Puisi: Tapi, Kau Tahu, Debarnya (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi: Tapi, Kau Tahu, Debarnya Masih Tersisa di Setiap Sudut Ruang itu Karya: Isbedy Stiawan ZS
Tapi, Kau Tahu, Debarnya
Masih Tersisa
di Setiap Sudut Ruang itu


sebuah catatan kita tulis bersama saat di luar hujan dan di ruangan itu sangat dingin
mulai berwarna kuning. betapa kini sulit kueja lagi sebab huruf-hurufnya pun seperti
ingin berguguran. juga angka-angka yang abadikan - 317 dan 209 - bagaikan
hendak lepas dari lembar itu

seperti kau yang ingin menjauh. lepas dari catatan yang kau juga turut membubuhi
tanda tangan, seusai kalimat terakhir kita tulis: "dalam suka dan duka kita bersama,
hingga langit rubuh dan bumi retak menenggelamkan kita. kita berikrar..."

tapi, apakah karena hujan deras atau petir yang berkali-kali menyalak. lalu kau
ketakutan - ketakutan? - ingin menjauh. meninggalkan aku dan sejumlah catatan
yang telah kurangkum menjadi buku? apakah karena hujan telah menumbuh di rahimmu,
hujan dari kita yang tercipta oleh siang mendung?

lalu kau akan mencoret seluruh hari-hari dari kalender sebagai jadwal perjalanan [mungkinkah
pertemuan] di kota-kota yang menandakan kita ada dan selalu bersama. hujan itu akan
terus menjadi pohon di rahimmu. menjelma nama. menangis pada saatnya. bukankah itu,
tak kutulis namaku? kalau pun ada, sebelum kau benar-benar hendak menghapus, aku
akan memintamu untuk membuangnya

aku tahu. kau akan berjalan ke lain tempat. menimang nama. menyimpan peristiwa
yang dulu sekali, di dua pekan bulan Januari, kau datang ke kota beraroma kopi
lalu menyeduhnya sebagai minuman siang dan senja. mengawini perjumpaan. menjilati
setiap waktu bergerak

hingga senja
sampai langit pekat

tapi, kau tahu, debarnya masih tersisa di setiap sudut ruang itu
                         getarnya selalu kudengar tiap bale-bale itu kusinggahi...


12/03/2011: Jam 18.31

Puisi: Tapi, Kau Tahu, Debarnya
Puisi: Tapi, Kau Tahu, Debarnya
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.