Puisi: Matahari Terbit di Keningku Petang Ini (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Matahari Terbit di Keningku Petang Ini" membawa pembaca dalam perjalanan emosional yang penuh keindahan dan makna. Melalui metafora ...
Matahari Terbit di Keningku Petang ini


lihatlah kini matahari sudah berada di keningku
dari cahaya yang kau datangkan petang ini
- di laman ini - setelah beberapa hari awan
menyembunyikanmu, atau cuaca yang datang
membuatmu hilang dari pandang

kini aku mengunjungimu lagi *), katamu
sambil mengingatkan tentang angka-angka
yang hanya kita memahaminya. sebab jemari-jemari
inilah yang telah mengukir: di ruang, di lelampu,
di siang berhujan atau panas. mungkin juga di pasir
yang telah menenggelamkan ujung kakiku **), bisikmu
selagi siang penuh mendung di kotaku

tapi, kau tahu, keningku sudah tak lagi penuh
awan hitam. matahari terbit di sana, dari cahaya
yang kau datangkan siang ini. aku pun bercahaya,
dan kalian membasuh di sana. ingin pula berpendar-
pendar. ingin menjadi cahaya bagi perempuan
yang mungkin tersasar datang

padahal cahaya itu sudah lama kaupatri di keningku?

aku kini melenggang di taman-taman bagi pertemuan
tak lagi menunggu, sebab kau sudah bertamu: membawakan
pasir dari pantai yang dulu kita bertamu. dan kau memintaku
mencatat lagi pertemuan pada bulan berikut: "lingkari dengan
pena bertinta merah agar kita tak lupa," pesanmu

lalu kau patahkan tiap jarak
dan aku menghimpunnya jadi pertemuan

22/02/2011: Jam 16.17


Catatan:
* Dikutip dari puisi Alya Salaisha.
** Idem.

Analisis Puisi:
Puisi "Matahari Terbit di Keningku Petang Ini" karya Isbedy Stiawan ZS adalah karya yang penuh dengan metafora dan keindahan bahasa, menggambarkan pertemuan, cahaya, dan kebersamaan.

Metafora Cahaya dan Matahari: Matahari sebagai Metafora Kecintaan: Matahari yang terbit di kening menjadi metafora kehadiran cinta atau kebahagiaan yang datang kembali setelah kegelapan. Ini bisa mencerminkan kesinambungan atau kebangkitan asmara.

Cahaya sebagai Simbol Harapan: Cahaya yang datang dari matahari menciptakan atmosfer yang terang, memberikan harapan dan kecerahan dalam hubungan atau kehidupan.

Penggunaan Awan sebagai Perumpamaan Hambatan: Awan yang menyembunyikan matahari di awal puisi bisa diartikan sebagai rintangan atau kesulitan dalam hubungan atau kehidupan. Namun, kedatangan kembali matahari menunjukkan kelanggengan dan keberhasilan melewati masa-masa sulit.

Jemari sebagai Penanda Jejak Kekasih: Jemari yang mengukir jejak di berbagai tempat, termasuk di lelampu, siang berhujan, atau pasir pantai, menjadi simbol perjalanan dan kenangan bersama. Ini adalah simbol fisik dari kehadiran sang kekasih di berbagai momen.

Pertemuan dan Kembali Bersama: Puisi ini mengekspresikan kebahagiaan atas pertemuan kembali. Penggunaan taman-taman sebagai tempat pertemuan menciptakan citra kedamaian dan keindahan dalam keterhubungan.

Berdendang di Taman Pertemuan: Penyair merasakan kebebasan dan kebahagiaan karena pertemuan kembali dengan sang kekasih. Dendangan dan keinginan untuk berpendar-pendar menunjukkan sukacita dan semangat dalam hubungan.

Rasa Cinta yang Tetap Berkobar: Meskipun mungkin telah lama bersama, penggunaan metafora "cahaya yang sudah lama kau patri di keningku" menggambarkan bahwa rasa cinta dan kebahagiaan masih tetap menyala, bahkan mungkin semakin berkobar.

Patahan Jarak dan Keinginan untuk Tak Lupa: Pesan untuk "lingkari dengan pena bertinta merah agar kita tak lupa" menciptakan gambaran patahan jarak dan keinginan untuk mempertahankan kenangan bersama. Lingkaran merah dapat diartikan sebagai perlambang kesatuan dan keabadian.

Puisi "Matahari Terbit di Keningku Petang Ini" membawa pembaca dalam perjalanan emosional yang penuh keindahan dan makna. Melalui metafora matahari, jejak-jejak jemari, dan kebahagiaan pertemuan, penulis berhasil menggambarkan keindahan cinta dan kesatuan dalam hubungan.

Puisi
Puisi: Matahari Terbit di Keningku Petang Ini
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.