Puisi: Semakin (Karya F. Aziz Manna)

Puisi "Semakin" karya F. Aziz Manna menyoroti pergeseran budaya, kesulitan ekonomi, ketidakadilan dalam perlakuan, dan keputusasaan individu.
Semakin


hidup semakin susah
apalagi di Surabaya

tanam padi tumbuh pagar besi
tanam jagung tumbuh gedung

sepetak tanah
harganya naudzubillah

padahal itu hanya untuk kuburanku
apalagi untuk rumahku?

tempat menyetubuhi istriku
dan melahirkan anak-anakku

masyaallah
dunia sudah jungkir balik

buat rumah dibikin susah
buat mall malah dipermudah

kalau mau kelon
apa harus di etalase dan ditonton?

kalau sudah begini
berakpun jadi susah

bukan tak ada tempatnya
atau mahal harganya

tapi memang tak ada
yang bisa dikeluarkan

dari dubur ini cuman kentut
itupun sudah tercemar timbal

baunya minta ampun kawan
bikin perempuan tak mau buka kutang

ealah! sampeyan masih nulis puisi ta?
ya, setidak-tidaknya untuk membujuk

hidup biar tidak kepalang buruk
dan cacing dalam perut bisa sedikit nurut

meski jarang dikasih makan
ya, memang aku bicara kelewat muram

seperti malam tak pernah terang
dan kamar hanya dihuni cucian

tapi semua perlu dicuci bukan?
juga mulut yang kacau ini

otak yang pelo ini
karena hidup memang kian semerawut

lihat saja, di jalan banyak tilangan
eh, pencurian malah tak hilang-hilang

apa sampeyan masih baca puisi?
ya, setidak-tidaknya masih ada langit biru

dan embun subuh itu obat
mujarab penghilang kalut dan sakit perut

ah, maaf kalau bicaraku ngawur dan ngelantur
bukannya aku protes, ngamuk atau kecewa

pada nasib yang tak berubah
atau pemerintah yang diam saja

tidak kawan
aku tidak sedang melawan

perlawanan
hanya bagi yang gelap pikiran

yang tak punya pilihan jalan keluar
yang hanya bisa menyalahkan orang

tidak kawan
aku tidak sedang membangkang

aku hanya sekedar ingin melupakan
kehidupan

hidup yang kian susah
apalagi di Surabaya


Analisis Puisi:
Puisi "Semakin" karya F. Aziz Manna adalah cerminan pahit tentang perubahan dan kesulitan hidup di Surabaya. Melalui kiasan dan kata-kata yang kuat, penyair mengungkap pergeseran budaya, ekonomi, dan kesulitan hidup yang semakin membebani masyarakat.

Perubahan dan Pergeseran Budaya: Puisi menggambarkan kesedihan atas perubahan lanskap kota Surabaya dari yang awalnya ditanami dengan tanaman padi dan jagung, menjadi kini dipenuhi dengan pagar besi, gedung-gedung dan mal. Perubahan ini mengindikasikan hilangnya esensi alam, dan penuhnya kota dengan struktur beton.

Kondisi Hidup yang Semakin Sulit: Penyair menunjukkan bagaimana harga lahan semakin mahal, menyulitkan orang untuk memiliki tempat tinggal, bahkan yang sederhana sekalipun. Hal ini mencerminkan kesulitan masyarakat biasa dalam memiliki rumah yang layak dan ekonomi yang semakin terpuruk.

Perbedaan Perlakuan: Penyair mengungkapkan ketidakadilan dalam perlakuan antara pembangunan tempat tinggal dengan pembangunan mall, serta perlakuan pada kasus-kasus hukum seperti tilang dan pencurian.

Keputusasaan dan Ketidakberdayaan: Puisi ini mencerminkan keputusasaan dan ketidakberdayaan individu yang merasakan tidak ada tempat yang layak, tidak ada pilihan, dan menghadapi kondisi hidup yang semakin sulit.

Harapan pada Alam: Meskipun keputusasaan tampak dalam puisi, penyair menunjukkan bahwa masih ada harapan pada keindahan alam seperti langit biru dan embun subuh yang memberikan sedikit kesegaran dan ketenangan.

Puisi "Semakin" adalah representasi pahit tentang perubahan dan kesulitan hidup di Surabaya. Penyair menyoroti pergeseran budaya, kesulitan ekonomi, ketidakadilan dalam perlakuan, dan keputusasaan individu. Meskipun puisi ini mencerminkan ketidakberdayaan, ada tetesan harapan pada keindahan alam yang memberikan kesegaran. Puisi ini adalah seruan atas perubahan sosial dan perlakuan yang lebih adil serta humanis dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi
Puisi: Semakin
Karya: F. Aziz Manna
© Sepenuhnya. All rights reserved.