Puisi: Bulan Diburu Matahari (Karya Harijadi S. Hartowardojo)

Puisi "Bulan Diburu Matahari" karya Harijadi S. Hartowardojo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan waktu dan hubungan antara ....
Bulan Diburu Matahari


Tiga musim bulan menanti
Dalam kabut redup
Tak mungkin bersua matahari

Bulan telah memanggil bintang Mustari
Sesuai janji ikatan hati
- sia-sia tuan menanti
Bila bersua
Bulan kan ditelan
Sinar surya yang membakar -

Dan bulan sabar berlayar sendiri
Dalam dingin beku langit biru
Hingga pada suatu dinihari, selagi
Bulan senyum dicumbu bintang pagi
Muncul surya datang berlari

Pucat bulan diburu matahari


1962

Sumber: Astana Kastawa (2015)

Analisis Puisi:
Puisi "Bulan Diburu Matahari" karya Harijadi S. Hartowardojo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan waktu dan hubungan antara bulan dan matahari. Melalui gambaran alam dan metafora, puisi ini mengungkapkan tentang kerinduan dan ketidakmungkinan pertemuan di antara dua elemen alam yang memiliki makna simbolis.

Gambaran Tiga Musim Bulan: Puisi ini dimulai dengan gambaran tiga musim bulan yang menanti dalam kabut redup. Gambaran ini menciptakan suasana misterius dan menunjukkan bahwa bulan menunggu dalam keadaan yang kurang terang, menggambarkan ketidakpastian dan kerinduan yang terpendam.

Pertemuan yang Tak Mungkin: Puisi ini menggambarkan ketidakmungkinan bersua antara bulan dan matahari. Meskipun ada ikatan hati yang dijanjikan, tetapi matahari akan mengubah keadaan dengan memancarkan sinarnya yang membakar. Hal ini bisa diartikan sebagai perumpamaan hubungan yang dihadang oleh hambatan dan perbedaan yang tidak dapat diatasi.

Kesabaran dan Kehadiran Sendiri: Bulan digambarkan sebagai sosok yang sabar dan layar sendiri dalam dingin beku langit biru. Ini menunjukkan ketekunan bulan dalam menanti dan menjaga diri sendiri dalam perjalanan waktu yang panjang.

Munculnya Matahari: Pada akhir puisi, tergambar adegan di mana bulan senyum dicumbu bintang pagi, namun munculnya matahari mengakhiri perjumpaan mereka. Matahari datang berlari dan "pucat bulan diburu matahari." Metafora ini menggambarkan matahari sebagai sosok yang kuat dan tegas, yang menyebabkan bulan menghilang dan kalah dalam kehadirannya.

Simbolisme Alam dan Emosi: Puisi ini menggunakan simbolisme alam untuk menyampaikan pesan tentang hubungan dan emosi manusia. Bulan dan matahari di sini bisa diartikan sebagai perumpamaan dua individu atau hubungan antara manusia yang mengalami ketidakmungkinan untuk bersama.

Puisi "Bulan Diburu Matahari" menggambarkan perjalanan waktu, rindu, dan pertemuan yang tak mungkin di antara bulan dan matahari. Melalui gambaran alam dan metafora, puisi ini mengajak pembaca merenung tentang kompleksitas hubungan dan tantangan yang bisa muncul dalam kisah cinta atau hubungan antarmanusia.

Harijadi S. Hartowardojo
Puisi: Bulan Diburu Matahari
Karya: Harijadi S. Hartowardojo

Biodata Harijadi S. Hartowardojo:
  • Harijadi S. Hartowardojo (nama lengkap: Harjadi Sulaiman Hartowardojo / EyD: Hariyadi Sulaiman Hartowardoyo) lahir pada tanggal 18 Maret 1930 di Desa Ngankruk Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia.
  • Harijadi S. Hartowardojo meninggal dunia pada tanggal 9 April 1984 di Jakarta, Indonesia (dimakamkan di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia).
  • Harijadi S. Hartowardojo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 1950-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.