Puisi: Zikir yang Membakar (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Zikir yang Membakar" karya Tjahjono Widarmanto menciptakan gambaran kuat tentang perasaan keagungan, perenungan spiritual, dan keberanian ...
Zikir yang Membakar


matahari itu membakar roh
udara berapi membutakan mata
gelombang dzikir melambungkanku
dalam pusat matahari
gemuruh yang sunyi
menyulut jiwa
membakar fana
meleleh menuju kekalMu

inilah api abadi itu
menghanguskan alpa
membakar lupa

: ini zikir matahari
meranggaskan berhala dalam jiwa.


Sumber: Qasidah Langit Qasidah Bumi (2023)

Analisis Puisi:
Puisi "Zikir yang Membakar" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah karya sastra yang menciptakan gambaran kuat tentang perasaan keagungan, perenungan spiritual, dan keberanian dalam menghadapi penghancuran diri sendiri. Dalam puisi ini, penyair menggunakan gambaran matahari, api, dan dzikir untuk menggambarkan perjalanan spiritual manusia.

Penggambaran Matahari dan Zikir:
  1. Membakar Roh: Puisi dimulai dengan gambaran matahari yang "membakar roh," menciptakan gambaran awal tentang energi, keagungan, dan ketidakdapatan menghindar dari keberadaan yang mendalam.
  2. Udara Berapi: Penyair menciptakan citra "udara berapi" yang membutakan mata, menciptakan kontradiksi antara keagungan matahari dan bahaya potensial yang ada dalam penghadapannya.
  3. Gelombang Dzikir: Penyair merujuk pada "gelombang dzikir" yang melambungkan dirinya, menciptakan gambaran perjalanan spiritual yang mungkin dapat membimbing atau mengantarkan ke arah penemuan yang lebih dalam.
Perenungan Spiritual dan Penghancuran:
  1. Pusat Matahari: Puisi ini menyebutkan bahwa dirinya terdorong ke "pusat matahari," yang dapat diartikan sebagai suatu pengalaman spiritual yang mendalam dan terang benderang.
  2. Gemuruh yang Sunyi: "Gemuruh yang sunyi" menciptakan kontradiksi yang menarik, menggambarkan perasaan suara yang kuat namun dalam kesunyian yang mendalam.
  3. Membakar Fana: Puisi ini menggambarkan bagaimana dzikir dan perenungan dapat "membakar fana," menciptakan konsep penghancuran diri sendiri sebagai bagian dari perjalanan spiritual.
Pesan Filosofis dan Makna Dzikir: 
  1. Api Abadi: Puisi ini menyebutkan "ini zikir matahari," menggambarkan keberadaan dzikir sebagai suatu bentuk perenungan yang mengarah pada pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan.
  2. Meranggaskan Berhala dalam Jiwa: Penyair mengaitkan dzikir dengan "meranggaskan berhala dalam jiwa," menekankan pentingnya mengatasi hal-hal yang bersifat duniawi atau menyimpang dalam perjalanan spiritual.
Gaya Bahasa dan Imaji: Penyair menggunakan gaya bahasa yang puitis dan imaji yang kuat dalam puisi ini. Imaji matahari, api, gelombang dzikir, dan perenungan spiritual menciptakan atmosfer yang mendalam dan memusatkan perhatian pada pengalaman batin.

Puisi "Zikir yang Membakar" karya Tjahjono Widarmanto adalah perenungan mendalam tentang perjalanan spiritual, perasaan keagungan, dan penghancuran diri dalam rangka mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang eksistensi. Melalui gambaran matahari dan api, penyair menggambarkan perjalanan batin yang menghanguskan hal-hal yang sementara dan menyelam ke dalam esensi yang lebih dalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti dzikir dan perenungan dalam menghadapi perubahan dan keberadaan yang lebih besar.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Zikir yang Membakar
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.