Puisi: Mengapa Tak Hanya Cinta? (Karya Nanang Suryadi)

Puisi: Mengapa Tak Hanya Cinta? Karya: Nanang Suryadi
Mengapa Tak Hanya Cinta?

(1)

Kami selalu berteriak: “mengapa manusia menukar cinta dengan kebencian? mengapa manusia sampaikan cinta dengan bahasa umpatan dan kebengisan?”

Hitam. Hitam. Hitam. Hitam. Hitam. Hitam. Kemana cahaya? Senyum-MU yang cahaya.

Jika dunia adalah goda, jangan asingkan aku dengan riuhnya. karena aku merindu, cinta-Mu yang sesungguhnya.

Mengapa tak hanya sunyi, Cintaku? seperti di dalam rahim ibuku, cinta Kau tiup menjadi diriku. 

Aku melangkah di jalan cinta, berliku menujumu, terjal berbatu. aku menyeru-Mu!

"Aku adalah Cinta. Aku adalah Cinta. Aku adalah Cinta. Muara segala ucap yang berbeda".

O, aku adalah cinta yang menggigil di tengah pekik dan alir darah airmata duka manusia.


(2)

Dari dadamu pecinta, dari matamu pecinta, dari pekikmu pecinta, cahaya menerang, cinta yang cahaya!

Para pecinta berteriak memekikkan cinta sepanjang waktu, langit menjadi saksi, bumi menjadi penyaksi, yang tak pernah sangsi

Wahai para pecinta, katakan cinta menaklukkan segala aniaya, segala duka cita. jangan menyerah kepada para penjarah!

Para pecinta tak membedakan waktu. karena waktu demikian fana. para perindu selalu mencinta, demikian keras kepala.

Wahai engkau yang merindu, menarilah, dengan segala nyeri, biar sunyimu kabarkan, cintamu demikian bersahaja.

Menarilah, menari, di langit bulan separuh. angin memagut sepimu. menarilah, wahai pecinta.

Karena engkaulah pecinta, dunia tetap merasa bahagia, langit pun bahagia.


Puisi Mengapa Tak Hanya Cinta?
Puisi: Mengapa Tak Hanya Cinta?
Karya: Nanang Suryadi
© Sepenuhnya. All rights reserved.