Puisi: Nyaris Lupa (Karya Hamid Jabbar)

Puisi "Nyaris Lupa" karya Hamid Jabbar mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas pengalaman manusia, ketidakpastian dalam hubungan, ...
Nyaris Lupa


hijau mudamu dara
di mata
kau menggigit lara
ku           ternganga.

kau menggigit lara
ku           ternganga
buaya
tak memuara

lautan
di hamparan
ombak dan angin
pilin-memilin

ombak    dan angin
pilin memilin
hijau mudamu dara
memilin(ku) ingin nyaris lupa

1973

Sumber: Wajah Kita (1981)

Analisis Puisi:
Puisi "Nyaris Lupa" karya Hamid Jabbar merupakan karya yang sarat dengan imaji dan perasaan. Dalam puisi ini, penyair menggunakan bahasa yang indah dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan pengalaman yang intens.

Ketegangan Emosional:  Puisi dibuka dengan kata-kata yang menciptakan ketegangan emosional, "hijau mudamu dara." Warna hijau dan kata "dara" menciptakan kontras yang menarik dan menunjukkan keadaan yang mungkin kompleks.

Gigitan Lara dan Ternganga: Pengulangan frasa "kau menggigit lara, ku ternganga" menciptakan irama dan membawa pembaca ke dalam suasana penuh ketegangan. Gigitan lara menciptakan citra kepedihan atau penderitaan yang mengejutkan dan mencolok.

Buaya Tanpa Muara: Metafora "buaya tak memuara" menyiratkan keganasan dan ancaman yang tak terbatas. Ini menciptakan atmosfer ketakutan atau ketidakpastian dalam hubungan atau pengalaman yang digambarkan dalam puisi. Metafora "buaya tak memuara" dapat diartikan sebagai ancaman atau bahaya yang tak terduga. Keberanian atau ketakutan dapat muncul sebagai tanggapan terhadap ketidakpastian yang disiratkan oleh buaya yang tak memiliki muara.

Ombak dan Angin Pilin-Memilin: Puisi menggambarkan lautan dengan ombak dan angin yang "pilin-memilin." Pengulangan ini menciptakan gerakan dan dinamika dalam deskripsi alam, sementara juga memberikan kesan bahwa segala sesuatu tidak selalu lurus dan teratur. Ombak dan angin yang "pilin-memilin" menciptakan gambaran kekacauan atau kompleksitas alam. Ini mungkin mencerminkan kerumitan dalam pengalaman atau hubungan manusia.

Kontras Hijau Mudamu dan Dara: Warna hijau dan kata "dara" menciptakan kontras yang menarik. Hijau bisa melambangkan kesuburan, kehidupan, atau kemudaan, sementara "dara" mungkin merujuk pada kepolosan atau ketidaktahuan.

Gigitan Lara dan Ternganga: Metafora "menggigit lara" menyiratkan pengalaman pahit atau luka yang mendalam. Ketidakberdayaan atau keterkejutan diungkapkan melalui kata "ternganga." Ini menciptakan perasaan keterkejutan dan kebingungan.

Memilin(ku) Ingin Nyaris Lupa: Akhir puisi menciptakan perasaan ingin melupakan atau mengabaikan sesuatu yang terjadi. Penggunaan kata "nyaris lupa" memberikan kesan bahwa meskipun ada keinginan untuk melupakan, masih ada sisa kenangan atau bekas yang sulit dihilangkan sepenuhnya.

Puisi "Nyaris Lupa" karya Hamid Jabbar adalah karya yang penuh dengan ketegangan emosional dan gambaran yang kuat. Dengan menggunakan metafora dan imaji yang mendalam, penulis menciptakan atmosfer misteri dan ketidakpastian. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas pengalaman manusia, ketidakpastian dalam hubungan, dan upaya untuk melupakan atau mengatasi luka yang mendalam.

Puisi: Nyaris Lupa
Puisi: Nyaris Lupa
Karya: Hamid Jabbar

Biodata Hamid Jabbar:
  • Hamid Jabbar (nama lengkap Abdul Hamid bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar) lahir 27 Juli 1949, di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat.
  • Hamid Jabbar meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 2004.
© Sepenuhnya. All rights reserved.