Puisi: AIDS (Karya F. Rahardi)

Puisi "AIDS" karya F. Rahardi menggambarkan wajah Jakarta yang gelisah di hadapan wabah AIDS. Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran ...
AIDS

Parfum perancis mengambang di angkasa
Taman Lawang
lipstik meleleh di bantaran Kali Malang
pohon akasia memamerkan paha
dan lampu bajaj melotot melihat tetek-tetek
silikon
dipajang tanpa BH

Jakarta selalu gerah dan panas
Bandar Udara Soekarno-Hatta mengangkang
merenggangkan paha
virus-virus AIDS berlompatan tanpa visa
dari Boeing 747 dan DC 10
mereka menyeret bagasi, melemparkannya
ke taksi
menyerbu Hilton, mencolek Ambarukmo
merangkul-rangkul Sanur
virus-virus bugil itu mabuk matahari
dan berguling-guling di pasir Kuta dan
Parangtritis
mereka berenang dan bersilancar
dalam gelombang kain sprei

Bersenjatakan keping dolar
virus-virus itu bergerilya di Taman Suropati,
di selatan stasiun Tugu
dan di sekitar Keraton Surakarta
virus-virus itu selalu gagah dan ramah
menyapa hello dan melambaikan tangan
dengan gaya Ronald Reagan

Jakarta selalu haus dan lapar
Jakarta selalu menadahkan tangannya pada
siapa saja
dan virus-virus AIDS itu berebutan
melemparkan dolar
tapi Jakarta tetap saja gelisah
tugu Monas mengepulkan asap ganja
ludah morfin meleleh di jalan Thamrin
menggenangi Menteng dan Kebayoran
dan meluber masuk gang-gang becek
di Kramat Sentiong
di ujung gang yang sepi dan gelap itu
virus AIDS menghadang berkacak pinggang
dengan jarum suntik yang runcing dia siap
merajam
daging-daging korban
dan mengantarkannya ke kuburan

Tubuh Jakarta mulai rapuh
virus AIDS menyumbat lubang-lubang got
di Kemayoran
memampatkan perempatan jalan Pramuka dan
Salemba Raya
lalulintas makin teler
korban kecelakaan digotong tiap jam

Jakarta perlu tambah darah
truk-truk tangki menjulur selang transfusi
ke Rumahsakit Cipto dan Carolus langsung ke
bagian
gawat darurat
Jakarta gemetar ketakutan
virus-virus AIDS menyeringai memamerkan
taring Drakula
para wartawan berjumpalitan mengejar
dead line koran
para pejabat kesehatan blingsatan ditegur
atasan
para dokter ahli mengernyitkan dahi
memelototi tabung-tabung reaksi
virus-virus AIDS itu dijebak,
ditelanjangi dan diperkosa
di laboratorium penelitian
tapi dengan suara lantang
virus-virus itu malah menantang sambil
berkacakpinggang

Jakarta kebingungan
“Dari manakah virus-virus itu datang?
Bukan dari Amerika, bukan dari Afrika,
bukan dari kaum gay
bukan dari bencong Taman Lawang
lalu dari mana?”

Seluruh isi dunia berasal dari Tuhan
dan akhirnya akan kembali pula kepada Tuhan
jadi virus-virus AIDS itu pasti dari Tuhan
juga asal-usulnya
dan ditularkan ke manusia lewat putranya
yang mulia
lewat tangan para Malaikat
lewat Adam dan anak cucunya
lewat gigitan lewat pagutan lewat belaian
lewat pelukan
dan lewat sodokan keras sebatang jarum suntik

Dan Jakarta menyerah
dibiarkannya virus AIDS mengulum
tugu Monas
dibiarkannya virus AIDS menggerayangi
Kali Malang
dibiarkannya virus-virus itu meremas
bukit pasir Parangtritis
dibiarkannya virus-virus itu tumpang tindih
di pantai Kuta
dan pulau Jawa meregang menyelonjorkan
kakinya
Bali dan Sulawesi gelisah menggeliat-geliat
Seluruh Indonesia orgasme
dan Stupa Candi Borobudur
memuncratkan darah.

Jakarta, 1986

Analisis Puisi:
Puisi "AIDS" karya F. Rahardi menggambarkan wajah Jakarta yang gelisah di hadapan wabah AIDS. Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang intens untuk menyampaikan dampak sosial, moral, dan kesehatan dari merebaknya penyakit tersebut.

Imej Kota Jakarta: Penyair menampilkan Jakarta sebagai kota yang penuh gejolak, dengan gambaran kehidupan kota yang keras dan intens. Parfum, taman hiburan, dan kehidupan malam di tempat-tempat seperti Taman Lawang menjadi bagian dari latar belakang yang terasa hidup.

Personifikasi Wabah AIDS: Wabah AIDS digambarkan sebagai "virus-virus" yang aktif dan bergerak seperti entitas hidup. Mereka berlompatan tanpa visa, menyerbu dari pesawat, dan menyeringai seperti Drakula. Personifikasi ini memberikan nuansa kejahatan dan ancaman yang datang dari penyakit tersebut.

Kritik Terhadap Perilaku Seksual: Penyair mengkritik perilaku seksual yang dianggap tidak aman dengan menggambarkan pemandangan yang eksplisit, seperti wanita dengan silikon tanpa BH. Hal ini mencerminkan sudut pandang moral dan etika penyair terhadap gaya hidup yang dianggap berisiko terhadap penyebaran AIDS.

Penyebaran dan Dampak Wabah: Puisi menggambarkan penyebaran wabah AIDS secara dramatis, dari Bandara Soekarno-Hatta hingga ke berbagai bagian Jakarta dan pulau-pulau lain di Indonesia. Dampaknya tercermin dalam lalu lintas yang makin teler dan ketakutan yang melanda Jakarta.

Perlawanan Terhadap Wabah: Meskipun terdapat upaya perlawanan, seperti di laboratorium penelitian, virus-virus AIDS dijelaskan sebagai entitas yang menantang dan berkacakpinggang, menunjukkan bahwa wabah ini sulit untuk dikendalikan.

Asal-usul dan Takdir: Penyair menyampaikan pemikiran filosofis tentang asal-usul penyakit ini, menyatakan bahwa semuanya berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Pemikiran ini menciptakan suatu sudut pandang yang lebih luas tentang takdir dan takhayul seputar wabah AIDS.

Keterpurukan dan Keputusasaan: Puisi menggambarkan Jakarta yang kacau dan kebingungan menghadapi wabah ini. Meskipun upaya dilakukan, Jakarta merasa tidak mampu menghentikan penyebaran penyakit yang tampaknya tak terelakkan.

Gambaran Terakhir: Puisi menyajikan gambaran terakhir yang dramatis, dengan pulau Jawa merenggang menyelonjorkan kakinya dan Stupa Candi Borobudur memuncratkan darah. Ini memberikan kesan bahwa wabah AIDS telah mencapai puncaknya dan mencakup seluruh Indonesia.

Puisi "AIDS" adalah karya yang penuh dengan gambaran dan kritik sosial terhadap penyebaran wabah AIDS di Jakarta. Dengan gaya yang eksplisit dan dramatis, F. Rahardi berhasil menggambarkan dampak yang meresahkan dari penyakit ini pada aspek-aspek kehidupan sehari-hari dan moralitas masyarakat.

Floribertus Rahardi
Puisi: AIDS
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.