Puisi: Peron Stasiun (Karya Syamsu Indra Usman)

Puisi "Peron Stasiun" karya Syamsu Indra Usman tidak hanya menggambarkan adegan di peron stasiun secara visual, tetapi juga menggambarkan suasana ...
Peron Stasiun

Di peron stasiun lahat
mereka duduk menunggu
kereta api limex
lubuk linggau kertapati
yang akan melaju membawa
mereka pada sebuah kota
di ujung utara
tempat peraduannya
seorang dara
lonceng stasiun
berdentang tiga kali
suatu pertanda tak lama lagi
fajar akan segera
menyingsing
mereka menghisap rokok
dalam kantong jaket levis
salah seorang temannya
untuk mengusir kantuk
yang masih sedikit tersisa
sejenak mereka bermain lamunan
mereka tersentak oleh gesekan besi
gemeretak dan meraung
kereta yang mereka tunggu
berhenti
mereka lalu melangkah
pluit berbunyi kereta bergerak
perlahan
selamat tinggal lahat
tempat mereka pertama kali menapak jalan cita-cita luhurnya.

Lahat, 1978

Analisis Puisi:

Puisi "Peron Stasiun" karya Syamsu Indra Usman adalah sebuah gambaran yang indah tentang kehidupan sehari-hari di stasiun kereta api.

Gambaran di Peron Stasiun: Puisi ini dibuka dengan gambaran suasana di peron stasiun Lahat. Pembaca disuguhkan dengan pemandangan orang-orang yang duduk menunggu kedatangan kereta api.

Antisipasi dan Penungguan: Orang-orang yang digambarkan dalam puisi ini sedang menunggu kereta api Limex menuju Lubuk Linggau Kertapati. Mereka penuh antisipasi dan harap-harap cemas terhadap perjalanan mereka ke kota di ujung utara.

Simbolisme Lonceng Stasiun: Lonceng stasiun yang berdentang tiga kali menjadi simbol yang menandakan kedatangan fajar dan awal perjalanan mereka. Lonceng ini menciptakan suasana yang sarat dengan harapan dan kegelisahan akan masa depan.

Lamunan dan Realitas: Meskipun menunggu dengan gelisah, mereka tetap menemukan kesempatan untuk bermain dengan lamunan dan memperdalam ikatan persahabatan mereka.

Kehadiran Kereta: Ketika kereta api yang mereka tunggu akhirnya tiba, suasana riang berganti dengan keriuhan dan kegiatan yang sibuk. Pluit berbunyi, dan kereta bergerak, mengakhiri momen-momen indah di stasiun Lahat.

Perpisahan dan Kenangan: Pembaca diperkenalkan pada momen perpisahan saat mereka melangkah masuk ke dalam kereta. Pluit berbunyi lagi, menandakan perpisahan dari stasiun Lahat yang telah menjadi saksi pertama perjalanan cita-cita mereka.

Puisi ini tidak hanya menggambarkan adegan di peron stasiun secara visual, tetapi juga menggambarkan suasana hati, antisipasi, dan perasaan yang mengiringi momen-momen seperti itu. Dengan penggunaan gambaran yang kaya, penulis membawa pembaca ke dalam pengalaman yang nyata dan menggugah emosi mereka.

Puisi
Puisi: Peron Stasiun
Karya: Syamsu Indra Usman

Biodata Syamsu Indra Usman:
  • Syamsu Indra Usman lahir pada tanggal 12 Oktober 1956 di Lahat, Sumatera Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.