Puisi: Ziarah (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Ziarah" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan refleksi mendalam tentang kehidupan, kematian, dan ....
Ziarah


bertahun-tahun kami selalu ziarah di sini
mengingat-ingat kematian kami sendiri
yang tak sanggup kami lafalkan
sebab lidah telah kelu serta mata berembun

untuk apakah setiap kepergian ditanyakan
apalagi harus disertai air mata?

kami hanya ingin memasuki lorong asing
dengan riang sambil mengulum senyum
namun, kami dapati tubuh telah fana
langit menyimpan rahasia hujan
seperti tanah dan taburan bunga sembunyikan rahasia usia

segalanya akan kembali pada muasal
kembali pada warna sunyi

:rahim debu!


(Surabaya-perak)

Sumber: Mata Air di Karang Rindu (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Ziarah" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan refleksi mendalam tentang kehidupan, kematian, dan perjalanan roh manusia. Puisi ini menghadirkan gambaran tentang pengalaman ziarah ke tempat-tempat suci, dan melalui gambaran tersebut, penyair merenungkan arti dari kematian dan kehidupan.

Konsep Ziarah dan Kematian: Puisi ini memasukkan konsep ziarah sebagai metafora untuk perenungan tentang kematian. Ziarah di sini bukan hanya perjalanan fisik ke makam, tetapi juga perjalanan spiritual dan introspektif di dalam diri. Pada saat ziarah, orang sering mengingatkan diri mereka tentang kematian dan akhirat. Dalam puisi ini, ziarah menjadi cara untuk merenungkan dan memahami hakikat kehidupan dan kematian.

Kehancuran dan Fana: Penyair merujuk pada kehancuran fisik ("tubuh telah fana") sebagai suatu realitas yang tak terhindarkan. Hal ini mengingatkan pembaca tentang sifat sementara dan fana dari kehidupan manusia di dunia ini. Pernyataan ini dapat melambangkan kerapuhan dan ketidakkekalan manusia di hadapan waktu.

Rahasia Alam: Puisi ini menggunakan gambaran alam, seperti langit, tanah, dan bunga, sebagai simbol untuk rahasia dan misteri kehidupan. Langit yang menyimpan rahasia hujan dan tanah yang menyembunyikan rahasia usia menggambarkan bagaimana alam semesta memiliki dimensi-dimensi yang tidak tergoyahkan oleh manusia.

Muasal dan Sunyi: Penyair menyinggung konsep "muasal" dan "warna sunyi" sebagai elemen-elemen yang mendalam dalam kehidupan. Ini mungkin mengacu pada asal-usul manusia dan pada akhirnya, kembalinya semua hal pada keadaan semula. "Warna sunyi" dapat diartikan sebagai kondisi keheningan atau ketenangan yang mengiringi siklus kehidupan dan kematian.

Pemaknaan Diri dan Alam: Puisi ini mendorong pembaca untuk merenungkan keterkaitan antara manusia dan alam. Pergulatan dalam memaknai kematian dan perjalanan roh manusia dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk memahami tempat manusia dalam tatanan alam semesta yang lebih besar.

Penutup "Rahim Debu": Penutup puisi ini dengan "rahim debu!" menegaskan pemahaman mengenai alam semesta sebagai tempat asal manusia dan tujuan akhirnya. Ungkapan ini dapat diartikan sebagai pengingat bahwa semua hal berasal dari debu dan akan kembali ke dalamnya.

Puisi "Ziarah" karya Tjahjono Widarmanto adalah karya sastra yang penuh dengan pemikiran mendalam tentang kematian, kehidupan, dan relasi manusia dengan alam semesta. Penggunaan metafora ziarah dan gambaran alam semesta menjadi sarana untuk merenungkan misteri dan hakikat kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan siklus kehidupan dan kematian serta tempat manusia dalam perjalanan panjangnya di alam semesta yang luas.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Ziarah
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.