Puisi: Suruttutur (Karya Ayatrohaedi)

Puisi "Suruttutur" karya Ayatrohaedi menggambarkan keindahan dan kehangatan masa lalu yang kini hanya tinggal sebagai kenangan. Melalui bahasa yang ..
Suruttutur

Selamat tinggal, duhai, setiap kenangan!
Keharuan, kemanisan masa kanak
adalah mimpi yang tak bisa dilupakan

Adalah pagi-pagi, punggung kerbau
selalu jadi tunggangan. Musim bersawah
kesibukan kampung di sana tertumpah.
Menggema lagu gembala, lagu setiap gembala:

Darah yang turun-temurun
tetes bunda penuai padi
keringat bapa pembajak
lewat nini lewat aki
lewat jantung yang berdetak
semenjak kampung terhuni.

Angkatan demi angkatan
dan jauh sebelum itu.

Kerbauku sayang, kambing tercinta,
rumput terhampar di bumi ini
kalian cuma yang punya.

Selamat tinggal, duhai, setiap kenangan!
Keharuan, kemanisan masa kanak
adalah mimpi yang selalu dimimpikan

Adalah ketika senja, kereta tebu
selalu jadi incaran. Musim memotong
setiap anak pun berkumpul di sana.
Menggema lagu gembala, lagu setiap gembala:

Cinta yang turun-temurun
cinta bersemi di hati
cinta ladang dan tanaman
lewat bunda cinta padi
lewat bapa cinta tanah
tak pernah menjadi kering.

Angkatan demi angkatan
dan jauh sebelum itu.

Tanahku sayang, ladang tercinta
keringat ngucur di badan
adalah cuma untukmu.

Selamat tinggal, duhai, setiap kenangan!
Perpisahan antara kita adalah mimpi
yang tak pernah kumimpikan

1964

Sumber: Pabila dan Di Mana (1977)

Analisis Puisi:
Puisi "Suruttutur" karya Ayatrohaedi adalah sebuah refleksi mendalam tentang kenangan, kehidupan desa, dan perpisahan. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan kehidupan di desa dengan menggunakan imaji yang kuat dan kata-kata yang menggetarkan.

Nostalgia akan Masa Lalu: Penyair merenungkan keindahan dan kehangatan masa kanak-kanak di desa. Dia merindukan keadaan yang sederhana dan keharmonisan di antara keluarga dan tetangga. Kenangan akan pagi-pagi bersama kerbau di sawah dan senja di ladang tebu membawa kehangatan yang mendalam.

Kehidupan Desa dan Tradisi: Puisi ini menggambarkan kehidupan desa dengan detail yang kaya. Penyair menyoroti kegiatan sehari-hari seperti membajak ladang, menyanyikan lagu gembala, dan kebersamaan anak-anak di ladang tebu. Tradisi turun-temurun dan cinta terhadap tanah air dan pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kasih dan dedikasi.

Perpisahan dan Mimpi yang Tak Tercapai: Puisi ini juga mengekspresikan rasa perpisahan yang menyedihkan. Penyair mengucapkan selamat tinggal kepada setiap kenangan, menandakan akhir dari suatu masa yang indah. Dia merenungkan mimpi-mimpi yang tak tercapai, mimpi akan kesederhanaan dan kebahagiaan masa lalu yang kini tinggal sebagai kenangan.

Bahasa dan Imaji: Penyair menggunakan bahasa yang indah dan imaji yang kuat untuk menggambarkan kehidupan di desa dan perasaan rindu yang mendalam. Kata-kata seperti "punggung kerbau" dan "kereta tebu" membawa pembaca ke dalam pengalaman visual yang hidup dan mengesankan.

Puisi "Suruttutur" karya Ayatrohaedi adalah sebuah karya yang menggetarkan hati dan memikat imajinasi pembaca. Dengan menyentuh tema nostalgia, kehidupan desa, dan perpisahan, puisi ini menggambarkan keindahan dan kehangatan masa lalu yang kini hanya tinggal sebagai kenangan. Melalui bahasa yang indah dan imaji yang kuat, penyair berhasil menghadirkan suatu pengalaman yang mendalam dan memikat."

Puisi
Puisi: Suruttutur
Karya: Ayatrohaedi
© Sepenuhnya. All rights reserved.