Puisi: Senggigi (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Senggigi" karya Cecep Syamsul Hari mengekspresikan perasaan nostalgia, kerinduan, dan suasana alam yang melibatkan berbagai elemen seperti ....
Senggigi


Jam tujuh malam
Hujan usai sudah
Pasir basah

Angin menjauh
Kau selalu menjauh
Bahkan ketika rinai airmatamu
Jatuh di bahu kiriku

Jam tujuh malam
Kau tak pernah percaya
Aku akan mati
Pada jam tujuh main

Garis pantai menjangkau langit
Perahu berlayar sampai bintang
Aku dan tebing ini seperti kekasih lama
Yang merayakan pertemuan

Pasir basah
Hujan usai sudah
Pada jam tujuh malam


2001-2002

Analisis Puisi:
Puisi "Senggigi" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah karya sastra yang mengekspresikan perasaan nostalgia, kerinduan, dan suasana alam yang melibatkan berbagai elemen seperti waktu, alam, dan emosi manusia.

Lokasi dan Waktu: Puisi ini dimulai dengan latar waktu yang spesifik, "Jam tujuh malam," yang memberikan pembaca pandangan jelas tentang momen yang sedang dijelaskan. Lokasi "Senggigi" yang menjadi judul puisi mungkin merujuk pada suatu tempat atau pantai yang memiliki makna penting dalam kisah ini.

Suasana Alam: Gambaran alam sangat kuat dalam puisi ini. Hujan yang baru saja berhenti membuat pasir basah dan angin menjauh, menggambarkan suasana pantai setelah hujan reda. Penyair menciptakan perasaan nyata akan lingkungan alam, dengan sentuhan pasir, hujan, dan angin, sehingga pembaca merasakan kehadiran alam tersebut.

Kerinduan dan Jarak: Melalui baris "Kau selalu menjauh," puisi ini menggambarkan rasa kerinduan yang tak terwujud dan jarak emosional antara penutur puisi dan subjeknya. Meskipun ada rintik hujan yang jatuh di bahu penutur puisi, kesenjangan antara mereka tetap ada.

Waktu dan Kepercayaan: Ada elemen waktu yang kuat dalam puisi ini. Penyair menggambarkan keyakinan subjek bahwa penutur puisi akan "mati / Pada jam tujuh main." Ini bisa diartikan secara harfiah sebagai jam tujuh malam, atau sebagai simbolik waktu penting. Rasa keraguan dan ketidakpercayaan subjek terhadap klaim ini memberikan dimensi lain pada puisi.

Pertemuan dan Kenangan: Gambaran "Perahu berlayar sampai bintang" menggambarkan adegan yang indah dan romantis. Ini mungkin merujuk pada kenangan atau impian masa lalu tentang pertemuan yang berarti. Tebing dan penutur puisi diibaratkan sebagai "kekasih lama," yang menunjukkan hubungan yang kuat dan berdampingan.

Puisi "Senggigi" menggambarkan perasaan kerinduan, harapan, dan kesendirian melalui gambaran alam yang kuat dan penggunaan elemen waktu. Melalui rangkaian gambaran ini, puisi ini menghasilkan suasana yang mendalam dan mempengaruhi emosi pembaca. Gaya penggambaran alam dan perasaan manusia dalam puisi ini memberikan dimensi yang lebih dalam pada pengalaman yang diungkapkan oleh penyair.

Puisi Senggigi
Puisi: Senggigi
Karya: Cecep Syamsul Hari
© Sepenuhnya. All rights reserved.