Puisi: Anak Kecil (Karya Budiman S. Hartoyo)

Puisi "Anak Kecil" mengajak pembaca untuk merenung tentang kepolosan dan ketidaktahuan anak kecil terhadap pertentangan dan konsep-konsep abstrak ...
Anak Kecil


Begitu ia tersenyum
seperti tak ada apa pun
yang mesti direnung
Tak kenal kata basi
tak ada yang bisa mati
Dan ketika ibunya pergi
ia pun menangis sehari-hari

Ia tak pernah berpikir
tentang nasib dan takdir
Ia tak pernah acuh
tentang kasih-sayang
yang bakal menjauh

Bila dibacakan padanya sebuah kitab suci
ia pun tak pernah bertanya dalam hati
adakah hubungan antara mimpi dan mati
hakikat diri
arti dan rezeki

Bila ia bertanya tentang Tuhan
maka sulit buat meyakinkan
apa memang harus ada kebenaran
dan peperangan
ada pula sandang pangan
perdamaian
dan kesejahteraan
Sebab ia pun tak pula pernah mengerti
apakah kasih-sayang
dan kepalsuan
kemiskinan, kesengsaraan
dan kejahatan

Sedang kita sendiri terlalu sulit memikirkan
pusing dan memuakkan
sebab semuanya serba meragukan
kata di bibir pun
hanya mampu disunggingkan

Anak kecil
terlalu kecil ia buat dunia ini
Terlalu kecil ia buat mengerti
bahwa lebih baik ia mati
daripada kelak ia hidup sendiri
dalam pertentangan-pertentangan
abadi

Pertentangan suara hati nurani
dan kehendak tiap orang
buat berdiri sendiri


1962

Sumber: Sebelum Tidur (1977)

Analisis Puisi:
Puisi "Anak Kecil" karya Budiman S. Hartoyo merangkum dalam diri seorang anak kecil yang belum terbebani oleh berbagai konsep dan pertentangan di dunia. Puisi ini menciptakan gambaran tentang ketidaktahuan dan kepolosan seorang anak kecil terhadap kompleksitas dunia di sekitarnya.

Ketidaktahuan Anak Kecil: Puisi membuka dengan gambaran senyuman anak kecil yang tampak tanpa beban dan tanpa pemikiran mendalam. Anak kecil disajikan sebagai figur yang tidak terbebani oleh pertanyaan filosofis atau beban hidup.

Emosi dan Reaksi Anak Kecil: Meskipun ia tampak tidak memikirkan banyak hal, puisi menyelipkan emosi anak kecil ketika ibunya pergi. Meskipun ia tidak memahami makna kesedihan dan kehilangan secara keseluruhan, ia menunjukkan reaksi emosional dengan menangis sehari-hari.

Ketidakpahaman terhadap Konsep Agama: Saat dibacakan kitab suci, anak kecil tidak menunjukkan ketertarikan atau pertanyaan yang mendalam. Ia tidak memikirkan hubungan antara mimpi dan mati, hakikat diri, arti, dan rezeki. Ini mencerminkan ketidaktahuan dan ketidakpahaman terhadap konsep-konsep abstrak tersebut.

Kesulitan Menjelaskan Konsep-Konsep Abstrak: Puisi menyajikan kesulitan kita sebagai orang dewasa untuk menjelaskan dan meyakinkan anak kecil tentang konsep-konsep seperti Tuhan, kebenaran, peperangan, kasih-sayang, kemiskinan, dan kejahatan. Hal ini menunjukkan kekompleksan dan keterbatasan manusia dalam merangkai konsep-konsep tersebut.

Pertentangan-Pertentangan Abadi: Puisi mengakhiri dengan merinci pertentangan-pertentangan abadi yang dialami oleh manusia. Ini menciptakan kontras antara ketidaktahuan anak kecil dan kompleksitas pertentangan yang selalu ada dalam kehidupan.

Puisi "Anak Kecil" mengajak pembaca untuk merenung tentang kepolosan dan ketidaktahuan anak kecil terhadap pertentangan dan konsep-konsep abstrak dalam hidup. Sementara anak kecil mungkin tidak memahami kompleksitas tersebut, puisi juga mencerminkan kesulitan kita sebagai orang dewasa dalam menjelaskan realitas yang kompleks kepada mereka.

Puisi Budiman S. Hartoyo
Puisi: Anak Kecil
Karya: Budiman S. Hartoyo

Biodata Budiman S. Hartoyo:
  • Budiman S. Hartoyo lahir pada tanggal 5 Desember 1938 di Solo.
  • Budiman S. Hartoyo meninggal dunia pada tanggal 11 Maret 2010.
  • Budiman S. Hartoyo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.