Puisi: Anoman yang Tua (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Anoman yang Tua" menggugah kesadaran tentang dampak dari tindakan kita terhadap lingkungan dan mendorong untuk melakukan perubahan positif ...
Anoman yang Tua


Anoman yang tua. Kemarahanmu merajalela
Engkau menggeram. Engkau meludah
Engkau berang. Engkau meradang. Engkau menendang benda-benda
Ternyata, Engkau sudah pikun. Meskipun tampaknya jaya

Nusantara disangka Ngalengka Diraja
Membuat gaduh seluruh negeri
Lari dari dahan ke dahan. Membakar
Seluruh hutan, semak dan gerumbul di lembah

Karena sengaja atau kekeliruan
Ini nusantara. Bukan negeri Ngalengka Diraja -
Tempat Rahwana sang Perkasa dengan negerinya yang durhaka
materialistis dan serakah. Batil dan tak ketulungan
dosanya yang dengan ganas merenggut kecantikan
Dewi Sinta!

Anoman yang tua
Anda memang sudah pikun
Ini nusantara. Alam apik tercinta

Jangan biarkan amarahmu membabi buta:
Membakar belantara di bawah katulistiwa
Asap telah kau tebar ke mana-mana
Sampai negeri jiran!

Sungguh, Anoman yang dulu bijaksana
Aku sekarang benci kamu
Aku sekarang mengutuk kamu

Kali ini! Engkau nyata-nyata memalukan
Semua golongan para satria!


Jakarta, 15-17 November 1997

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Anoman yang Tua" karya Slamet Sukirnanto menciptakan gambaran yang kuat dan penuh emosi tentang kondisi alam dan masyarakat. Dengan menggambarkan Anoman sebagai metafora untuk kekuasaan yang tua dan berubah, penyair menyampaikan kritik terhadap ketidakbijaksanaan dan keganasan dalam menjaga keharmonisan alam dan masyarakat.

Latar Belakang: Puisi ini mungkin mencerminkan keprihatinan penulis terhadap kerusakan alam dan perilaku manusia yang merugikan. Dengan menggunakan tokoh Anoman yang dulu bijaksana sebagai representasi kekuasaan yang telah pikun, Slamet Sukirnanto mengajak pembaca untuk merenung tentang perubahan dan dampaknya terhadap lingkungan.

Personifikasi Anoman: Anoman digambarkan dengan kemarahan yang merajalela, menggeram, meludah, dan menendang benda-benda. Namun, ironisnya, Anoman yang tampaknya jaya ternyata pikun. Personifikasi ini menggambarkan keadaan alam atau kekuatan yang seharusnya bijaksana namun telah mengalami kemunduran.

Perubahan dan Kehancuran: Puisi ini menggambarkan perubahan negatif dalam keadaan alam, diilustrasikan melalui gambaran Anoman yang membakar seluruh hutan, semak, dan gerumbul di lembah. Perubahan ini dapat diartikan sebagai dampak dari kesalahan manusia, baik sengaja maupun tidak.

Kritik Terhadap Kerusakan Alam: Puisi ini secara tegas mengkritik perilaku manusia yang merusak alam. Anoman yang tua, yang mewakili kekuasaan atau penguasa, menjadi simbol kesalahan dan kegagalan dalam menjaga keberlanjutan alam.

Kehilangan Kebijaksanaan: Puisi ini menyuarakan kekecewaan terhadap kehilangan kebijaksanaan yang seharusnya dimiliki oleh Anoman. Kehadiran kemarahan dan keganasan yang membabi buta menunjukkan hilangnya kebijaksanaan dalam pengelolaan kekuasaan.

Tanggung Jawab Terhadap Alam: Puisi ini memberikan pesan tentang tanggung jawab manusia terhadap alam. Amar ma'ruf nahi mungkar (mendorong yang baik dan mencegah yang buruk), keadilan, amanah, dan kejujuran adalah nilai-nilai yang mungkin telah terabaikan.

Peringatan untuk Generasi Satria: Puisi ini merupakan peringatan terhadap para satria atau pemimpin untuk tidak merusak alam dan mempertahankan kebijaksanaan dalam kepemimpinan. Kehilangan kebijaksanaan akan membawa malapetaka bagi semua golongan.

Puisi "Anoman yang Tua" karya Slamet Sukirnanto adalah seruan untuk introspeksi diri dan tindakan yang bertanggung jawab terhadap alam dan masyarakat. Dengan gaya bahasa yang kuat dan imaji yang mengesankan, penyair berhasil menyampaikan pesan kritis tentang keberlanjutan dan pentingnya mempertahankan kebijaksanaan dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Puisi ini menggugah kesadaran tentang dampak dari tindakan kita terhadap lingkungan dan mendorong untuk melakukan perubahan positif demi keberlanjutan bumi.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Anoman yang Tua
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.