Puisi: LOUVRE (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "LOUVRE" karya Nanang Suryadi membawa pembaca ke dalam suasana Louvre, sebuah museum seni terkenal di Paris, Prancis. Dengan merujuk pada ...
LOUVRE


monalisa monalisa kau pandang wajah pengunjung
dengan mata dan senyum penuh rahasia

apakah masih kau simpan kode davinci?
dari mata para pencopet di tengah kerumunan

di aula besar itu, mungkin kau dengar bisikan
dari abad kegelapan dari abad pencerahan

di louvre, monalisa, piramida kembar berhadapan
piramida meruncing ke atas ke bawah

kau dengar suara suara dari negeri negeri jauh
negeri negeri yang dulu terjajah dan masih terjajah

hidup bukan sekedar mithologi, berupa patung dan lukisan
di louvre, aku memandangmu, menjauh dari kerumunan


Analisis Puisi:
Puisi "LOUVRE" karya Nanang Suryadi membawa pembaca ke dalam suasana Louvre, sebuah museum seni terkenal di Paris, Prancis. Dengan merujuk pada Monalisa, lukisan terkenal karya Leonardo da Vinci yang menjadi ikon Louvre, puisi ini menggambarkan keindahan seni, misteri, dan kompleksitas sejarah yang tercermin dalam karya seni tersebut.

Monalisa sebagai Pusat Perhatian: Monalisa dijadikan pusat perhatian dalam puisi ini. Penggambaran wajahnya dengan mata dan senyum penuh rahasia menciptakan citra misteri dan daya tarik yang tetap abadi.

Kode Da Vinci dan Pencopet: Merujuk pada "kode Da Vinci" menggambarkan pemikiran bahwa Monalisa mungkin menyimpan rahasia tersembunyi. Pencopet di tengah kerumunan menciptakan atmosfer kecurigaan dan ketidakpastian.

Aula Besar Louvre: Louvre digambarkan sebagai "aula besar" yang mungkin menyimpan banyak cerita dan sejarah. Bisikan-bisikan dari abad kegelapan dan abad pencerahan menyoroti keragaman peristiwa dan ideologi yang mungkin diwakili oleh karya seni di Louvre.

Piramida Kembar dan Piramida Meruncing: Gambaran piramida kembar yang berhadapan dan piramida meruncing ke atas dan ke bawah menciptakan kontras dan simbolisme. Ini bisa mencerminkan dualitas, pertentangan, atau perjalanan spiritual.

Suara-Suara dari Negeri Terjajah: Suara-suara dari negeri-negeri jauh yang terjajah menciptakan latar belakang sejarah dan kolonialisme. Louvre sebagai tempat penyimpanan seni juga menjadi saksi bisu atas cerita-cerita perjalanan dan penderitaan dari masa lalu.

Hidup bukan Mitologi, tapi Seni: Pernyataan bahwa "hidup bukan sekedar mitologi, berupa patung dan lukisan" menunjukkan pemahaman bahwa seni bukan hanya sekadar representasi mitologi kuno, tetapi juga cerminan kehidupan dan pengalaman manusia.

Pandangan dari Kejauhan: Pengakuan penulis bahwa ia memandang Monalisa menjauh dari kerumunan menunjukkan upaya untuk mendapatkan pandangan yang lebih dalam, lebih pribadi, dan lebih kontemplatif terhadap karya seni yang luar biasa.

Melalui penggunaan simbol-simbol dan bahasa yang mendalam, Nanang Suryadi mengajak pembaca untuk merenung tentang nilai seni, sejarah, dan kehidupan yang terwakili dalam ruang museum Louvre dan khususnya dalam sosok Monalisa.

Puisi
Puisi: LOUVRE
Karya: Nanang Suryadi
© Sepenuhnya. All rights reserved.