Puisi: Pohon Sunyi (Karya S. Rukiah Kertapati)

Puisi "Pohon Sunyi" karya S. Rukiah Kertapati merenungkan tentang pohon tua yang sudah renta dan perubahan yang dialaminya.
Pohon Sunyi


Engkau sudah tua
akarmu rapuh dengan tanah berpegangan
sebagian sudah lepas
putus berpisahan
dan pasir sebutir demi sebutir
ngeri ia berjatuhan!

Batu-batu
dekatmu diam membisu
daun kering mulai bercerai pergi
dan jatuh di sungai
tenggelam di arus mati.

Akar itu satu-satu
daun setangkai-setangkai
putus semua
dan gugur ke dasar mencari
hidup semula
tinggal pohon yang rapuh
memandang jurang
sunyi menanti.

Kapan lagi engkau ini
mesti pergi
dan apa yang akan datang


Sumber: Pujangga Baru (April-Mei 1948)

Analisis Puisi:
Puisi "Pohon Sunyi" karya S. Rukiah Kertapati adalah karya sastra yang merenungkan tentang pohon tua yang sudah renta dan perubahan yang dialaminya. Puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang siklus kehidupan dan perasaan sunyi.

Pohon Tua yang Rapuh: Puisi ini membuka dengan deskripsi tentang pohon tua yang sudah tua dan rapuh. Pohon ini adalah simbol dari ketahanan dan keteguhan, tetapi seiring berjalannya waktu, usia, dan kondisi lingkungan, ia telah menjadi rapuh.

Tanah yang Melonggarkan Genggaman: Penyair menggambarkan akar pohon yang sudah mulai lepas dan terpisah dari tanah. Ini bisa menggambarkan perasaan kehilangan dan pemisahan dari akar atau asal-usul yang kuat.

Pasir yang Ngerti Jatuh: Pasir yang jatuh dari pohon menunjukkan perubahan yang perlahan-lahan dan mengkhawatirkan. Ini bisa menggambarkan perasaan ketidakpastian dan kerentanan.

Batu yang Diam Membisu: Batu-batu di sekitar pohon tampaknya diam dan tidak bereaksi terhadap perubahan yang terjadi pada pohon. Ini bisa menggambarkan ketidakpedulian alam terhadap nasib pohon.

Daun Kering yang Terjatuh: Puisi ini menciptakan gambaran tentang daun-daun kering yang jatuh ke sungai dan tenggelam di arus mati. Daun-daun ini adalah simbol dari kehidupan yang sudah berakhir dan hilang.

Akar dan Daun yang Putus: Penyair menyebutkan bahwa akar dan daun telah putus satu per satu, dan semuanya mencari kehidupan semula. Ini mencerminkan perubahan dan keinginan untuk bertahan hidup.

Pohon yang Rapuh Menanti: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran tentang pohon yang rapuh dan sunyi yang menantikan apa yang akan datang. Ini menciptakan perasaan kesunyian dan ketidakpastian tentang masa depan.

Siklus Hidup dan Kematian: Puisi ini menciptakan perasaan tentang siklus alami kehidupan dan kematian. Pohon yang pada satu waktu kuat dan tegar sekarang telah melewati perubahan dan kehilangan.

Pertanyaan Terbuka: Penyair mengakhiri puisi dengan pertanyaan, "Kapan lagi engkau ini mesti pergi dan apa yang akan datang." Pertanyaan ini menimbulkan refleksi tentang perubahan dan masa depan yang tidak pasti.

Puisi "Pohon Sunyi" adalah karya yang penuh dengan gambaran alam dan perasaan yang mendalam. Ini menciptakan perasaan akan siklus kehidupan yang terus berlanjut dan perasaan sunyi di tengah-tengah perubahan dan perpisahan.

S. Rukiah Kertapati
Puisi: Pohon Sunyi
Karya: S. Rukiah Kertapati

Biodata S. Rukiah Kertapati:
  • S. Rukiah lahir pada tanggal 25 April 1927 di Purwakarta.
  • S. Rukiah menikah dengan Sidik Kertapati pada tanggal 2 Februari 1952 di Purwakarta.
  • S. Rukiah meninggal dunia pada tanggal 6 Juni 1996 di Purwakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.