Puisi: Penjelasan Menteri Penerangan tentang Kampret (Karya F. Rahardi)

Puisi: Penjelasan Menteri Penerangan tentang Kampret Karya: F. Rahardi
Penjelasan Menteri Penerangan tentang Kampret


Wartawan koran pagi
Wartawan koran sore
Wartawan majalah
Wartawan televisi
Wartawan radio
Wartawan kantor berita
Wartawan daerah
Wartawan ibukota
Wartawan asing
Wartawan kawakan
Wartawan ingusan
Wartawan idealis
Wartawan pengemis
Semua menunggu
dengan gairah
yang sama,
dengan semangat yang sama,
dengan harapan yang sama
dengan nasib dan suratan tangan
yang berbeda-beda.

Ada yang duduk dengan rapi
ada yang gelisah,
ada yang berdiri
ada yang mondar-mandir
semua siap dengan pancaindera
dan peralatan masing-masing
yang super canggih
yang sederhana
yang sekadar
block note dan
bolpen
yang pakai satelit
semua tegang
menunggu penjelasan
resmi
dari pihak pemerintah
tentang serangkaian teror
yang telah dilakukan
oleh kawanan kampret
akhir-akhir ini.

Menteri penerangan datang
diiringi ajudan
didampingi menteri-menteri lain
dari departemen yang terkait
dengan masalah kampret.

Setelah duduk dengan pas
Setelah data-data tersaji di meja,
mulailah menteri penerangan itu
memberikan penjelasan secara rinci
dan kronologis
duduk perkara
yang sebenarnya
tanpa tedeng aling-aling
tanpa ada yang disembunyikan
semua dibeberkan
dengan sangat
jelas
secara panjang lebar
Tanyajawab juga dilakukan
dalam suasana
yang sangat terbuka,
ramah dan bersahabat
Semua wartawan puas.

Menteri penerangan juga puas
Semua permasalahan telah terbahas
dengan tuntas dengan sebuah pesan
yang juga sangat tegas bahwa
semua penjelasan tadi sifatnya
off the record.

Selang beberapa jam kemudian
sebuah pemancar radio asing menyiarkan
berita tentang kampret tersebut.
Berikut ini hasil transkrip
dari kaset rekaman
warta berita tersebut.

Nguik-nguik-nguik, grek-grek,
greng-gruduk-gruduk, pletak,
tang-ting-tong-tang-ting-tong-ngung . . . .
selamat siang Saudara-saudara
di tanahair, berikut saya sampaikan
berita tentang gerakan kaum oposisi
yang menggunakan power kampret.

Beberapa waktu yang lalu,
sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat
telah terancam gagal karena kaum
oposisi telah mengerahkan kekuatan paranormal
dengan perantara dukun-dukun.
Akibatnya kelelawar-kelelawar kecil
semacam vampir itu telah menyerbu
gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat
dan menduduki gedung itu selama
empat jam.
Panser telah dikerahkan
juga pasukan komando.

Bahkan gas airmata serta pestisida
yang disemprotkan tidak mempan.
Tembakan-tembakan senapan M16
yang diarahkan ke kerumunan kampret itu
juga meleset semua.

Kawanan kampret itu baru bubar
setelah pihak rezim yang berkuasa
juga mengerahkan dukun-dukunnya.
Dukun-dukun pemerintah itu
didatangkan dari gunung Lawu di Jawa Tengah,
dari gunung Galunggung di Jawa Barat
dan dari Banten.
Dukun-dukun itu dijemput
dengan helikopter yang langsung
mendarat di halaman gedung Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
Setelah dukun-dukun pemerintah itu
membacakan manteranya,
kampret-kampret itu lalu bubar.

Setelah kampret-kampret itu bubar,
sidang Majelis pun dimulai
dengan acara tunggal
memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Namun kaum oposisi yang merasa kalah
segera menghimpun kekuatan dan
dukun-dukun mereka kabarnya
sedang mengerahkan kawanan kampret
yang lebih besar jumlahnya
untuk menyerbu ke kantor-kamtor pemerintah.
Kabar terakhir yang kami terima dari Jakarta
menyebutkan bahwa Markas Besar Tentara juga
sudah mulai diserbu oleh kawanan kampret
secara sporadis.
Mungkin dalam waktu de . . . nguik-nguik,
ngek . . . . grok-grok.

Siaran itu selanjutnya susah untuk
ditangkap dengan jelas.

Hari itu juga koran sore ibukota
menurunkan sebuah Head Line :
Suasana Kota Jakarta Aman dan Terkendali.
Sub judulnya : Serbuan kampret dapat diatasi.
Isi berita itu kira-kira begini :
Pemerintah akan bertindak tegas
terhadap setiap bentuk kerawanan sosial
yang dapat mengarah kepada
gangguan Kamtibmas dan lebih jauh lagi
dapat mengakibatkan perpecahan nasional.
Untuk itu semua aparat keamanan
maupun para pejabat yang terkait
dihimbau untuk menahan diri
tidak memberikan komentar lewat
media masa yang akibatnya justru
dapat menambah bingung masyarakat
dan memperkeruh suasana.

Dalam waktu dekat ini pemerintah,
khususnya departemen penerangan dan
departemen luar negeri juga akan
mengambil tindakan seperlunya
terhadap media masa asing yang
pemberitaannya akhir-akhir ini
dirasakan telah mendeskreditkan
bangsa Indonesia.
Seakan-akan di Indonesia tidak ada
kepedulian terhadap lingkungan hidup,
seakan-akan tidak ada demokrasi dan
hak-hak asasi para kampret juga telah
dilanggar.
Terhadap pemberitaan-pemberitaan
yang ngawur tersebut, masyarakat
dihimbau untuk bersikap dewasa,
kritis dan tidak mudah terpancing
oleh isyu-isyu yang menyesatkan.

Sementara itu di Jakarta dan
kota-kota besar lainnya juga telah
beredar selebaran gelap berupa
fotocopian sebanyak enam lembar
lengkap dengan peta dan petunjuk praktis
untuk mencapai lokasi itu.
Isi selebaran gelap itu adalah,
Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit
telah menyembunyikan harta karun
yang nilainya saat ini trilyunan rupiah.
Harta karun itu berupa uang emas,
perhiasan, permata dan keris sakti
yang sangat dahsyat.
Siapa pun yang memegang keris sakti itu
akan dapat menjadi presiden.
Konon keris itu dibuat oleh
seorang empu sakti
pada awal abad ke X.

Lokasi penyimpanan harga karun itu
diketemukan secara tak sengaja oleh
seorang kernet truk
pengangkut batu kapur.
Saat itu ia heran
karena melihat banyak
sekali kampret
keluar dari lubang gua.
Ternyata dalam gua itulah tersimpan
harta karun peninggalan kerajaan Majapahit
yang tak ternilai itu.

Sejak penemuan tak sengaja itu,
gua tersebut lalu diamankan oleh
pihak yang berwajib.
Namun diluar dugaan,
pusaka-pusaka sakti itu
pindah sendiri ke gua lain
yang lokasinya belum diketahui
dengan jelas.

Berdasarkan wangsit dari Eyang Brawijaya
berikut inilah peta mutakhir
lokasi harta karun itu,
yang dikeluarkan oleh Badan Survai dan
Pemetaan Nasional.

Penjelasan Peta

Kalau Anda melewati jalan setapak
dari barat ke arah timur
dan sesampai di seberang bukit
memandang serong ke arah 45 derajat
ke arah kiri, akan tampak awan Comulus
yang menggantung di langit.

Nah, di senja hari kampret-kampret
akan keluar dari celah-celah
batu karang lalu mencari makan
semalam suntuk.
Pagi hari sebelum matahari terbit
kampret-kampret itu akan kembali
ke sarangnya.
Awasilah mereka.

Tempat harta karun itu dijaga
oleh jin berkepala empat.
Awas laki-laki yang isterinya sedang
hamil muda harus berhati-hati
kalau mendatangi lokasi ini.
Siapa cepat akan dapat
pelan-pelan tidak kebagian.

***

Selebaran gelap itu selama ini beredar
dari tangan ke tangan lewat fotokopi.
Ada juga yang iseng mengirimkannya ke
redaksi koran, alim ulama, Menteri
Lingkungan dan ke Sekretaris Negara.

Itulah berita tentang kampret yang
beredar lewat radio asing, koran,
selebaran gelap dan desas-desus.
Seorang peneliti asing yang sedang
mendalami perangai kampret
jadi pusing setelah membaca dan
mendengar berita-berita itu lalu
dia datang ke seorang psikiater.

Selama hampir setengah jam peneliti itu
diperiksa oleh psikiater itu lalu diberi valium.
“Anda cuma capek mister.
Stres akibat jauh dari istri dan
kerjanya terlalu diforsir.
Saya beri cuti seminggu dan obat ini
mesti dihabiskan!”
“Berapa saya harus membayar dokter?”
“Cukup tujuh puluh lima ribu rupiah saja.”
“Tujuh puluh lima ribu? Itu cukup murah.
Terimakasih.”
“Kembali.Suster, pasien berikut.”

“Silakan Pak!”
“Selamat malam Dok.”
“Malam, silahkan duduk. Nama Anda?”
“Doktorandus Raden Mas Sangaji Joko
Saputro.”
“Apa keluhan Anda?”
“Di bola mata saya selalu ada
gambar kampretnya.”
“Gambar kampret?”
“Ya. Saya seperti memakai kaca mata yang
lensanya bergambar kampret.
Saya takut itu semua ulah setan.
Bukankah kelelawar itu simbol setan?
Saya curiga ada oknum jahat
yang sengaja mengguna-gunai saya.
Tolonglah dok,
tolong,
aduh,
kenapa
nasib saya
jadi begini menderita. Tuhan tidak adil,
kenapa justru saya
yang disiksa habis-habisan begini,
kenapa orang-orang jahat
justru dapat hidup enak
dan kaya raya.
Dokter,
Tuhan itu jahat ya?
Tolonglah aku ini dokter.
Aku takut.
Takut.
hu . . . .”

Pasien itu lalu menangis keras-keras,
melolong-lolong,
menjerit-jerit.
Akhirnya pingsan.
Suster datang.
Pasien dibaringkan.
Sambil menunggu ia siuman
psikiater itu
memeriksa pasien-pasien lain..
Setelah enam pasien selesai diperiksa,
yang pingsan siuman
lalu ngobrol santai.

“Kok saya bisa ketiduran Dok?”
“Yah mungkin ngantuk.
Semalam begadang ya?”
“Betul!
Saya tadi malam
nonton tivi
sampai jam dua.
Habis itu keluar
diantar sopir cari bakmi,
e, sampai pagi tidak bisa tidur lagi.
Paginya terus ngantor,
ya sampai sekarang ini.
Lucu ya dok,
kok sampai bisa ketiduran!”
“Profesi Anda apa Pak?”
“Lho, suster tadi tidak bilang to?
Saya ini kan
Doktorandus Raden Mas Sangaji
Joko Saputro.
Direktur Utama
PT. Semen Citeureup.
Ya saya ini orangnya.
Dokter pasti heran kan,
kok orang
secanggih saya
dapat kena stres?
Jangan heran dok!
Batu karang sekokoh apapun,
kalau pagi sore
siang malam
dihajar gelombang terus-menerus,
akhirnya ya jebol.
Ambrol.
Itulah saya.
Pagi sore siang malam diganggu
kampret . . . . terus.
Akhirnya ya senewen.
Miring.
Akhirnya ya bisa edan kan dok?
Betul nggak?
siapa yang tahan,
Pabrik saya ditutup
gara-gara kampret.

Kantor saya diserbu masa
gara-gara kampret.
Isteri saya main serong
sama anak buah saya,
gara-gara kampret.
Anak saya jadi berandalan
gara-gara kampret.
Saya tidak tahan dokter.
Fisik bisa tahan
tapi mental?
Down!”

“Kegiatan Anda hari-hari sekarang ini?”
“Ya, masih biasa.
Kamis sama Sabtu golf.
Senin khusus menjamu relasi.
Jum’at meeting dengan staf
Selasa dan Rabu urusan rutin kantor
Sabtu dan Minggu khusus untuk keluarga.
Dua hari itu saya sama sekali tak mau diganggu.
Soalnya anak saya yang bungsu itu
manjanya bukan main.
Padahal dia sudah tingkat satu lo dok.
Tapi apa-apa kalau bukan sama papahnya,
tidak pernah mau.
Saya sampai pernah tanya sama dia :
Apa nanti suami juga mesti papa yang nyariin.
Wah, anak saya yang satu ini
memang lain dari yang lain.”
“Lo tadi Bapak bilang
anaknya yang berandalan
gara-gara kampret itu?”
“Itu kakak-kakaknya!
Yang ini, waduh alimnya.
Diajak teman-teman ke Disko
tidak pernah mau.
Ke Pup juga tidak mau.
Ke Ancol saja dia tidak pernah kok.
Nonton apalagi.
Hari-hari kerjanya hanya belajar,
belajar, belajar.
Cita-citanya
Katanya mau jadi ahli roket kok.
Apa tidak hebat itu?
Tapi ya itu tadilah.
Kampret!”
“Puteri Bapak itu?”
“Benar!”
Kampret!
Tahu-tahu dia hamil
Apa tidak kampret itu?
Coba terka,
siapa coba yang menghamilinya?
Gurunya!
Guru biologinya.
Apa tidak kampret itu.
Makanya itulah Dok,
saya sungguh sakit.
Di sini lo yang sakit,
di dalam otak ini.
Pokoknya sekarang terserah dokter.
Saya disuruh apa saja mau.
Asalkan dapat pulih seperti dulu lagi.”
“Hobi Anda apa Pak?”
“Hobi saya?
Ya kerja!
Jangan dikira
kalau saya golf atau lunch
atau dinner itu santai.

Tidak.
Bagi saya,
golf,
lunch,
dinner,
bahkan coffe morning
semua itu kerja.
Seperti nelayan yang pasang jaring itu lo.
Siapa tahu ada kerapu,
kakap atau tongkol
yang kena.

Jadi jangan tanya hobi saya.
Lain sama anak-anak kemarin sore itu.
Baru jadi bos sedikit saja
sudah petentang-petenteng pegang stick golf.
Kerjanya justru ngabisin duit.
Bukan cari duit.
Anda sendiri kalau siang
dinesnya dimana Dok?”
“Di sini.
Di rumah sakit ini.
Kadang-kadang malam.
Kadang-kadang pagi.
Tidak tentu.
Sekarang ini
apakah Bapak masih bisa berdoa?”
“Berdoa?
Ya.
saya ini kristen.
Berdoa ya biasa.
Pagi,
malam,
mau makan,
missa
Biasa to.
Maksud dokter bagaimana?”
“Maksud saya
apakah Bapak masih bisa berdoa
dalam menghadapi
kemelut ini?”
“Lo,
kemelut apa?
Saya tidak punya
kemelut apa-apa kok.
Soal kampret tadi!
Itu biasa.
Dalam bisnis itu lumrah
Wajar
Jadi tidak ada masalah
Sampeyan heran kan?
Wong tidak ada masalah
kok datang ke psikiater?
Ya sampeyan sendiri saja yang gemblung
Saya kan sudah bilang tadi
Stres penyebabnya kampret.
Ya, sudah
Itu saja diobati.
Kok malah nanya macam-macam
Dari segi bisnis
sampeyan ini gemblung.
Coba kalau periksa pasien lain
kan sudah dapat empat.
Sudahlah bikinin resep
saya mau pulang!”
“Ya, ini saya beri obat.
Tapi sifatnya sementara
Nanti Kamis datang lagi.”
“Lo, Kamis saya kan golf.”
“Ya, Jum’atnya.”
“Baik.
Jum’at saya akan datang
tapi tidak usah tanya macam-macam ya?
Capek saya!”

Psikiater itu menguap dan menggeliat
Dia memanggil suster
untuk mengemasi
barang-barangnya.
Sopir di luar udah siap.

Di jalan
ketika lampu lalu-lintas berwarna merah,
dia ambil koran sore
dan head line
koran itu adalah :
Ribuan kampret menyerbu lapangan golf
Delapan orang konlomerat
tiga jenderal dan
seorang menteri luka parah
Mereka dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat
Psikiater itu teler.

Sumber: Migrasi Para Kampret (1993)


F. Rahardi
Puisi: Penjelasan Menteri Penerangan tentang Kampret
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.