Puisi: Insomnia (Karya Alex R. Nainggolan)

Puisi "Insomnia" karya Alex R. Nainggolan menggambarkan pengalaman seseorang yang mengalami insomnia, atau kesulitan tidur pada malam hari.
Insomnia

(I)

aku berjalan pada malam orang yang tidur
dalam nyenyaknya dengkur
memetik bunga mimpi mereka
yang berguguran

tapi selalu saja ada yang gagal
aku kumpulkan
serpihan luka menganga
pada setiap mimpi buruk
tak mampu kubingkai...

(II)

barangkali masih ada remah percakapan
untuk menemaniku sekadar memejam mata
namun melulu kenangan yang melambai
menghembus serupa hujan
membasahi sudut-sudut kenang
dan engkau duduk sendirian di sana

(III)

kirimkan aku sebuah isyarat
supaya mimpi ini tak makin pekat
mungkin ada yang bisa kurawat
(semacam kembang di halaman)

di kota ini aku melulu kehilangan
bahkan untuk sekadar mimpi

(IV)

jika engkau bertemu denganku pada jadwal tidur yang lain;
apakah engkau akan menegurku?
maka kita akan berkisah tentang peristiwa yang ringan
semacam alir air yang mengalir di kali hitam
atau pedagang rambutan yang berjualan di pasar pagi
begitu merah dan menggoda
semacam bibirmu

(V)

apakah ada mimpimu yang bersembunyi di kepalaku?
namun kantuk ini tak selesai kukenal
acap gagal kuhapal

Jakarta, Januari 2008

Analisis Puisi:

Puisi "Insomnia" karya Alex R. Nainggolan menggambarkan pengalaman seseorang yang mengalami insomnia, atau kesulitan tidur pada malam hari. Dengan lima bagian yang berbeda, puisi ini mengeksplorasi berbagai aspek dari pengalaman tersebut.

I. Kesulitan Tidur dan Mimpi Buruk: Bagian pertama menciptakan gambaran tentang kesulitan tidur dan mimpi buruk yang sering kali mengganggu. Puisi menunjukkan betapa sulitnya bagi pelaku puisi untuk tidur sementara orang lain tidur nyenyak dan bahkan memetik "bunga mimpi" mereka. Namun, pelaku puisi hanya bisa mengumpulkan "serpihan luka" dari mimpi buruknya, yang tidak dapat diatasi.

II. Kenangan yang Menghantui: Bagian kedua menggambarkan bagaimana kenangan yang menyakitkan atau mengganggu terus menghantui pelaku puisi, bahkan ketika dia berusaha tidur. Kenangan ini "melambai" dan "membasahi" sudut-sudut pikiran pelaku puisi, memberikan nuansa kegelisahan dan kecemasan.

III. Permintaan untuk Penenang: Bagian ketiga mengekspresikan keinginan pelaku puisi untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian dalam tidurnya. Dia meminta "isyarat" atau sesuatu yang bisa meredakan kegelisahannya, bahkan jika itu hanya sebatang "kembang di halaman". Permintaan ini mencerminkan keinginan akan ketenangan dalam suasana yang gelisah.

IV. Fantasi tentang Pertemuan: Bagian keempat menggambarkan fantasi pelaku puisi tentang bertemu dengan seseorang pada saat tidur yang berbeda. Dia membayangkan percakapan yang ringan dan menyenangkan, menginginkan pemutusan dari kegelisahan yang menyelimuti tidurnya. Namun, bagian ini juga menunjukkan keinginan yang tidak terpenuhi untuk tidur yang nyaman.

V. Kehabisan Kesabaran: Bagian terakhir mengekspresikan keputusasaan dan kelelahan pelaku puisi yang akhirnya menyerah pada kegagalan untuk tidur. Dia bertanya-tanya apakah mimpinya ada di "kepalanya", tetapi akhirnya menyadari bahwa dia tidak dapat menemukan kedamaian yang dia cari.

Secara keseluruhan, puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang kegelisahan dan frustrasi yang dialami oleh seseorang yang mengalami insomnia, serta keinginan yang kuat akan ketenangan dan ketiduran yang tenang.

Puisi
Puisi: Insomnia
Karya: Alex R. Nainggolan
© Sepenuhnya. All rights reserved.