Puisi: Doa (Karya Hamid Jabbar)

Puisi "Doa" karya Hamid Jabbar menggambarkan perasaan ketidakberdayaan, permohonan bimbingan, serta rasa syukur yang mendalam kepada Yang Maha Kuasa.
Doa (I)


rasa tak berdaya juga yang terasa
du aduh

dia menikam dalam upaya

ya rabbi

kukuhkan padaku taqwa!

1975

Doa (II)


Alhamdulillah
Sedikit sinar mencahaya
Sebersit cahaya membara
Setungku bara menggelora
Doa-tenaga mendaya di upaya
Alhamdulillah
Ya Maha Pemurah Maha Pemberkah
(setelah nikmat ini mendarah di nadi
masih juga mengemis pada-Mu Illahi
: tunjuki aku jalan yang tepat cara yang lekat
dalam mensyukuri ini, mensyukuri segala
nikmat!

Sumber: Wajah Kita (1981)

Analisis Puisi:
Puisi "Doa" karya Hamid Jabbar adalah dua puisi pendek yang memiliki elemen-elemen spiritual dan religius yang kuat. Puisi ini mencerminkan perenungan dan permohonan kepada Tuhan.

Doa (I)

  • Puisi ini dimulai dengan perasaan ketidakberdayaan yang mendalam, diungkapkan melalui kalimat "rasa tak berdaya juga yang terasa."
  • Ada elemen keputusasaan yang terkandung dalam kata-kata "du aduh," yang menunjukkan bahwa pembicara sedang menghadapi situasi atau masalah yang sangat sulit.
  • Kata "dia menikam dalam upaya" menggambarkan konflik internal atau perjuangan yang sedang dialami oleh pembicara.
  • Doa yang diajukan, "ya rabbi, kukuhkan padaku taqwa!" adalah permohonan kepada Tuhan untuk memberikan keteguhan dan ketakwaan dalam menghadapi perjuangan atau konflik ini.

Doa (II)

  • Puisi ini dimulai dengan ungkapan syukur kepada Tuhan, "Alhamdulillah," yang merupakan bentuk penghormatan dan rasa terima kasih kepada-Nya.
  • Ungkapan "Sedikit sinar mencahaya" menggambarkan harapan dan optimisme yang timbul setelah situasi sebelumnya yang penuh ketidakberdayaan.
  • Puisi ini mencerminkan perasaan syukur yang mendalam terhadap Tuhan, yang dianggap sebagai Maha Pemurah dan Maha Pemberkahi.
  • Pembicara juga mengungkapkan keinginan untuk terus memohon petunjuk kepada Tuhan dan menjalani hidup yang sesuai dengan petunjuk-Nya.
  • Dengan kata-kata "tunjuki aku jalan yang tepat cara yang lekat dalam mensyukuri ini, mensyukuri segala nikmat," pembicara menggambarkan hasratnya untuk hidup dengan penuh syukur dan berpegang teguh pada ajaran agama.
Secara keseluruhan, puisi "Doa" karya Hamid Jabbar mencerminkan perenungan spiritual dan hubungan yang mendalam dengan Tuhan. Puisi ini menggambarkan perasaan ketidakberdayaan, permohonan bimbingan, serta rasa syukur yang mendalam kepada Yang Maha Kuasa. Ini adalah puisi yang menyentuh hati dan menggugah perenungan tentang makna spiritualitas dan koneksi manusia dengan Tuhan.

Puisi: Doa
Puisi: Doa
Karya: Hamid Jabbar

Biodata Hamid Jabbar
  • Hamid Jabbar (nama lengkap Abdul Hamid bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar) lahir 27 Juli 1949, di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat.
  • Hamid Jabbar meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 2004.
© Sepenuhnya. All rights reserved.