Puisi: Menyusuri Jakarta Tengah Malam (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Menyusuri Jakarta Tengah Malam" melukiskan ketidakpastian, kelelahan, dan pertimbangan dalam keterbatasan sebuah perjalanan yang penuh ....
Menyusuri Jakarta Tengah Malam


tak ada lagi yang bisa selamatkan kita
menghindari malam yang makin buram
mari susuri saja jalan ini
sejauh mana kita mampu berjalan

letih hanya milik waktu
dan ragu akan segera berlalu
dari sendu matamu

lampu-lampu kota
makin tua cahyanya
namun wajahmu yang belia
membayang di setiap warna iklan
senantiasa menggoda

di mana kita mesti singgah
untuk sekedar istirah
menghentikan langkah
rumah terlalu jauh
dan losmen murah hanya sisa keluh
mungkin juga sejumput lenguh

mengapa cemas pada selimut tipis
yang menutup kawasan rawan tubuhmu
selimut yang serupa selaput itu
mungkin terlalu rapuh
tapi yang suci adalah hati, kekasih

“dan yang setia adalah perjalanan,” gumammu

kau gagu
meraba wajahku
aku kelu menduga kilau
airmata di pelupukmu
seperti embun
di lembah subuh

2005

Sumber: Impian Usai (2007)

Analisis Puisi:
Dalam puisi "Menyusuri Jakarta Tengah Malam", Wayan Jengki Sunarta menggambarkan perjalanan melalui Jakarta pada waktu tengah malam. Penyair menciptakan suatu suasana yang melukiskan ketidakpastian, kelelahan, dan pertimbangan dalam keterbatasan sebuah perjalanan yang penuh dengan keraguan dan kesedihan.

Perjalanan di Kota Malam: Penyair menggambarkan perjalanan malam di kota Jakarta yang riuh dengan aktivitas. Malam menghadirkan ketidakpastian dan kecemasan akan masa depan. Penyair merasa tergoda oleh keindahan yang tersirat dalam setiap warna dari iklan-iklan yang mewakili kehidupan di kota besar.

Kehadiran Perasaan: Ada rasa ragu dan kelelahan dalam proses berjalan di malam yang buram. Ketidakpastian akan tujuan dan tempat istirahat membayangi perjalanan yang dilalui. Kesedihan dan kecemasan terbaca dari ekspresi yang digambarkan, seperti air mata di mata kekasihnya.

Pemahaman dan Makna: Penyair menyampaikan kebenaran tentang keadaan hati yang rapuh dan kerap harus bersinggungan dengan kenyataan yang pahit. Meski demikian, penyair memahami bahwa kejujuran dan kesetiaan merupakan hal yang paling penting dalam menjalani perjalanan hidup.

Puisi "Menyusuri Jakarta Tengah Malam" merangkum perjalanan di malam hari yang terlihat suram dan dipenuhi kebingungan serta kesedihan. Dalam kebingungan dan kelelahan, penyair menunjukkan ketegasan dan pemahaman akan kehidupan serta kejujuran hati. Seakan menjelajah kota malam dengan pikiran dan hati yang penuh keraguan, yang kemudian disimbolkan dengan embun di lembah subuh, menggambarkan keindahan namun juga kelembutan yang dapat ditemukan di tengah keraguan.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Menyusuri Jakarta Tengah Malam
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.