Puisi: Di Larut Malam, Mengapa Kuingat Neruda Menulis Sajak Kesedihan? (Karya Nanang Suryadi)
Puisi: Di Larut Malam, Mengapa Kuingat Neruda Menulis Sajak Kesedihan?
Karya: Nanang Suryadi
Di Larut Malam, Mengapa Kuingat Neruda Menulis Sajak Kesedihan?
detak jam, detak jantung, berganti ganti, di puncak malam, hening adalah jeda, detak demi detak, membuatmu terus terjaga
mengapa tak kau tulis saja sajak tersedih, hingga tak tersisa lagi airmata dari kata, hingga sempurna pedihnya!
malam telah larut, telah larut jugakah segala kenang? ke dalam mimpi, ke dalam mimpimu
di dalam mimpi, ada yang melayar, layar yang berkibar kibar, mengabar kabar, menahan debar
selamat malam, huruf huruf memburu langit, temaram yang demikian lapang
tapi mungkin bukan dirimu yang menorehkan kata luka, di langit malam. karena heningnya demikian bersahaja
jam jam tak lagi mengaduh, detaknya bertingkah dengan degup, semacam gugup? cahaya yang meredup
pernahkah engkau berdoa. dan detak jam mengaminkan tetes airmatamu?
rasakan keheningan itu, rasakan malam yang memberat di pelupuk mata, memberat dengan ingatan ingatan
malam, seribu bayang bayang, malam, semayam kenang, malam, selamat malam. dan bayang dan bayang!
Malang, 23-24 Mei 2011
Puisi: Di Larut Malam, Mengapa Kuingat Neruda Menulis Sajak Kesedihan?
Karya: Nanang Suryadi