Puisi: Tarian Angin (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Tarian Angin" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam, sejarah, dan kekuatan puitis dalam seni yang ...
Tarian Angin

Liszt, kini aku faham mengapa dengan seluruh senjamu
kau gubah Tarian Angin di lebuh masa silam.

Begitu lembut, begitu kekar, rahasia jiwa
tanah Magyar, ibu bagi daun-daun pohon kastanya.

Para penyair perkasa lahir dari perut singa yang mengaum
memburu puisi-puisi liar di hamparan tanah datar.

Dan Danube, ah, Duna yang abadi
telah mati berkali-kali, telah bangkit berkali-kali:

Menjadi makam para pahlawan dan pembangkang
dan bagi para penyair, mungkin sorga yang hilang.

Di tepi sungai itu, kucari sebagian sejarahku
pada sepasang sepatu yang menyanyikan Himnusz
pada rumpun mawar yang tumbuh di atas dada berlubang
seorang tawanan yang ditembak mati.

Di tepi sungai itu, kucari sebagian sejarahku
pada duka tatapan mata zaitun
pada luka yang dikandung setiap pertemuan
sepasang pengembara yang enggan kembali.

Negeri kelahiran atau negeri pengungsian
bukankah memiliki layung senja dan kilau malam yang sama?

Liszt, kini aku faham mengapa badai yang kau ciptakan
telah mengubah Tarian Angin menjadi ribuan peri dan bidadari

telanjang di bawah sinar bulan.

Balatonfüred, 2009

Analisis Puisi:
Puisi "Tarian Angin" karya Cecep Syamsul Hari merupakan perjalanan emosional dan reflektif yang menggambarkan kekuatan alam dan pengaruhnya terhadap manusia, sejarah, dan kehidupan. Puisi ini memasukkan elemen-elemen puitis dan simbolis yang memungkinkan pembaca merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam dan sejarah, serta kekuatan puitis dalam karya seni.

Kekuatan dan Kelembutan Alam: Puisi ini dibuka dengan rasa penghormatan pada karya musik Liszt, yang menciptakan "Tarian Angin" di masa silam. Ini adalah pujian terhadap kekuatan alam yang tergambar dalam karya seni.

Simbolisme Tanah dan Daerah: Penyair membawa pembaca ke tanah Magyar, menyoroti kekuatan dan rahasia jiwa yang tersemat di sana, menggambarkan lahirnya penyair perkasa dari tempat tersebut.

Sungai Danube sebagai Simbol Sejarah: Sungai Danube digambarkan sebagai saksi sejarah yang berulang kali "mati dan bangkit." Tempat ini menjadi makam pahlawan dan para pembangkang, sementara bagi para penyair, mungkin merupakan lambang sorga yang hilang.

Refleksi Pribadi di Tengah Sejarah: Penyair mencari bagian dari dirinya dalam sejarah yang tergambar di tepi sungai. Dia menemukan sebagian sejarahnya dalam rumpun mawar di atas dada berlubang seorang tawanan yang ditembak mati, serta dalam tatapan mata zaitun dan luka-luka pada sepasang pengembara yang enggan kembali.

Pertautan antara Negeri Kelahiran dan Pengungsian: Puisi ini mempertanyakan apakah negeri kelahiran dan negeri pengungsian memiliki esensi yang sama meskipun mungkin terasa berbeda. Ini adalah refleksi tentang identitas dan perjalanan puitis dalam memahami esensi kehidupan.

Kekuatan Puitis dalam Musik: Puisi ini berakhir dengan memuji Liszt yang mampu mengubah "Tarian Angin" menjadi gambaran ribuan peri dan bidadari telanjang di bawah sinar bulan. Ini adalah penghormatan terhadap kekuatan puitis dalam seni musik yang mampu memengaruhi imajinasi dan emosi manusia.

Puisi "Tarian Angin" karya Cecep Syamsul Hari adalah perjalanan puitis dan simbolis yang menyentuh berbagai aspek kemanusiaan, alam, sejarah, dan kekuatan puitis dalam seni. Melalui kiasan dan imajinasi yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam, sejarah, dan kekuatan puitis dalam seni yang memengaruhi dan memperkaya kehidupan.

Puisi
Puisi: Tarian Angin
Karya: Cecep Syamsul Hari
© Sepenuhnya. All rights reserved.