Puisi: Bukan Béta Bijak Berperi (Karya Rustam Effendi)

Puisi "Bukan Béta Bijak Berperi" mengungkapkan ketidakpercayaan penyair terhadap kemampuannya dalam menggubah syair atau puisi yang bijak dan berarti.
Bukan Béta Bijak Berperi


    Bukan béta bijak berperi,
pandai menggubah madahan syair;
    Bukan béta budak Negeri,
musti menurut undangan mair.

    Sarat saraf saya mungkiri;
Untai rangkaian seloka lama,
    béta buang béta singkiri,
Sebab laguku menurut sukma

    Susah sungguh saya sampaikan
degup degupan di dalam kalbu.
    Lemah laun lagu dengungan
Matnya digamat rasaian waktu.

    Sering saya susah sesaat,
sebab madahan tidak nak datang.
    Sering saya sulit menékat,
sebab terkurang lukisan mamang.

    Bukan béta bijak berlagu,
dapat melemah bingkaian pantun.
    Bukan béta berbuat baru,
hanya mendengar bisikan alun.


Catatan:
Sukma = nyawa.

Sumber: Puitika Roestam Effendi dan Percikan Permenungan (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Bukan Béta Bijak Berperi" mencerminkan perasaan penyair tentang kemampuannya dalam menghasilkan karya sastra.

Ketidakpercayaan pada Kemampuan Sendiri: Puisi ini mengungkapkan ketidakpercayaan penyair terhadap kemampuannya dalam menggubah syair atau puisi yang bijak dan berarti. Penyair mengatakan bahwa dia bukanlah seorang yang bijak atau ahli dalam bermain kata-kata.

Keterbatasan dalam Berbicara dan Menyampaikan Ide: Penyair merasa bahwa kemampuannya untuk menyusun kata-kata dalam puisi terbatas. Ia merasa kesulitan dalam menyampaikan gagasan dan perasaannya melalui puisi. Hal ini menciptakan rasa frustrasi dalam dirinya.

Perasaan Terasing: Penyair merasa terasing atau merasa bukan bagian dari kelompok yang mampu menghasilkan syair atau puisi yang indah. Ini menciptakan perasaan isolasi dan ketidakcocokan.

Kesulitan Menyusun Pantun: Penyair mengaku kesulitan dalam menyusun pantun yang menjadi salah satu bentuk puisi tradisional dalam budaya Indonesia. Ini bisa jadi menggambarkan rasa tidakpercaya diri dalam menghadapi tradisi sastra yang kuat.

Keterbatasan dalam Mengekspresikan Perasaan: Puisi ini menggambarkan bahwa penyair merasa kesulitan dalam mengungkapkan perasaan atau emosinya melalui puisi. Ia merasa terbatas dalam menyuarakan apa yang ada di dalam hatinya.

Penerimaan Terhadap Keterbatasan: Meskipun penyair mengakui keterbatasan-keterbatsan ini, ia tetap mencoba dan tetap berusaha untuk mengekspresikan diri melalui puisi. Ini mencerminkan semangat untuk terus berkarya meskipun dengan segala keterbatasan.

Puisi "Bukan Béta Bijak Berperi" adalah ekspresi dari perasaan penyair terhadap keterbatasan dan ketidakpercayaan diri dalam kemampuan berkarya. Puisi ini menciptakan nuansa introspeksi dan kejujuran yang memperkuat pesan puisi ini.
Rustam Effendi
Puisi: Bukan Béta Bijak Berperi
Karya: Rustam Effendi

Biodata Roestam Effendi:
  • Rustam Effendi lahir pada tanggal 13 Mei 1903 di Padang, Sumatra Barat.
  • Rustam Effendi meninggal dunia pada tanggal 24 Mei 1979 (pada usia 76) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.