Puisi: Dewi Asmara (Karya Rustam Effendi)

Puisi | Dewi Asmara | Karya | Rustam Effendi | Wahai kekasihku!/ Entah di mana béta melihat/ entah di mimpi dalam beradu/ Tuan terbayang seperti .....
Dewi Asmara


Wahai kekasihku!
    Entah di mana béta melihat,
    entah di mimpi dalam beradu.
    Tuan terbayang seperti kilat,
    kita bertemu selintas lalu,
O, kekasihku!

Bila adindaku,
    tuan tersenyum? Mata cemerlang
    memanah jantung, membobos kalbu.
    Darah tersintak, seni tergoyang,
    seperti béta disiram madu,
O, kekasihku!

Di manakah tuan?
    Béta mencari, mengelana hati.
    Tuan lenyap, meninggalkan réwan.
    Nyawa meratap, merindu Déwi,
    dipagut gelap, diterbangkan awan.
Ah, kekasihku.

Aduh Déwiku,
    Ke mana jiwa ‘kan kurunut?
    Panas dan hangus dunia loka,
    Lapar dahaga di pasir laut,
    Sunyi sawangku meremas luka.
Ah, kencanaku!

O, mari kemari
    Sukma mendamba rupawan sahdu.
    Melayang réwan, merenung bayang.
    Zahar wayangmu di pelupuk rindu
    ditutup sabur, direbut sayang.
O, mari kemari.

Wahai adindaku,
    Apakah roman tuan sekarang.
    Pelukis ittisaf perkataan kurang,
    tinggal terbekam di angan-angan.
    Tuan menyuruh béta meréwang.
kekasihku.


Catatan:
Mengelana = meréwang.
Zahar = bersih.

Sumber: Puitika Roestam Effendi dan Percikan Permenungan (2013)

Analisis Puisi:
Beberapa hal menarik dari puisi "Dewi Asmara" karya Rustam Effendi adalah:
  1. Keberadaan yang Dirindukan: Puisi ini mencerminkan rindu dan kerinduan penyair terhadap kekasihnya. Penyair menggambarkan pencarian dan keinginan untuk bertemu dengan kekasih, meskipun hanya dalam kilatan dan pertemuan singkat. Keberadaan kekasih menjadi sesuatu yang memancarkan cahaya dan mempengaruhi hati penyair.
  2. Ekspresi Cinta dan Keindahan: Puisi ini dipenuhi dengan ekspresi cinta dan keindahan yang dialami oleh penyair. Senyuman dan kilauan mata kekasih dianggap sebagai panah yang menusuk hati dan membangkitkan kegoyangan dalam hati. Keberadaan kekasih membawa manisnya madu dan memberikan kehidupan pada penyair.
  3. Pencarian Jiwa: Penyair merenungkan tentang keberadaan kekasih yang tak terlihat dan merindukan jiwa yang kurang bergairah. Penyair merasa kehilangan dan terdorong untuk mencari kekasihnya yang hilang. Rasa kehilangan ini menciptakan kehausan dan kelaparan dalam hati penyair.
  4. Kehadiran Dewi Asmara: Dewi Asmara digambarkan sebagai sosok yang memikat dan menyebabkan kegairahan jiwa. Penyair merindukan kehadiran Dewi Asmara yang memberikan keindahan dan memberi arti dalam kehidupan.
  5. Permohonan untuk Bertemu: Penyair mengajak kekasihnya untuk datang dan memenuhi kerinduan jiwa. Permohonan ini dipenuhi dengan hasrat untuk merasakan kedekatan dan keintiman yang penuh dengan cinta.
Puisi "Dewi Asmara" menciptakan suasana kerinduan dan kehausan akan kekasih yang tidak hadir. Penyair merenungkan keindahan dan kegairahan yang terkait dengan kehadiran kekasih, serta kerinduan yang melanda jiwa. Puisi ini menggambarkan perasaan dan keinginan yang dalam terhadap cinta dan kehadiran yang dicari-cari.

Rustam Effendi
Puisi: Dewi Asmara
Karya: Rustam Effendi

Biodata Roestam Effendi:
  • Rustam Effendi lahir pada tanggal 13 Mei 1903 di Padang, Sumatra Barat.
  • Rustam Effendi meninggal dunia pada tanggal 24 Mei 1979 (pada usia 76) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.