Puisi: Ayunan (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Ayunan" karya Slamet Sukirnanto menggambarkan perjalanan manusia dalam kehidupan, di mana setiap ayunan kehidupan membawa pengalaman, ....
Ayunan
(buat Aristides Katoppo)

Berayun, pelan, berayun, buyung
Ada saatnya kita mempermainkan waktu
Maju-mundur menyentuh ujung ruang
Mendesak kekosongan

Berayun, pelan, berayun, buyung
Sambil pejamkan mata barang sejenak
Nikmati sekilas kegelapan dan binar-binar temaram
Sebelum hapus oleh kilatan pijar terang

Berayun, pelan, berayun, buyung
Hirup puas udara segar lapangan
Sebelum angkasa menciut, racun gaduh berdesakan
Membangun jasad tidur yang letih

Berayun, pelan, berayun, buyung
Andaikan sempat bertutur berkepanjangan
Tentang mengurai jiwa yang kusut
Bagaimana mengulur di arena keluasan?

Berayun, pelan, berayun, buyung
Adakah burung-burung akan singgah, seperti yang sudah
Menuturkan pengembaraan di alam tak bertepi
Dan sorga tinggal dijangkau setapak lagi

Berayun, pelan, berayun, buyung
Ke mana arah gema mencari pantulan
Janganlah lengah pengamatan jauh jauh
Dan alamat lengkap pusat sasaran

Berayun, pelan, berayun, buyung
Alun irama berturut tanpa suara
Perahu lepas mengarungi laut bayangan
Senandung ihwal pendaratan

Berayun, pelan, berayun, buyung
Susul-menyusul awan di dinding langit
Menebal pada cadar tirai tamasya
Membenahi gelombang gumpalan makna

Berayun, pelan, berayun, buyung
Tahankan dahaga meratapi dinding tenggorokan
Lukisan telaga sumber pusaran
Sekeping wilayah memancar kebeningan

Berayun, pelan, berayun, buyung
Pandanglah menatap, di balik segalanya
Panahlah dengan bijak kabut remang di sana
Dan tiliklah seandainya semesta memagar batas

Berayun, pelan, berayun, buyung
Suara-suara lirih tiada memantul gema
Ada yang meraih lepas
Menghambur wilayah terbuka

Berayun, pelan, berayun, buyung
Bila tiba di belakang, undurkan semusim lagi
Masa lampau yang lengkap dalam kuburnya mengerang
Menggapai, meraih detik-detiknya yang hilang

Berayun, pelan, berayun, buyung
Bila tiba di muka, ujung jari kaki menyentuh
Batas tepian dengan fana
Esok hari kan di sana, jika musim memberi pertanda

Berayun, pelan, berayun, buyung
Pegang kuat-kuat tambang-tambang keyakinan
Peganglah kuat-kuat tambang-tambang angan-angan
Balikkan ke empat penjuru, dengan mata menantang.

Berayun, pelan, berayun, buyung
Adakah yang tersisa dari bersit megah
Ketika cemas menikamkan ujungnya
Dan gontai melangkah harimau luka

Berayun, pelan, berayun, buyung
Bagaikan menyeberangi arus kali
Di sini kemudian reda melecut lepas
Bagian lain yang mengandung gaib

Berayun, pelan, berayun, buyung
Ada yang menggeser, bayangan terlempar jauh
Tanpa bekas di dataran ini
Adakah tragedi lakon menggelar bumi?

Berayun, pelan, berayun, buyung
Pagar kawat merantai tepi
Adakah gelegak getaran arus
Masuk ke dalam. Menembus

Berayun, pelan, berayun, buyung
Bagaikan dewa ruci melayang menjelajah samudra
Kadang menukik menggigir lembah ajaib
Melahap daun kering lantunan suci

Berayun, pelan, berayun, buyung
Tengok jam berapa sudah, hari masih tinggi
Dan nyanyian belum surut sudah
Mengajak bersenda mengayun waktu

Berayun, pelan, berayun, buyung
Sebenarnya dirimu tidak jauh dari bumi
Tetapi betapa sulitnya menapakkan kaki
Hanya sehasta jarak kita, hanya sehasta...

1972

Sumber: Horison (Mei, 1975)

Analisis Puisi:
Puisi "Ayunan" karya Slamet Sukirnanto menggambarkan perjalanan manusia dalam kehidupan, di mana setiap ayunan kehidupan membawa pengalaman, refleksi, dan pertanyaan tentang eksistensi.

Simbolisme Ayunan: Ayunan dalam puisi ini melambangkan perjalanan hidup manusia. Seperti ayunan yang naik dan turun, kehidupan manusia penuh dengan keberhasilan dan kegagalan, keceriaan dan kesedihan, serta pertanyaan dan harapan.

Permainan Waktu dan Ruang: Penyair menggunakan gambaran ayunan untuk mengekspresikan permainan waktu dan ruang dalam kehidupan manusia. Kehidupan dipandang sebagai sebuah perjalanan yang berputar, maju-mundur, dan terus berubah.

Kedalaman Batin: Dalam setiap ayunan, tersembunyi refleksi yang mendalam tentang kehidupan, keberadaan, dan makna eksistensi manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti kehidupan dan tujuan di balik setiap gerakan.

Keindahan dan Keterbatasan: Meskipun kehidupan dipenuhi dengan keindahan alam dan pengalaman yang mendalam, namun di sana juga terdapat keterbatasan dan pertanyaan yang tak terjawab. Manusia terus berusaha memahami dan mengeksplorasi makna di balik setiap peristiwa.

Pengalaman dan Pembelajaran: Setiap ayunan kehidupan membawa pengalaman dan pembelajaran yang berharga bagi manusia. Dari setiap naik dan turun, manusia belajar tentang keteguhan, kesabaran, dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan hidup.

Puisi "Ayunan" karya Slamet Sukirnanto adalah sebuah karya yang memikat dan membingkai perjalanan manusia dalam kehidupan. Dengan penggunaan simbolisme yang kuat dan bahasa yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti kehidupan, keberadaan, dan perjalanan batin manusia dalam mengarungi samudra kehidupan.
Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Ayunan
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.