Puisi: Barcelona (Karya Surachman R.M.)

Puisi "Barcelona" karya Surachman R.M. bukan hanya sebuah narasi perjalanan fisik, tetapi juga sebuah eksplorasi perjalanan emosional dan spiritual.
Barcelona (1)


Barcelona, apa yang kucari?
Mengapa aku di sini? Seperti
dibuai mimpi di Miami, di Florida
Di benua seberang sana

Tidak! Ini Tanah Katalonia
Ini La Rambla yang disuka
semua usia
Lalu aku membasuh muka
sambil mereguk keran Font de Canaletes


Barcelona (2)


Angin mengipas di lereng bukit
Panorama teluk terhampar biru
Satu dua menara tua. Katedral di
balik sana
‘Ini Barcelona. Bukan di Andalusia,’
tegurnya dari belakang
Aku ragu, ‘Rasanya pernah bertemu?’
‘Di Kairo,’ tegasnya. ‘Delapan tahun
sudah berlalu.’

Serasa lupa kepada Lorca
tiba-tiba ingat sajak Huesca ...


Barcelona (3)


Setelah pamitan, seperti masih penasaran,
aku diajak naik ke balkon kantornya.
Dekat teluk terlihat monumen kota  itu
‘Selalu menunjuk ke Amerika ...’ gumamnya
‘O, Christopher Columbus?’ jawabku
sambil pamitan lagi.

Kalau patung mau nengok ke belakang
nah, di sanalah negeriku.
Tapi kalimat itu dikulum saja dalam hati.


Analisis Puisi:
Puisi "Barcelona" karya Surachman R.M. membawa pembaca dalam perjalanan pengalaman pribadi penyair di kota Barcelona, Spanyol. Melalui tiga bagian puisi yang terpisah, Surachman R.M. menggambarkan perasaan keheranan, kebingungan, dan refleksi pribadi yang dialaminya selama kunjungannya ke Barcelona.

Bagian Pertama: Pencarian dan Keheranan

Puisi dimulai dengan pertanyaan retoris, "Barcelona, apa yang kucari? Mengapa aku di sini?" Pertanyaan ini menciptakan nuansa keheranan dan rasa penasaran penyair terhadap tujuan kunjungannya ke kota tersebut. Perbandingan dengan Miami, Florida, dan benua seberang menciptakan kontras geografis, sementara menyebutkan Tanah Katalonia dan La Rambla memberikan identitas kota yang terkenal dengan budaya dan keindahannya. Pengalaman mencuci muka sambil mereguk air dari keran Font de Canaletes menciptakan gambaran perjumpaan penyair dengan keunikan Barcelona.

Bagian Kedua: Panorama dan Kenangan

Bagian kedua membawa pembaca ke sudut-sudut kota dengan gambaran angin yang mengipas di lereng bukit dan panorama teluk yang terhampar biru. Penyair juga menyebutkan menara tua dan Katedral, elemen arsitektur yang khas di Barcelona. Dialog dengan seseorang yang teguh menyatakan bahwa ini bukan di Andalusia, tetapi Barcelona. Penyair mencatat pertemuan sebelumnya di Kairo, menciptakan benang merah dari masa lalu yang diselipkan dalam pengalaman saat ini. Pengingatan terhadap sajak Huesca memberikan lapisan emosional dan kultural, menunjukkan betapa perjalanan fisik dapat membangkitkan kenangan dan pengaruh budaya sebelumnya.

Bagian Ketiga: Refleksi dan Pemisahan

Bagian ketiga menggambarkan momen pamitan yang membawa pemikiran mendalam. Penyair diajak naik ke balkon kantornya, dan dengan pandangan ke teluk, monumen kota terlihat. Dialog tentang patung Christopher Columbus yang selalu menunjuk ke Amerika menciptakan makna simbolis. Puisi ini mencapai puncaknya dengan pengakuan bahwa jika patung itu menengok ke belakang, maka di situlah negeri penyair berada. Namun, kalimat ini dikulum saja dalam hati, menunjukkan bahwa, meskipun fisik di Barcelona, jiwa dan identitas penyair tetap terikat dengan tanah airnya sendiri.

Puisi "Barcelona" karya Surachman R.M. bukan hanya sebuah narasi perjalanan fisik, tetapi juga sebuah eksplorasi perjalanan emosional dan spiritual. Dengan membawa pembaca melalui pengalaman konkrit di kota tersebut, penyair secara simultan menciptakan hubungan dengan kenangan dan identitas kulturalnya sendiri. Puisi ini mempertanyakan makna perjalanan fisik dan menggali ke dalam kompleksitas pengalaman manusia di dunia yang terus berubah.

Surachman R.M.
Puisi: Barcelona
Karya: Surachman R.M.

Biodata Surachman R.M.:
  • Surachman R.M. lahir pada tanggal 13 September 1936 di Garut, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.