Puisi: Dari Kejauhan (Karya Alex R. Nainggolan)

Puisi "Dari Kejauhan" karya Alex R. Nainggolan menyoroti kesedihan, kehilangan makna, kepatuhan pada rutinitas, serta keadaan politik dan ....
Dari Kejauhan


aku terus mengamatimu dari kejauhan
kota yang tertelan hujan
sebagian orang merayakan kesedihan di jalan
dan menyimpan ingatan sungsang
ke dalam tempurung kepala yang retak

lalu cuaca mengeras lagi
mengunci dengan rutinitas

dari kejauhan, hanya ada sisa kalimat panjang
dari pidato penghabisan pejabat di atas mimbar
sebelum makna akhirnya bubar
dengan sendirinya

sementara engkau terus menghimpun segala petaka
bahkan saat hujan tinggal gerimis
dan harapan terus kekal
menjadi sekadar slogan


2017

Analisis Puisi:
Dalam puisi "Dari Kejauhan" karya Alex R. Nainggolan, penyair menggambarkan perasaan pengamat yang menjauh dan mengamati keadaan di sekitarnya, termasuk kota, orang-orang, dan situasi sosial. Puisi ini menyoroti kesedihan, kehilangan makna, kepatuhan pada rutinitas, serta keadaan politik dan masyarakat yang terdistorsi.

Pengamat yang Menjauh: Puisi dimulai dengan pengakuan penyair bahwa ia terus mengamati subjek dari jarak yang jauh. Ini menggambarkan perasaan penyair yang merasa tidak terlibat secara langsung dalam apa yang ia amati, tetapi tetap memperhatikan dari kejauhan.

Kota yang Tertelan Hujan: Gambaran kota yang tertelan hujan menciptakan suasana melankolis. Hujan di sini mungkin menjadi simbol kesedihan atau ketidakpastian yang meliputi kota dan masyarakat.

Kesedihan dan Ingatan: Puisi mengindikasikan bahwa beberapa orang di kota ini merayakan kesedihan di jalanan. Ini mungkin merujuk pada keadaan sosial dan politik yang tidak menguntungkan, namun ada juga ketidakjelasan dalam menyimpan ingatan "sungsang" yang mungkin merujuk pada pengabaian terhadap kebenaran atau fakta yang tidak disukai.

Rutinitas dan Keadaan yang Keras: Cuaca yang mengeras dan mengunci dengan rutinitas menciptakan gambaran suasana yang kaku dan tidak berubah, mencerminkan keadaan masyarakat atau kehidupan yang mungkin kaku dan monoton.

Makna yang Terpecah: Penyair merujuk pada pidato akhir pejabat yang kemungkinan memiliki makna penting, tetapi akhirnya maknanya pecah atau hilang dengan sendirinya. Ini mungkin mencerminkan ketidakjujuran atau manipulasi dalam komunikasi resmi.

Segala Petaka dan Harapan: Penyair menggambarkan subjek yang terus menghimpun segala petaka, bahkan saat situasi menjadi lebih baik (hujan tinggal gerimis) dan harapan tetap ada. Ini menciptakan kontras antara penghimpunan petaka dan keteguhan harapan.

Slogan dan Makna Sejati: Puisi berakhir dengan penyebutan harapan yang kekal sebagai "slogan". Ini mungkin merujuk pada retorika kosong atau janji-janji kosong dalam politik atau masyarakat. Penyair menggambarkan harapan yang menjadi sekadar kata-kata tanpa makna sejati.

Pesan dan Makna: Puisi "Dari Kejauhan" karya Alex R. Nainggolan adalah puisi reflektif tentang perasaan pengamat yang menjauh dari situasi atau masalah yang ia amati. Puisi ini menggambarkan ketidakpastian, kesedihan, dan kehilangan makna dalam keadaan sosial dan politik. Puisi ini juga menyiratkan kecenderungan untuk mengabaikan kebenaran atau realitas yang tidak diinginkan, serta kontras antara harapan dan kenyataan.

Gaya Penulisan dan Bahasa: Gaya penulisan dalam puisi ini sederhana namun penuh dengan makna yang mendalam. Penggunaan kalimat pendek dan pilihan kata yang hati-hati menciptakan suasana introspektif.

Konteks Emosional: Puisi ini mengandung perasaan kesedihan, kecemasan, dan ketidakpuasan terhadap situasi yang diamati. Ada juga elemen kekosongan dan kehilangan makna yang menciptakan nuansa melankolis.

Puisi "Dari Kejauhan" adalah puisi yang mengeksplorasi perasaan pengamat yang menjauh dan mengamati situasi yang tidak pasti dan melankolis. Puisi ini mengandung pesan tentang kehilangan makna, retorika kosong, dan ketidakpastian dalam kehidupan sosial dan politik.

Puisi Dari Kejauhan
Puisi: Dari Kejauhan
Karya: Alex R. Nainggolan
© Sepenuhnya. All rights reserved.