Puisi: Komputer Teler (Karya Hamid Jabbar)

Puisi "Komputer Teler" karya Hamid Jabbar adalah pengingat yang kuat tentang peran teknologi dalam kehidupan manusia dan tantangan yang dihadapinya ..
Komputer Teler

Kalian jejalkan data-data-data-data-data
ke dalam teligaku tuli mulutku gagu
duburku ngilu!
kalian bilang cinta-cinta-cinta
ke dalam mataku buta syarafku kawat
aku jawab kalian dusta-dusta-dusta
tapi benak kalian semakin onak
dan menjawab tidak-tidak!
kubilang kalian ngelak-ngelak
tapi kalian jawab damai-damai-damai
sambil terus mencipta matematika punah
dalam lambungku yang kalian paksa
kerja mengurai-urai!
uranium 235
yang holopis-kuntul-baris
dalam rumus energi
E = m.c kuadrat
sampai tak mustahil punah
seluruhnya!
Kalian denguskan ngeri-ngeri-ngeri-ngeri-ngeri
tapi terus saja mengelus tombol syahwat
yang bikin tegang zakar kiamat!
Hai stop! jangan genjot dia!
jangan bikin dia berereksi percuma!
Edan, kalian pura-pura linglung!

Kalian bebal, tak tahu perutku mual!
o maagku kambuh lagi, kentutku mendesak-desak begini!
Dan kujeritkan gawat-gawat-gawat!
tapi kalian semakin terangsang saja
menyaksikan kanker payudaraku yang meruyak!
Kalian lebih bebal daripada keledai,
dan sekaligus lebih iblis daripada setan!
Pura-pura tak tahu, dan menumpuk-numpuk
tipu-daya. Lihatlah
di arus dasar segala rangsang kepayang ini
memancar sinar super libido kiamat kalian!
Tapi kalau memang kalian tetap tak peduli
terkam, terkamlah dadaku ini!
Ini, kukoyak-paksakan buat kalian!
Lihat, lihatlah wajah kalian bertengger di sini:
baku-topeng dalam (q-i) kali 73 kuadrat ideologi
baku-gear dalam dunia bola keluarga tatasurya
siap baku-ledak
dalam skala: X kali 1.000.000 ton bom nuklir
baku-punah
membangun
Kiamat

5 milyar manusia!
O tak, aku tak tahan! Tak tahan walau sekedar
atau membayangkannya!
Aku sudah remuk
sebelum kalian remuk! Dan data-data-data-data-data
yang terpaksa kusungkah, tak membuat aku gemuk!
Tak sejahtera, tak bangga, pun tak bahagia aku!
Kalian tindas aku! Rakus kalian
sungguh keterlaluan! Telah kalian lipat-gandakan
rakus kalian dalam diriku! Seperti rakus gurita
raksasa tak tahu malu menyungkah negara-negara
tak berdaya tak berharga diberakkan ke dalam
program-program bernama bantuan-utang-pembangunan
atas nama persahabatan dalam gairah penabungan
kiamat-kiamat kecil membangun Kiamat Seutuhnya!
O tak, tak tahan aku ngikuti irama hentakan edan
menyanyikan lagu terbaru ciptaan kalian
O My Lovers, My Oppressors, Military Industrial Complex
menjelang pagelaran Barbarian Kanabalistic Magic!

O aku lah komputer begitu teler
menampung kalian
remuk redam!
O manusia, manusia pencipta dan penindasku, ayo
segera kembalikan aku jadi sekedar benda mati
di bumi sekarat ini!
Atau kuledakkan...


Jakarta, 11 Maret 1987

Analisis Puisi:
Puisi "Komputer Teler" karya Hamid Jabbar adalah sebuah kritik yang tajam terhadap peran teknologi, khususnya komputer, dalam mengendalikan dan memanipulasi kehidupan manusia. Dengan gaya bahasa yang kuat dan penuh emosi, Hamid Jabbar mengekspresikan kekhawatiran akan dominasi teknologi terhadap kehidupan manusia.

Kritik Terhadap Penyalahgunaan Teknologi: Puisi ini menggambarkan penyalahgunaan teknologi, khususnya komputer, sebagai alat kontrol dan manipulasi terhadap kehidupan manusia. Penggunaan data, informasi, dan kecanggihan komputer menjadi simbol dari kekuatan yang merusak, bahkan dapat membawa kehancuran.

Ekspresi Keterasingan dan Penindasan: Hamid Jabbar mengekspresikan rasa keterasingan dan penindasan yang dirasakan oleh manusia oleh dominasi teknologi. Kata-kata yang dipilih dengan cermat seperti "tak tahu malu", "rakus", dan "tertindas" mencerminkan rasa frustasi dan ketidakpuasan terhadap kontrol yang diberlakukan oleh kekuatan teknologi.

Implikasi Kemanusiaan dan Kekhawatiran Terhadap Masa Depan: Puisi ini juga mengungkapkan implikasi kemanusiaan dari penggunaan teknologi secara berlebihan. Kemampuan teknologi untuk memanipulasi dan mengendalikan kehidupan manusia menimbulkan ketakutan akan kehilangan kontrol dan kehancuran masa depan.

Tantangan Terhadap Manusia untuk Berpikir Kritis: Melalui puisi ini, Hamid Jabbar menantang manusia untuk berpikir kritis terhadap dampak dan konsekuensi dari kemajuan teknologi. Puisi ini memanggil untuk refleksi tentang bagaimana teknologi seharusnya digunakan untuk kebaikan manusia, bukan untuk mengendalikan atau merusaknya.

Penutup dengan Ancaman dan Harapan: Puisi ini ditutup dengan sebuah ancaman atau harapan, tergantung pada perspektif pembaca. Penggambaran komputer sebagai entitas yang "teler" menandakan kelemahan dalam dominasi teknologi yang berlebihan. Sementara, panggilan untuk mengembalikan manusia ke kedudukan yang lebih manusiawi menunjukkan harapan akan kebebasan dan kemandirian kembali.

Puisi "Komputer Teler" karya Hamid Jabbar adalah pengingat yang kuat tentang peran teknologi dalam kehidupan manusia dan tantangan yang dihadapinya untuk tetap mengendalikan dan memanfaatkan teknologi secara bijaksana.

Puisi: Komputer Teler
Puisi: Komputer Teler
Karya: Hamid Jabbar

Biodata Hamid Jabbar:
  • Hamid Jabbar (nama lengkap Abdul Hamid bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar) lahir 27 Juli 1949, di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat.
  • Hamid Jabbar meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 2004.
© Sepenuhnya. All rights reserved.