Puisi: Marhaban Ramadan (Karya Munawar Syamsuddin)

Puisi "Marhaban Ramadan" karya Munawar Syamsuddin menggambarkan suasana dan ritme ibadah serta kehidupan masyarakat selama bulan Ramadan.
Marhaban Ramadan

Sekuntum bulan sabit
Mencium ubun-ubun embun
Sekemilau mata pisau silet
Perintah tarawih hidmat sedang turun 

Makan minum sahur sebelum imsak
Tadarus ayat kitab suci kudus kusimak
Kuhangatkan subuh sembahyang
Merapat tubuh mulut semua liang

Seharian kelamin kembali kusunat
Saat azan magrib serentak pulih dan sehat
Sekuntum bulan bertambah ranum
Di halaman taman tergelar pasar malam

Di surau mesjid upacara ibadah malam
Asap api masakan menyalakan dapur umum
Mereguk teh kopi hangat di bibir makrifat
Terima kasih Tuhan, hidup semakin nikmat

2008

Analisis Puisi:
Puisi "Marhaban Ramadan" karya Munawar Syamsuddin adalah sebuah karya sastra yang merayakan bulan Ramadan, bulan suci dalam agama Islam. Puisi ini menggambarkan suasana dan ritme ibadah serta kehidupan masyarakat selama bulan Ramadan.

Gambaran Bulan Ramadan: Puisi ini dimulai dengan gambaran sebuah bulan sabit yang melambangkan bulan Ramadan. Bulan sabit yang "Mencium ubun-ubun embun" menghadirkan nuansa spiritual dan suci, sebagai awal dari bulan yang diidamkan oleh umat Islam.

Spiritualitas dan Ibadah: Puisi ini menggambarkan praktik ibadah yang khas selama bulan Ramadan. Perintah tarawih, ibadah sunnah yang dilakukan setelah salat Isya, digambarkan sebagai momen yang penuh kekhusyukan dan penghormatan.

Aktivitas Saat Ramadan: Penyair menggambarkan aktivitas keseharian selama bulan Ramadan, seperti makan sahur sebelum imsak (awal puasa), tadarus (membaca) ayat-ayat suci Al-Quran, dan menjalankan salat fardhu, seperti salat subuh. Puisi ini juga menggambarkan bagaimana kebersamaan dan semangat ibadah menyatukan umat Muslim.

Makna Mendalam dalam Ibadah: Puisi ini menggambarkan momen penting saat kelamin kembali disunat (sunnah mu'akkad), sebuah praktik yang umum dilakukan pada anak laki-laki selama Ramadan. Azan magrib yang menciptakan kembali keadaan normal setelah berpuasa sepanjang hari digambarkan sebagai pulih dan sehatnya tubuh dan semangat.

Akhir Ramadan dan Tradisi Malam Lebaran: Puisi ini menggambarkan akhir bulan Ramadan dengan menyebutkan bahwa bulan tersebut "bertambah ranum." Halaman taman yang memiliki pasar malam menggambarkan suasana tradisional menjelang Lebaran (Idul Fitri) yang penuh kegembiraan.

Ibadah dan Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini menggambarkan integrasi antara ibadah dan kehidupan sehari-hari, seperti aktivitas di surau dan masjid serta menyantap makanan di dapur umum. Penyair juga mengutarakan rasa syukur atas nikmat kehidupan.

Puisi "Marhaban Ramadan" karya Munawar Syamsuddin adalah puisi yang merayakan bulan Ramadan dan menggambarkan bagaimana ibadah dan aktivitas sehari-hari dapat menjadi bagian integral dari spiritualitas dan kehidupan masyarakat selama bulan suci ini. Puisi ini menciptakan gambaran atmosfer dan makna mendalam yang terkandung dalam momen-momen Ramadan.

Puisi
Puisi: Marhaban Ramadan
Karya: Munawar Syamsuddin
© Sepenuhnya. All rights reserved.