Puisi: Ratap (Karya Ediruslan PE Amanriza)

Puisi "Ratap" karya Ediruslan PE Amanriza mengeksplorasi tema pencarian identitas, keberagaman alam, serta kekuatan emosional manusia dalam ...
Ratap
(sebuah sajak yang tak pernah selesai)


di laut manakah tenggelam seribu mimpiku
di hutan manakah tersesat seribu hasratku
di gunung manakah gamang segenap dayaku
di ngarai manakah sangsai saudara-saudaraku
yang tenggelam bersamaku di laut
yang tersesat bersamaku di hutan
yang gamang bersamaku di gunung
yang sangsai bersamaku di ngarai
yang bermimpi bersamaku
di sini

di horison manakah terkepung
seribu waktuku tak rampung
di cewang langit manakah badai itu tergantung
sampai resah tak pecah
sampai badai tak sampai
ke malam-malam
di mana kami
tak sedap
duduk diam


Sumber: Surat-Suratku kepada GN (1983)

Analisis Puisi:
Puisi "Ratap" karya Ediruslan PE Amanriza adalah suatu karya yang sarat dengan makna dan mendalam. Melalui penggunaan bahasa yang metaforis dan gambaran alam yang kuat, puisi ini mengeksplorasi tema pencarian identitas, keberagaman alam, serta kekuatan emosional manusia dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Pencarian Identitas: Puisi ini menciptakan pertanyaan-pertanyaan metaforis tentang keberadaan dan identitas manusia. Ungkapan "di laut manakah tenggelam seribu mimpiku" dan pertanyaan-pertanyaan serupa menggambarkan pencarian diri dalam keberagaman dan kompleksitas kehidupan.

Keberagaman Alam: Penggunaan elemen alam seperti laut, hutan, gunung, dan ngarai menciptakan lanskap yang kaya dan beragam. Hal ini mencerminkan keanekaragaman dalam pengalaman hidup manusia, seiring dengan tantangan dan ketidakpastian yang dapat dihadapi dalam perjalanan mencari identitas.

Kekuatan Emosional: Ungkapan seperti "di horison manakah terkepung seribu waktuku tak rampung" menciptakan gambaran akan tekanan waktu dan kegelisahan batin. Kekuatan emosional terasa melalui kata-kata yang menyiratkan perasaan tidak pasti, resah, dan tekanan yang mungkin dirasakan dalam proses mencari dan menemukan jati diri.

Ketidakpastian dan Keberagaman: Puisi ini menekankan ketidakpastian melalui penggunaan elemen alam yang tidak jelas letaknya ("di laut manakah," "di hutan manakah," dll.), menciptakan suasana misteri dan perjalanan yang penuh tantangan.

Ketidaknyamanan dalam Diam: Ungkapan "ke malam-malam di mana kami tak sedap duduk diam" menyoroti ketidaknyamanan yang mungkin terjadi ketika manusia dihadapkan pada ketidakpastian dan ketidakjelasan. Ini dapat diartikan sebagai panggilan untuk terus mencari, bergerak, dan tumbuh.

Puisi ini menjadi perjalanan emosional dan filosofis yang mengajak pembaca merenung tentang kehidupan, pencarian identitas, serta kompleksitas alam dan waktu.

Ediruslan PE Amanriza
Puisi: Ratap
Karya: Ediruslan PE Amanriza

Biodata Ediruslan PE Amanriza:
  • Ediruslan PE Amanriza lahir pada tanggal 17 Agustus 1947 di  Bagan-siapiapi, Riau.
  • Ediruslan PE Amanriza meninggal dunia pada tanggal tanggal 3 Oktober 2001.
  • Ediruslan PE Amanriza adalah salah satu penulis puisi, cerita pendek, novel, dan esai sastra.
© Sepenuhnya. All rights reserved.