Puisi: Buat Saudara Kandung (Karya Hartojo Andangdjaja)

Puisi "Buat Saudara Kandung" karya Hartojo Andangdjaja mencerminkan kerinduan, kehilangan, dan perubahan dalam kehidupan.
Buat Saudara Kandung


Ke manakah engkau, Saudara
orang-orang lemah dan ladang-ladang tidak berbunga
dan anjing, yang mengais siang hari
malam-malam menangis panjang sekali.
Lenguh lembu di kejauhan
menyebar kabar kemuraman
sebuah dusun yang tenggelam.

Kampung merana kekeringan
cinta. Wajah-wajah menadah rawan:
kami kehilangan

dan kota mengepul debu
di dadanya oto dan radio menderu
seperti biasa:
ke sana kita, Saudara

Sudah sekian ketika
ladang-ladang tidak berbunga
orang-orang lemah dan mereka
hanya bisa berkata lewat caya mata:
ke manakah engkau, Saudara
jalan sudah begini jauhnya.


Sumber: Buku Puisi (1973)

Analisis Puisi:
Puisi "Buat Saudara Kandung" karya Hartojo Andangdjaja adalah suatu karya yang mencerminkan kerinduan, kehilangan, dan perubahan dalam kehidupan.

Kerinduan dan Kehilangan: Puisi ini menggambarkan rasa kerinduan yang mendalam terhadap seseorang yang disebut sebagai "Saudara." Kerinduan ini diperkuat oleh gambaran kehilangan yang kuat dalam puisi. Bahkan dalam penamaan "Saudara Kandung," terdapat rasa keakraban dan hubungan erat yang terputus.

Pertanda Perubahan: Puisi ini juga menciptakan pertanda tentang perubahan yang telah terjadi dalam kehidupan. Ladang-ladang yang tidak berbunga, orang-orang lemah, dan kekeringan mencerminkan perubahan negatif dalam kondisi lingkungan dan masyarakat. Hal ini bisa menggambarkan perubahan sosial, ekonomi, atau lingkungan yang memengaruhi kehidupan sehari-hari.

Kota dan Kemajuan: Puisi ini merujuk pada kota dan kemajuannya, yang disimbolkan oleh oto dan radio yang berisik. Hal ini mungkin menunjukkan konflik antara kehidupan pedesaan yang lebih sederhana dan tradisional dengan kemajuan teknologi yang datang dengan modernisasi.

Pertanyaan dan Penantian: Puisi ini penuh dengan pertanyaan retoris, terutama dengan penggunaan "ke manakah engkau, Saudara." Pertanyaan ini mencerminkan penantian yang panjang dan kebingungan atas keberadaan Saudara yang telah pergi atau menjauh.

Kesepian dan Kerinduan: Suasana kesepian juga terasa dalam puisi ini, terutama dalam gambaran anjing yang menangis panjang. Ini mungkin merujuk pada kehampaan dan kesepian yang dirasakan oleh penutur puisi dalam ketiadaan Saudara.

Puisi "Buat Saudara Kandung" adalah ungkapan perasaan kerinduan, kehilangan, dan perubahan dalam kehidupan. Ia menciptakan atmosfer yang sarat dengan pertanyaan, penantian, dan kebingungan, serta menyampaikan pesan tentang perubahan dalam kehidupan masyarakat pedesaan.

Puisi Hartojo Andangdjaja
Puisi: Buat Saudara Kandung
Karya: Hartojo Andangdjaja

Biodata Hartojo Andangdjaja:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Hartojo Andangdjaja.
  • Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya.
  • Hartojo Andangdjaja lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.