Puisi: Seorang Tukang Sate Bertanya pada Tuhan (Karya F. Rahardi)

Puisi "Seorang Tukang Sate Bertanya pada Tuhan" karya F. Rahardi menyampaikan pesan tentang tantangan pemahaman keagamaan dan ...
Seorang Tukang Sate Bertanya pada Tuhan


Tuhan,
mengapa daging kambing lebih mahal
daripada daging Kristus?

Tukang sate itu demam
ia mabuk asap
mabuk daging, mabuk kecap
mabuk sambal, mabuk merica

Tuhan,
mengapa daging kambing lebih enak
daripada daging Kristus?

Tuhan enggan menjawabnya
dan membiarkan tukang sate itu
terus bertanya-tanya
dan menebak-nebak jawabannya
sambil terus memotong-motong daging
menusuk-nusuknya
melumurinya dengan bumbu dan kecap
lalu memanggangnya
sampai harum dan matang

Dan di warung itu
delapan hidung
delapan mulut
dan delapan perut yang lapar
dengan sabar menunggu di meja masing-masing
sambil terus mengunyah emping
dan nyeruput bir serta teh panas
hari itu tercatat sudah dibakar
sekitar 20 kg daging segar

Tuhan,
mengapa daging kambing lebih laris
daripada daging Kristus?

Tukang sate itu teler berat
ia ayun-ayunkan daging
ia ayun-ayunkan piring
dan kipas dan botol kecap
bau asap dan daging dan bumbu
terbang ke langit
di atas warung
di atas kantor-kantor
di atas gereja
menyusup masuk
dan nyenggol hidung seorang pastor

Pastor itu berjingkat
sambil terus menyanyi-nyanyi
sambil terus berdoa
dan membagi-bagikan
sekitar 2 ons roti kering
buat para jemaat

Inilah darah dan daging Kristus
penebus dosa manusia
terimalah dan makanlah

Tuhan,
mengapa tubuh kambing
tubuh sapi dan kerbau
lebih mahal daripada tubuh Kristus
mengapa warung sate berjubel
tapi gereja sepi-sepi saja?

Tukang sate itu mabuk darah
mabuk pisau, mabuk tusukan dan
bacokan dan sayatan

Tuhan,
mengapa para pastor enggan
mencincang daging Kristus
lalu menusuk-nusuknya
melumurinya dengan kecap
dan garam dan merica
agar gereja jadi pedas
missa jadi berkeringat
dan daging Kristus jadi manis
hingga lebih laris
daripada daging sapi
daripada daging kambing
daripada daging ayam

Tuhan,
mengapa pastor-pastor itu
tak melakukannya
hingga gereja makin sepi-sepi saja.


1991

Analisis Puisi:
Puisi adalah bentuk sastra yang memungkinkan penyair untuk mengungkapkan pemikiran dan pertanyaan mendalam tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk keagamaan. Dalam puisi "Seorang Tukang Sate Bertanya pada Tuhan" karya F. Rahardi, kita disajikan dengan gambaran yang penuh pertanyaan dan refleksi tentang agama, makanan, dan kehidupan sehari-hari.

Daging Kambing vs. Daging Kristus: Puisi ini dibuka dengan pertanyaan tajam yang diajukan oleh seorang tukang sate: mengapa daging kambing lebih mahal daripada daging Kristus? Pertanyaan ini menciptakan gambaran tentang kontras antara nilai keagamaan dan nilai material dalam masyarakat. Daging Kristus disini merujuk pada sakramen keagamaan dalam agama Kristen, yaitu Perjamuan Kudus.

Mabuk Daging dan Mabuk Kebingungan: Penyair menggambarkan tukang sate sebagai sosok yang mabuk dan kebingungan, tercermin dalam penggunaan kata-kata seperti "demam," "mabuk asap," dan "mabuk sambal." Ini menciptakan gambaran tentang perasaan yang bingung dan kehausan akan pengetahuan atau pemahaman yang mendalam.

Perbandingan antara Daging-Daging: Puisi ini terus membandingkan daging kambing dengan daging Kristus, dengan pertanyaan mengapa daging kambing lebih enak dan laris daripada daging Kristus. Ini menciptakan gambaran tentang kesenjangan antara aspek material dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Gereja yang Sepi dan Teler Tukang Sate: Puisi ini menciptakan gambaran tentang gereja yang sepi dibandingkan dengan keramaian di warung sate. Pemilihan kata-kata seperti "gereja sepi-sepi saja" dan "teler berat" untuk menggambarkan tukang sate menciptakan perasaan ketidakseimbangan dalam pemahaman agama dan kehidupan sehari-hari.

Penyembahan dan Pertanyaan: Puisi ini mengungkapkan pertanyaan yang dalam tentang pemahaman agama dan kritik terhadap praktik gereja. Penyair menciptakan gambaran tentang praktik pemahaman Kristus yang berbeda dari yang diajarkan dalam gereja.

Puisi "Seorang Tukang Sate Bertanya pada Tuhan" adalah karya yang penuh dengan pertanyaan dan refleksi tentang hubungan antara agama, makanan, dan kehidupan sehari-hari. Puisi ini menciptakan gambaran tentang kontras antara nilai-nilai agama dan nilai-nilai duniawi dalam masyarakat. F. Rahardi berhasil menyampaikan pesan tentang tantangan pemahaman keagamaan dan ketidakseimbangan dalam pandangan dunia melalui kata-katanya, menciptakan gambaran tentang penguatan pertanyaan dan kritik dalam pemahaman agama.

Floribertus Rahardi
Puisi: Seorang Tukang Sate Bertanya pada Tuhan
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.