Dari Tanah yang Basah
aku pungut tanah basah, selepas hujan, lumpur pengetahuan,
bebauan yang diperam dieram waktu, ingatan terulang
berulang
dari tanah yang basah, mungkin akan kau bayangkan likat
liat, atau gembur subur, dari tanah merah menggeliat cacing
memanggilmu guru
di undak-undakan waktu, di usia yang telah sampai pada
maqamnya, siapa yang bertanya pada dirinya sendiri: siapa
aku?
apa yang dipikir dirasa ditimbang timang, ditimang-timang:
mungkin ragu mungkin sesuatu yang tak niscaya,
mengembara dari mata
ada yang berteriak di saat hujan: jangan bermain kran, nanti
mengucur kata menderas membanjir meluap kemana-mana,
menghanyutkan mimpimu!
aku pungut kata, dari tanah basah, hujan yang menderas, di
dalam pikiranku kata menderas, menghanyutkan
pikiran-pikiran banal binal
dari tanah yang basah, selepas hujan, masihkah ada kata?
meluncur ingatan pada lumpur yang merendam mimpi-mimpi.
sebagai sebuah tanya: berapa harga yang harus dibayar, untuk sebuah kuasa,
kekuasaan yang fana, teramat fana.
Puisi: Dari Tanah yang Basah
Karya: Nanang Suryadi