Puisi: Ujung Tunggu (Karya Inggit Putria Marga)

Puisi "Ujung Tunggu" karya Inggit Putria Marga menggambarkan perasaan dan pengalaman seorang perempuan dalam menghadapi situasi yang kompleks, ...
Ujung Tunggu


jam enam pagi, matahari seperti bayi. bayi kemerahan tanpa tangis
menggeliat di antara awan yang bergerombol bagai buih di lautan
berhalimun rindu, kami di rang tamu. ia terlentang di kursi panjang
aku duduk di sisi kiri tubuhnya, setengah telanjang.

jam enam lewat tiga puluh menit. matahari bak bayi bergigi satu
menyeringai, menampakkan gusi yang kastuba: merah luka
kami masih di ruang itu. pakaian dalam dan pakaian luar
terserak di lantai tebal debu. kuntum-kuntum anggrek plastik
rontok dari tangkai yang tertancap dalam vas di tepi meja kayu.
ia mendengkur. aku ke dapur

seekor cicak mengendus sebutir nasi yang tergeletak di meja makan
di lantai, empat kecoa mengangkat antena di atas mata
seperti empat orang berdiri sejajar, membentangkan tangan
menyambut kedatanganku di dapur dengan dengkul gemetar
tak ada yang dapat kumasak untuknya pagi itu. tak ada
di warung sayur, hutangku banyak. di tempat melacur, kelaminku koyak
di dapur, aku memegang pisau, memilih bagian tubuh yang paling layak 
untuk ditetak, untuk dimasak

"ibu!"

panggilan itu menggiringku kembali ke ruang tamu
ia berdiri, mematung di hadapan jendela berterali
mengalihkan tatapan ke arahku dengan mata
                   senyala matahari jam enam pagi
"bapak kembali," kata-kata pecah di mulutnya
darahku emngalir dari liang telinga

kulihat yang tampak di luar jendela:
kau memasuki pagar, menuju pintu ruang tamu

aku tak tertarik membukakan pintu
semalas memikirkan dengan siapa, ke mana, atau bagaimana
kau lewati ratusan hari selama meninggalkan kami
seengan mendengar, kelak ketika ia lahir dan besar
manusia yang meringkuk dalam rahimku
akan memanggil anak lelaki kita bapak sekaligus kakak

jam berdentang tujuh kali di dinding
aku bergeming
pisau dalam genggaman
bertambah runcing.


2015

Sumber: Empedu Tanah (2020)

Analisis Puisi:
Puisi "Ujung Tunggu" karya Inggit Putria Marga adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan nuansa emosional dan lapisan makna yang mendalam. Puisi ini menggambarkan perasaan dan pengalaman seorang perempuan dalam menghadapi situasi yang kompleks, kontradiktif, dan penuh pertentangan.

Waktu dan Perubahan Emosi: Puisi ini dimulai dengan deskripsi matahari di pagi hari yang menggambarkan perasaan baru yang muncul seiring berjalannya waktu. Matahari yang awalnya diibaratkan sebagai bayi tanpa tangis menjadi matahari bergigi satu yang "menyeringai." Ini mencerminkan perubahan suasana hati dan perasaan yang berkembang sepanjang waktu.

Gambaran Ruangan dan Keadaan: Deskripsi ruangan dan keadaan di dalam puisi menciptakan gambaran yang kotor, kacau, dan terlantar. Pakaian tergeletak, anggrek plastik rontok, dan kecoa berkeliaran menggambarkan keadaan yang tidak terurus, seakan mencerminkan keadaan emosional dan psikologis karakter dalam puisi.

Ketidakberdayaan dan Keterbatasan: Karakter dalam puisi ini menghadapi situasi yang sulit dan merasa tidak berdaya. Meskipun ada nasi di meja, ia tak bisa mengolahnya menjadi makanan. Ini mencerminkan keterbatasan finansial dan mental yang dihadapinya.

Kontras Emosi: Puisi ini menciptakan kontras emosi antara momen-momen yang berbeda. Kontras antara kegembiraan dan senyuman awal matahari pagi dengan perasaan gelap dan keputusasaan yang dihadapi karakter di kemudian hari.

Pengkhianatan dan Kesepian: Kehadiran cicak, kecoa, dan kesunyian ruangan tampak menggambarkan kesepian dan pengkhianatan. Pernyataan "Bapak kembali" menunjukkan bahwa karakter mengalami perasaan dikhianati, mungkin oleh suaminya.

Pilihan Kehidupan yang Penuh Pertentangan: Puisi ini menggambarkan pertentangan batin karakter antara tindakan dan pilihan yang dihadapinya. Pilihan untuk melanjutkan atau mengakhiri situasi yang rumit dan penuh tekanan.

Puisi "Ujung Tunggu" karya Inggit Putria Marga adalah puisi yang menggambarkan kompleksitas emosi dan perasaan seorang perempuan dalam menghadapi situasi yang sulit dan penuh pertentangan. Puisi ini menggambarkan perubahan suasana hati, perasaan ketidakberdayaan, dan perasaan terisolasi. Melalui gambaran tersebut, puisi ini mengajak pembaca merenung tentang kompleksitas kehidupan manusia yang penuh dengan emosi dan perubahan.

Inggit Putria Marga
Puisi: Ujung Tunggu
Karya: Inggit Putria Marga

Biodata Inggit Putria Marga:
  • Inggit Putria Marga lahir pada tanggal 25 Agustus 1981 di Tanjung Karang, Lampung, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.