Puisi: Tiga Serangkai (Karya Isma Sawitri)

Puisi "Tiga Serangkai" mengundang pembaca untuk merenungkan akan arti dari nostalgia, kerinduan, dan keinginan untuk kembali ke rumah, baik secara ...
Tiga Serangkai

Tiga serangkai lampu beca
ya mustapa ya mustapa
tiga serangkai lampu beca
di sisi kiri di sisi kanan
yang satu berkaca merah
satunya lagi berkaca putih
yang di tengah berkaca hijau

Tiga serangkai lampu beca
dibawa berkayuh terayun-ayun
malam berlenggang menurun embun
ya mustapa mari pulang
ke sarang nyamuk ke sarang lalat
ke sarang mimpi
tempat sangkutan topi
ya mustapa
kokok ayam diri hari

Sumber: Sastra (1962)

Analisis Puisi:
Puisi "Tiga Serangkai" karya Isma Sawitri adalah representasi yang kaya akan penggambaran, dan penggunaan simbol dan imaji kuat. Dalam puisi ini, penyair menghadirkan gambaran tiga lampu beca, yang masing-masing memiliki warna dan karakteristiknya sendiri, serta menghadirkan panggilan untuk pulang, yang didominasi oleh nada-nada nostalgia.

Simbolisme Tiga Lampu Beca: Setiap lampu beca dalam puisi ini memiliki identitas warna yang kuat; satu dengan kaca merah, satu lagi dengan kaca putih, dan yang terakhir dengan kaca hijau. Setiap warna melambangkan sesuatu yang berbeda. Warna merah dapat diartikan sebagai cinta, warna putih sebagai ketulusan atau keberanian, dan warna hijau sebagai harapan atau kesuburan. Tiga lampu beca ini bukan hanya simbol visual, tetapi juga membawa makna-makna yang dalam, yang mengisyaratkan pada aspek-aspek emosional dan spiritual.

Perasaan Nostalgia dan Kerinduan: Ketika penyair memanggil "ya mustapa," ada panggilan untuk pulang, membangkitkan perasaan nostalgia. "Pulang" di sini mungkin tidak hanya secara harfiah mengacu pada kembali ke rumah, tetapi juga pada suatu tempat yang dianggap aman dan nyaman. Puisi ini membawa keinginan untuk menemukan kepastian dan kecocokan dengan alam dan kehidupan sehari-hari.

Imaji Malam dan Keindahan Alam: Dengan menyebut malam yang "berlenggang menurun embun," penyair mengekspresikan keindahan alam pada waktu tertentu. Malam yang dipenuhi dengan kelembutan embun mengekspresikan kedamaian dan ketenangan. Hal ini mewakili harmoni alami yang dihadirkan oleh penyair melalui deskripsi malam.

Puisi "Tiga Serangkai" merupakan suatu eksplorasi emosional. Penggunaan imaji yang kuat dan simbolisme warna yang jelas menghasilkan gambaran yang mengundang pembaca untuk merenungkan akan arti dari nostalgia, kerinduan, dan keinginan untuk kembali ke rumah, baik secara fisik maupun emosional. Ini adalah sebuah puisi yang menciptakan gambaran yang kuat tentang kehidupan sehari-hari, alam, dan panggilan pulang yang universal.

Isma Sawitri
Puisi: Tiga Serangkai
Karya: Isma Sawitri

Biodata Isma Sawitri:
  • Isma Sawitri lahir pada tanggal 21 November 1940 di Langsa, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.