menyoroti kerumitan dalam perasaan cinta.

Keindahan Bahasa dan Metafora: Bahasa puisi yang indah dan penggunaan metafora seperti "melumatnya sepenuh gairah" menggambarkan intensitas dan kenikmatan perasaan cinta. Ini menciptakan nuansa sensual dan romantis.

Perpisahan yang Tidak Terhindarkan: Puisi berakhir dengan menyiratkan perpisahan yang tidak terhindarkan, terkait dengan suara pluit yang menandakan keberangkatan. Kepergian kekasih terasa mendalam, dan penyair menciptakan perasaan kesepian.

Puisi ini menciptakan gambaran perjumpaan yang romantis di stasiun kereta, merangkai kata-kata dengan indah untuk menyampaikan keindahan dan kompleksitas cinta.

Puisi
Puisi: Di Stasiun Sebuah Pertemuan
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.