Puisi: Sejuta Panorama Suara (Karya Hamid Jabbar)

Puisi "Sejuta Panorama Suara" karya Hamid Jabbar membawa pembaca ke dalam pengalaman mendalam di tengah-tengah alam dan kebesaran Tuhan.
Sejuta Panorama Suara


di
si
ni
di
lereng
gunung
ini

malabar
terhampar
sejuta
panorama
terdengar
sejuta
suara
yang
tak
ku
tahu
pasti
inti dari inti segala inti
i
n
i


Tuhanku!
bukakan segala mataku
di tubuh ini
yang sebentar lagi
'kan kaku
di
si
ni
kicauan sejuta burung
desahan sejuta bayu
lambaian sejuta daun
ayunan sejuta pohon
belukaran sejuta semak
siraman sejuta cahaya
lekukan sejuta lembah
desiran sejuta air kali
tebaran sejuta batu
tak
ku
tahu
mereka
bicara
apa
pada
ku
kadangkala bagai ejekan: ciss!
lain kali bagai tertawa: haha!
sebentar bagai mengucapkan: salam...

Tuhanku 
bukalah segala telingaku
hingga aku mengerti
segala bicara mereka ini
dalam menyelami semesta-Mu

di
si
ni
Tuhanku
aku jadi menggigil
aku makin mengecil
dalam kuasa-Mu

Tuhanku
aku semakin menggigil
dalam sejuta panorama suara
i
n
i

6 Oktober 1972

Sumber: Horison (Oktober, 1973)

Analisis Puisi:
Puisi "Sejuta Panorama Suara" karya Hamid Jabbar membawa pembaca ke dalam pengalaman mendalam di tengah-tengah alam dan kebesaran Tuhan.

Gaya dan Bentuk

  • Pola Kata dan Spasi: Penyair menggunakan pola kata dan spasi yang unik untuk menciptakan ritme dan susunan yang berbeda. Gaya penulisan seperti ini menciptakan perasaan luas dan terbuka, mencerminkan sejuta panorama yang disebutkan dalam puisi.
  • Pengulangan Kata: Pengulangan kata "di si ni" memberikan ritme yang menenangkan, seakan-akan menciptakan getaran yang meresapi lanskap gunung Malabar.

Gambaran Alam

  • Deskripsi Lanskap: Melalui penggunaan kata-kata yang menggambarkan lanskap seperti lereng gunung, Malabar, burung, bayu, daun, pohon, semak, cahaya, lembah, air kali, dan batu, penyair menciptakan gambaran alam yang kaya dan hidup.
  • Panorama Suara: Melibatkan panorama suara memberikan dimensi tambahan, menciptakan pengalaman sensoris yang lebih dalam. Panorama suara ini mencakup kicauan burung, desahan bayu, lambaian daun, ayunan pohon, belukaran semak, siraman cahaya, lekukan lembah, desiran air kali, dan tebaran batu.

Pertemuan dengan Alam

  • Keajaiban Alam: Puisi ini menggambarkan keajaiban dan keagungan alam, memunculkan kekaguman terhadap berbagai suara dan pemandangan yang menyatu menjadi satu kesatuan harmonis.
  • Mistik: Penggunaan kata-kata seperti "inti dari inti segala inti" dan panggilan kepada Tuhan memberikan nuansa mistis pada pengalaman penyair.

Ketidakpahaman Manusia Terhadap Alam

  • Dialog Suara Alam: Puisi menciptakan dialog atau komunikasi antara alam dan penyair. Pengulangan "tak ku tahu" menyoroti ketidakpahaman manusia terhadap bahasa alam, tetapi juga menunjukkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk memahami.
  • Eksplorasi Makna: Penyair menggambarkan berbagai suara alam sebagai bahasa yang tidak sepenuhnya dimengerti manusia. Ada unsur kebingungan dan keheranan terhadap komunikasi yang berlangsung di antara elemen-elemen alam.

Relasi dengan Tuhan

  • Permohonan Pencerahan: Puisi ini mencakup permohonan kepada Tuhan untuk membuka mata dan telinga penyair agar dapat memahami bahasa alam dan meresapi kebesaran-Nya.
  • Ketakutan dan Kerendahan Hati: Melalui penggunaan kata-kata seperti "menggigil" dan "mengecil," penyair menyampaikan rasa ketakutan dan kerendahan hati di hadapan kekuasaan Tuhan.
Puisi "Sejuta Panorama Suara" tidak hanya merayakan keindahan alam, tetapi juga mengeksplorasi hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan. Dengan gaya penulisan yang unik dan gambaran yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung dan meresapi keajaiban alam serta mendekatkan diri pada ketuhanan.

Puisi: Sejuta Panorama Suara
Puisi: Sejuta Panorama Suara
Karya: Hamid Jabbar

Biodata Hamid Jabbar:
  • Hamid Jabbar (nama lengkap Abdul Hamid bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar) lahir 27 Juli 1949, di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat.
  • Hamid Jabbar meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 2004.
© Sepenuhnya. All rights reserved.