Puisi: Sajak yang Lahir dari Cahaya Mata Ibu (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Sajak yang Lahir dari Cahaya Mata Ibu" menggambarkan keindahan, kehangatan, dan penghormatan pada sosok ibu melalui metafora cahaya.
Sajak yang Lahir dari Cahaya Mata Ibu

Cahaya itu menyala dalam sajakku
menjelma lentera bagi para mualim yang jauh dari pesisir
menjadi isyarat mengetuk hati dengan senyum di bibir

cahaya itu pun menyala dalam relung paling rahasia di dada
dalam cahaya matamu selalu kujumpai rumah
yang selalu tulus melambai mengajakku istirah
melepas penat dengan belai paling syahdu melebihi doa apapun jua

jiwaku selalu menggigil menatap cahaya mata itu
selalu merasa dungu tak pernah bisa menangkap rahasia
pesona sabar dan hening
setiap kupandang matamu itu, selalu cahaya
akan mengelus luka-luka membasuh setiap penat.

Ibu, langit selalu bertabur warna
kerlip bintang dan malam selalu takluk pada cahaya bulan
siang yang geram akan merunduk pada cahaya mentari
namun segenap bintang, bulan, dan mentari akan tunduk pada cahaya matamu

dan, dalam sajakku ini kuabadikan cahaya matamu!


Analisis Puisi:
Dalam puisi "Sajak yang Lahir dari Cahaya Mata Ibu" karya Tjahjono Widarmanto, penyair mengekspresikan pengagungan dan keindahan cahaya yang berasal dari mata seorang ibu.

Keindahan Cahaya Mata Ibu: Puisi ini memulai dengan penggambaran cahaya yang terpancar dalam sajak. Cahaya tersebut melambangkan kehadiran dan kehangatan seorang ibu dalam kehidupan penyair. Dalam kegelapan dan kesulitan, cahaya mata ibu menjadi lentera dan isyarat yang menghantarkan kebahagiaan.

Rumah dan Belaian Tulus: Penyair menemukan rumah yang tulus dan penyejuk di cahaya mata ibu. Belaian ibu melepas penat dan memberikan kehangatan yang tak ternilai harganya. Puisi ini mencerminkan kasih sayang dan perhatian seorang ibu yang selalu ada di sampingnya.

Misteri dan Pesona Cahaya: Puisi ini mengungkapkan rasa kagum dan kekaguman penyair terhadap cahaya mata ibu. Meskipun penyair merasa tak mampu memahami sepenuhnya rahasia dan pesona yang terpancar, ia selalu merasa tergetar dan terinspirasi oleh cahaya tersebut. Cahaya mata ibu menjadi sumber kekuatan dan penghiburan yang tak tergantikan.

Kekuatan Cahaya dalam Penyembuhan: Puisi ini menyoroti kekuatan penyembuhan cahaya mata ibu. Cahaya tersebut mampu mengusir luka dan kelelahan dalam jiwa penyair. Dalam setiap tatapannya, cahaya mata ibu membasuh dan mengelus luka-luka penat, memberikan ketenangan dan ketulusan.

Penghormatan pada Ibu: Puisi ini merupakan penghormatan yang tulus pada ibu. Penyair menggambarkan betapa ibu memiliki daya tarik yang tak terhingga, yang bahkan dapat membuat langit dan elemen alam lainnya tunduk pada cahaya matanya. Puisi ini menjadi penanda penghargaan penyair pada sosok ibu yang luar biasa.

Puisi "Sajak yang Lahir dari Cahaya Mata Ibu" menggambarkan keindahan, kehangatan, dan penghormatan pada sosok ibu melalui metafora cahaya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan peran yang tak ternilai ibu dalam kehidupan anak. Melalui kata-kata yang indah, penyair memperlihatkan penghargaan dan rasa terinspirasi yang melimpah kepada ibu, serta kekuatan penyembuhan dan ketenangan yang terpancar dari cahaya matanya.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Sajak yang Lahir dari Cahaya Mata Ibu
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.