Puisi: Negeri Daun-Daun Jatuh (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Negeri Daun-Daun Jatuh" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah karya sastra yang mengandung lapisan-lapisan makna dan merenungkan tentang ....
Negeri Daun-Daun Jatuh


Di negeri mana daun-daun jatuh jadi kapal tempur
bagi anak-anak yang bermain? Tagore, Tagore,
sebagian mimpimu terlanjur dusta: Di bagian entah
bumi yang luka, anak-anak terasing dari keindahan,
segala yang ajaib dan buku cerita. Peter Pan

pun tumbuh dewasa, dalam sebuah film, dan kaum peri
kehilangan sayap mereka. Di negeri mana
daun-daun gugur berubah sampan bagi anak-anak
yang berlayar? Tagore, Tagore, danau-danau tak dihuni
naga lagi. Barangkali, jauh di planet kecil itu,

Le Petite Prince telah lama mati.


1993-1999

Analisis Puisi:
Puisi "Negeri Daun-Daun Jatuh" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah karya sastra yang mengandung lapisan-lapisan makna dan merenungkan tentang masa kecil, fantasi, dan perubahan dalam dunia modern. Puisi ini merangkum tema-tema tersebut dalam gambaran yang kuat dan pernyataan yang penuh emosi. Mari kita telusuri lebih dalam unsur-unsur dan pesan yang terkandung dalam puisi ini.

Pengantar Nostalgia dan Fantasi: Puisi ini dibuka dengan pertanyaan retoris, "Di negeri mana daun-daun jatuh jadi kapal tempur / bagi anak-anak yang bermain?" Pertanyaan ini merujuk pada pengalaman fantasi dan imajinasi anak-anak yang sering kali mengubah objek alami menjadi benda-benda ajaib dalam permainan.

Tagore dan Referensi Sastra: Penyair mengacu pada Rabindranath Tagore, seorang penyair dan filsuf Bengali yang seringkali terlibat dalam tema-tema keindahan alam dan kebebasan anak-anak. "Tagore, Tagore" mungkin mencerminkan keinginan penyair untuk kembali pada pandangan tentang alam dan kebahagiaan dalam karya Tagore.

Keindahan yang Hilang: Puisi ini melanjutkan dengan pernyataan "sebagian mimpimu terlanjur dusta." Ini mengisyaratkan bahwa pandangan yang indah tentang anak-anak dan kebebasan telah kehilangan makna dalam dunia modern yang seringkali mengasingkan mereka dari dunia fantasi dan keindahan.

Perubahan dan Kehilangan: Puisi ini merujuk pada kisah Peter Pan, sebuah simbol dari keabadian anak-anak dan dunia fantasi. Namun, dalam realitas modern, "Peter Pan pun tumbuh dewasa, dalam sebuah film, dan kaum peri / kehilangan sayap mereka." Ini menggambarkan perubahan yang tidak diinginkan dan kehilangan dalam dunia modern yang semakin menjauhkan anak-anak dari keajaiban dan kemanusiaan.

Kontras Fantasi dan Realitas: Puisi ini menggunakan kontras antara dunia fantasi (di mana daun-daun menjadi kapal tempur) dan realitas modern (di mana danau-danau tak dihuni naga lagi). Kontras ini menyoroti pergeseran antara dunia imajinasi anak-anak dan realitas yang semakin jauh dari keajaiban.

Referensi Sastra Lainnya: Puisi ini mengakhiri dengan merujuk pada "Le Petit Prince" atau "The Little Prince" karya Antoine de Saint-ExupĂ©ry. Penyair menciptakan gambaran bahwa karakter Le Petit Prince telah mati, yang mungkin menggambarkan hilangnya kemurnian dan kepolosan anak-anak dalam dunia modern.

Puisi "Negeri Daun-Daun Jatuh" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah karya sastra yang melukiskan pergeseran antara dunia fantasi dan realitas modern dalam pandangan tentang masa kecil. Melalui referensi sastra dan gambaran yang kuat, puisi ini menggambarkan rasa kehilangan akan keajaiban anak-anak dan perubahan dalam dunia modern yang semakin menjauhkan mereka dari keindahan dan kebebasan. Pesan tentang pentingnya mempertahankan pandangan murni anak-anak dan menghormati keindahan alam dan fantasi mengundang pembaca untuk merenungkan perubahan dalam masyarakat dan dampaknya pada generasi muda.

Puisi Negeri Daun-daun Jatuh
Puisi: Negeri Daun-Daun Jatuh
Karya: Cecep Syamsul Hari
© Sepenuhnya. All rights reserved.