Puisi: Hujan Membaca Cinta (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Hujan Membaca Cinta" karya Tjahjono Widarmanto menggambarkan perasaan, ingatan, dan waktu dengan menggunakan gambaran alam dan emosi manusia.
Hujan Membaca Cinta


menghitung rambutmu berlepasan sehelai-helai seperti menyimak perjalanan penuh reportase di antara bisik lampu taman dan bangku semen asing membeku debu dan keringat bermuara pada riwayak kelopak mata melahirkan sungai: menderas-deras, gericiknya sampai ke hulu nadi menikam waktu meronta minta kembali tempat yang dulu pernah disinggahi seperti syahwat Musa mengintip tuhannya

kini tak ada dermaga untuk mengulangnya kembali kecuali sekedar mengingat setangkai warna bunga yang dulu pernah kukirim tak sampai-sampai. juga surat cinta yang terus menggigil kehilangan sampul tempat alamat dipahat: aroma purba menguap bersama desir almanak rontok diterbangkan cuaca bersama pelaut ditakdir tak bosan berlayar mencumbu taufan lalu pecah di ceruk karang

menunggui musim berbiak membutuhkan kesabaran air kali menghayut hingga kelak samodra memilinnya menjadi sepasang kekasih seorang bocah telanjang kaki dan dada bertanya-tanya dimana letak kubur ibu bapa tempat alamat ditulis dimana mereka kembali bisa bercinta sampai kelak waktu membisikinya dengan bijaksana:

tak ada yang akan mati untuk merampungkan percakapan

Ngawi, Mei 2006

Analisis Puisi:
Puisi "Hujan Membaca Cinta" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah karya yang penuh dengan imaji dan perbandingan yang kuat. Puisi ini menggambarkan perasaan, ingatan, dan waktu dengan menggunakan gambaran alam dan emosi manusia.

Tema Cinta dan Waktu: Tema utama dalam puisi ini adalah cinta dan waktu. Puisi ini menggambarkan perjalanan cinta yang penuh dengan perasaan, memori, dan waktu yang terus berjalan. Hal ini tercermin dalam gambaran alam seperti hujan, sungai, dan bunga, yang menggambarkan perjalanan cinta dan pengalaman manusia.

Imaji Alam dan Emosi Manusia: Penyair menggunakan gambaran alam seperti hujan, sungai, dan bunga untuk menggambarkan perasaan dan emosi manusia. Imaji-imaji ini menghubungkan perjalanan cinta dengan alam dan memberikan dimensi emosional yang kuat pada puisi.

Perbandingan dan Metafora: Puisi ini penuh dengan perbandingan dan metafora yang kuat. Contohnya, "menghitung rambutmu berlepasan sehelai-helai seperti menyimak perjalanan penuh reportase" menggambarkan ketelitian dalam merasakan perjalanan cinta sebagaimana membaca berita. Hal ini memperkaya makna dan pemahaman puisi.

Aliran Pemikiran dan Waktu: Puisi ini mengalir dari satu gambaran ke gambaran lainnya, menggambarkan aliran waktu dan perjalanan cinta yang terjadi dalam rentang waktu yang panjang. Aliran pemikiran ini menciptakan nuansa perjalanan yang kontinu.

Simbolisme Hujan dan Sungai: Hujan dan sungai menjadi simbol perjalanan waktu dan perasaan dalam puisi ini. Hujan yang mengabarkan perjalanan cinta dan sungai yang mengalir seperti sungai cinta menggambarkan aliran perasaan yang tak pernah berhenti.

Tentang Memori dan Kehilangan: Puisi ini juga menggambarkan kehilangan dan memori. Sebagai contoh, "tak sampai-sampai. juga surat cinta yang terus menggigil kehilangan" menggambarkan perasaan kehilangan dan memori yang tak terlupakan.

Puisi "Hujan Membaca Cinta" menggambarkan perjalanan cinta, waktu, dan emosi manusia dengan menggunakan imaji alam dan perbandingan yang kuat. Penyair menghubungkan alam dengan perasaan manusia, menciptakan lapisan makna yang mendalam. Puisi ini memberikan pengalaman membaca tentang perjalanan cinta dan waktu yang tak terpisahkan.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Hujan Membaca Cinta
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.