Analisis Puisi:
Puisi "Semakin" karya F. Aziz Manna adalah cerminan pahit tentang perubahan dan kesulitan hidup di Surabaya. Melalui kiasan dan kata-kata yang kuat, penyair mengungkap pergeseran budaya, ekonomi, dan kesulitan hidup yang semakin membebani masyarakat.
Perubahan dan Pergeseran Budaya: Puisi menggambarkan kesedihan atas perubahan lanskap kota Surabaya dari yang awalnya ditanami dengan tanaman padi dan jagung, menjadi kini dipenuhi dengan pagar besi, gedung-gedung dan mal. Perubahan ini mengindikasikan hilangnya esensi alam, dan penuhnya kota dengan struktur beton.
Kondisi Hidup yang Semakin Sulit: Penyair menunjukkan bagaimana harga lahan semakin mahal, menyulitkan orang untuk memiliki tempat tinggal, bahkan yang sederhana sekalipun. Hal ini mencerminkan kesulitan masyarakat biasa dalam memiliki rumah yang layak dan ekonomi yang semakin terpuruk.
Perbedaan Perlakuan: Penyair mengungkapkan ketidakadilan dalam perlakuan antara pembangunan tempat tinggal dengan pembangunan mall, serta perlakuan pada kasus-kasus hukum seperti tilang dan pencurian.
Keputusasaan dan Ketidakberdayaan: Puisi ini mencerminkan keputusasaan dan ketidakberdayaan individu yang merasakan tidak ada tempat yang layak, tidak ada pilihan, dan menghadapi kondisi hidup yang semakin sulit.
Harapan pada Alam: Meskipun keputusasaan tampak dalam puisi, penyair menunjukkan bahwa masih ada harapan pada keindahan alam seperti langit biru dan embun subuh yang memberikan sedikit kesegaran dan ketenangan.
Puisi "Semakin" adalah representasi pahit tentang perubahan dan kesulitan hidup di Surabaya. Penyair menyoroti pergeseran budaya, kesulitan ekonomi, ketidakadilan dalam perlakuan, dan keputusasaan individu. Meskipun puisi ini mencerminkan ketidakberdayaan, ada tetesan harapan pada keindahan alam yang memberikan kesegaran. Puisi ini adalah seruan atas perubahan sosial dan perlakuan yang lebih adil serta humanis dalam kehidupan sehari-hari.