Analisis Puisi:
Puisi "Suruttutur" karya Ayatrohaedi adalah sebuah refleksi mendalam tentang kenangan, kehidupan desa, dan perpisahan. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan kehidupan di desa dengan menggunakan imaji yang kuat dan kata-kata yang menggetarkan.
Nostalgia akan Masa Lalu: Penyair merenungkan keindahan dan kehangatan masa kanak-kanak di desa. Dia merindukan keadaan yang sederhana dan keharmonisan di antara keluarga dan tetangga. Kenangan akan pagi-pagi bersama kerbau di sawah dan senja di ladang tebu membawa kehangatan yang mendalam.
Kehidupan Desa dan Tradisi: Puisi ini menggambarkan kehidupan desa dengan detail yang kaya. Penyair menyoroti kegiatan sehari-hari seperti membajak ladang, menyanyikan lagu gembala, dan kebersamaan anak-anak di ladang tebu. Tradisi turun-temurun dan cinta terhadap tanah air dan pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kasih dan dedikasi.
Perpisahan dan Mimpi yang Tak Tercapai: Puisi ini juga mengekspresikan rasa perpisahan yang menyedihkan. Penyair mengucapkan selamat tinggal kepada setiap kenangan, menandakan akhir dari suatu masa yang indah. Dia merenungkan mimpi-mimpi yang tak tercapai, mimpi akan kesederhanaan dan kebahagiaan masa lalu yang kini tinggal sebagai kenangan.
Bahasa dan Imaji: Penyair menggunakan bahasa yang indah dan imaji yang kuat untuk menggambarkan kehidupan di desa dan perasaan rindu yang mendalam. Kata-kata seperti "punggung kerbau" dan "kereta tebu" membawa pembaca ke dalam pengalaman visual yang hidup dan mengesankan.
Puisi "Suruttutur" karya Ayatrohaedi adalah sebuah karya yang menggetarkan hati dan memikat imajinasi pembaca. Dengan menyentuh tema nostalgia, kehidupan desa, dan perpisahan, puisi ini menggambarkan keindahan dan kehangatan masa lalu yang kini hanya tinggal sebagai kenangan. Melalui bahasa yang indah dan imaji yang kuat, penyair berhasil menghadirkan suatu pengalaman yang mendalam dan memikat."