Puisi: Potret-Potret Tua (Karya Sujarwanto)

Puisi "Potret-Potret Tua" karya Sujarwanto menggambarkan nostalgia terhadap masa lalu, perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu, dan ....
Potret-Potret Tua


Di album ini,
Seperti semesta yang semakin tua
Langkah-langkah gagah dan napas-napas yang gairah
Berangkai-rangkai, memilih kurun
Pandanglah
Kerna kemarin adalah hari-hari,
Yang kini kita nikmati

Di album ini
Hari-hari seperti telah berganti
Dan kita menjadi terjaga
"wajah-wajah berona jingga"
Kisah-kisah yang kita tinggalkan.
Seperti tak habis-habis
Tak habis-habis
Kita mengulang eja,
Mengkaji kisah-kisah lama
Dan penyakit kanak-kanak
Yang tak kunjung dewasa.


Kartindah, 1988

Analisis Puisi:
Puisi "Potret-Potret Tua" karya Sujarwanto adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan nostalgia terhadap masa lalu dan potret-potret kehidupan yang telah usai. Puisi ini merenungkan perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu dan mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari potret-potret kehidupan yang terekam.

Ketuaan dan Masa Lalu: Puisi ini mengungkapkan perasaan nostalgia terhadap masa lalu dan potret-potret dari waktu yang telah berlalu. Dengan pernyataan "Seperti semesta yang semakin tua," penyair menggambarkan betapa semua hal dalam alam semesta juga mengalami proses penuaan seiring berjalannya waktu. Hal ini menciptakan gambaran tentang kehidupan yang terus bergerak menuju ketuaan.

Kisah-Kisah dan Kenangan: Penyair menggambarkan potret-potret kehidupan yang terekam dalam album sebagai "Kisah-kisah yang kita tinggalkan." Frasa ini menciptakan rasa nostalgia dan kerinduan terhadap momen-momen yang telah berlalu. Puisi ini menyoroti betapa kita seringkali mengulang-ulang kisah lama, mempersembahkan kembali kenangan-kenangan tersebut melalui ingatan kita.

Perubahan Waktu: Puisi ini menyoroti perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu. Dengan frasa "Hari-hari seperti telah berganti," penyair menggambarkan bagaimana segala sesuatu di sekitar kita terus berubah dan bergerak maju. Potret-potret yang dulu terekam dalam album menjadi saksi dari perubahan ini, dan kini kita mengamati "wajah-wajah berona jingga" yang mungkin mencerminkan kedamaian dan kebijaksanaan usia tua.

Penekanan pada Pengulangan: Puisi ini mengulang frasa "Tak habis-habis" untuk menyoroti pengulangan dalam kehidupan dan pengkajian terhadap kisah-kisah lama. Hal ini menciptakan nuansa reflektif dan mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna dari pengulangan ini. Pengkajian dan pengulangan kisah lama juga mencerminkan usaha untuk memahami dan menyerap pelajaran dari masa lalu.

Puisi "Potret-Potret Tua" karya Sujarwanto adalah karya sastra yang menggambarkan nostalgia terhadap masa lalu, perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu, dan pengulangan dalam kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari potret-potret kehidupan yang telah usai dan pentingnya mengambil hikmah dari kisah-kisah lama.

Puisi: Potret-potret Tua
Puisi: Potret-Potret Tua
Karya: Sujarwanto

Sujarwanto lahir di Bantul, Yogyakarta, 28 Februari 1955. Pendidikannya dimulai dari SD Godean, PGAN Yogyakarta tahun 1974. Masuk IKIP Negeri Yogyakarta dan lulus tahun 1979. Kemudian melanjutkan ke jurusan Penelitian dan Evalasi Pendidikan, Program Pascasarjana, IKIP tahun 1984-1985. Ia mulai menulis sejak tahun 1975 saat bergabung dengan PSK. Ia pernah menjadi editor koran kampus Derap Mahasiswa IKIP Negeri Yogyakarta, mendirikan majalah Kuntum (1982), dan menjadi pemimpin umumnya.

Selain menulis puisi ia juga menulis esai, cerita pendek, dan artikel. Sejak tahun 1980-an ia menjadi dosen di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, kemudian pindah ke IKIP Muhammadiyah (sekarang UAD) Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.