Puisi: MUSI (Karya Alex R. Nainggolan)

Puisi "MUSI" karya Alex R. Nainggolan menggambarkan perasaan kehilangan dan rindu yang mendalam melalui penggunaan metafora aliran Musi.
MUSI
- palembang

ingatanku padamu serupa alir musi
kadang deras, sesekali landai
seperti tonggak kapal yang sandar di gigir
ingin cepat berangkat dan pulang mengunci segenap kenangan
getah rindu yang acapkali berlabuh
sepertimu, yang rekat di kepala

lalu, kau permisi pamit
"suatu kali, aku akan pergi."
ya, kau pun pergi serupa alir musi
membalutkan sepi ke bujur tubuhku
kini, aku sendiri, rina
tapi, aku tak boleh menangis
seperti dalam sajak, penyair tidak menangis
walau sepi itu makin gigil kerap memanggil
pada setiap bundar mata, detak jantung,
atau kelelahan kita usai senggama

maka, aku pun melangkah
ingin mengalir serupa musi
mengingat kotamu yang berair
membelai udara panas palembang
mengingat silam

aku pun gemetar
tak sanggup kusingkap semua cadar
lukaku kembali tercakar

aku landai serupa alir musi
berkhidmat dalam sekarat
kepergianmu yang tak dipenuhi lelampu
dingin
membangun dinding malam hari
seperti musi
kau pun pergi
serupa musi


2005

Analisis Puisi:
Puisi "MUSI" karya Alex R. Nainggolan menggambarkan perasaan kehilangan dan rindu yang mendalam melalui penggunaan metafora aliran Musi. Dalam setiap baitnya, penyair menciptakan gambaran alam yang indah untuk merangkai kisah penuh emosi.

Musi sebagai Metafora Perjalanan Hidup dan Cinta: Puisi ini menggunakan sungai Musi sebagai metafora untuk merangkai kisah perjalanan hidup dan cinta. Aliran Musi yang kadang deras dan kadang landai mencerminkan dinamika perasaan yang terjadi dalam hubungan dan kehidupan. Pilihan metafora ini memberikan kedalaman dan keindahan pada puisi.

Kehadiran dan Perginya Kesayangan: Penyair menyamakan ingatannya pada kesayangan dengan alir Musi yang kadang deras dan sesekali landai. Namun, kesayangan itu pergi "serupa alir musi," meninggalkan getah rindu yang terus mengalir di hati penyair. Kepergian kesayangan itu terasa seperti kapal yang ingin cepat berangkat, mengunci segenap kenangan.

Pamitan yang Menyisakan Sepi: Di bait kedua, penyair menyampaikan pamitan kesayangan yang memberikan izin untuk pergi suatu kali. Kesayangan itu pun pergi, meninggalkan sepi yang membungkus tubuh penyair. Penyair merasakan kepergian yang meninggalkan kesedihan mendalam, terutama ketika ditinggalkan sendiri.

Penolakan untuk Menangis: Penyair menyatakan ketidakmampuannya untuk menangis, sebagaimana dalam sajak, penyair tidak menangis. Ini menciptakan nuansa keteguhan hati meskipun dihadapkan pada kesedihan dan perpisahan. Penolakan untuk menangis bisa diartikan sebagai upaya penyair untuk tetap kuat dan tegar meskipun terluka.

Perjalanan Melalui Ingatan Kota Palembang: Melalui puisi ini, penyair mengalir seperti Musi, mengingat kotanya yang berair, dan merenungkan kenangan-kenangan masa lalu. Kota Palembang dijadikan simbol tempat yang penuh kenangan dan rindu.

Keheningan Malam dan Dinding yang Dingin: Penyair merinci bagaimana perasaannya terasa gemetar, dan keinginannya untuk melupakan lukanya terhenti. Keheningan malam dijadikan gambaran untuk kesepian dan kehilangan, dan dinding malam hari dibangun seperti aliran Musi yang membentuk dinding malam itu sendiri.

Kepergian yang Seperti Musi: Puisi ditutup dengan menyatakan kepergian kesayangan yang serupa aliran Musi. Kepergian itu tidak dipenuhi lelampu yang dingin, menciptakan gambaran kehilangan dan kehampaan.

Bahasa yang Puitis dan Imajinatif: Penyair menggunakan bahasa yang puitis dan imajinatif, menciptakan suasana yang emosional dan penuh dengan nuansa. Pilihan kata-kata seperti "gemetar," "dingin," dan "seperti musi" menciptakan gambaran yang kuat dan memikat.

Puisi "MUSI" menggambarkan keindahan dan kompleksitas perasaan hati manusia melalui metafora aliran Musi. Alex R. Nainggolan dengan indah merangkai kata-kata untuk merinci perasaan kehilangan, rindu, dan perjalanan melalui kenangan. Puisi ini menjadi sebuah lukisan kata-kata yang menggugah perasaan dan membawa pembaca pada perjalanan emosional yang mendalam.

Puisi
Puisi: MUSI
Karya: Alex R. Nainggolan
© Sepenuhnya. All rights reserved.